top of page

Sejarah Indonesia

Rahayu Effendi Pernah Susah Di Awal Karier

Rahayu Effendi Pernah Susah di Awal Karier

Rahayu Effendi, aktris terkenal di era 1970-an, meninggal dunia. Anaknya, Dede Yusuf, terkenal di era 1990-an.

28 November 2024
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Rahayu Effendi. (indonesianfilmcenter.com).


BERBEKAL ijazah SMA, Siti Rahayu yang biasa disapa Yayuk, melamar menjadi pramugari Garuda Indonesia pada 1962. Nasib baik mengiringi langkahnya. Dia diterima.

Namun, baru sekira setahun menjalani profesi tersebut, putri Haji Yusuf dan Hajjah Djufriah kelahiran Bogor, 30 Agustus 1942 itu dilamar orang. Pria yang melamarnya adalah Ir. Tammy Effendi. Tammy bukan orang sembarangan. Dia putra dari Roestam Effendi (1903-1979), sastrawan dan politikus pergerakan nasional Indonesia yang pernah jadi anggota parlemen di Negeri Belanda.


Tammy dan Siti Rahayu akhirnya menikah pada 1963 dan Siti Rahayu lalu dikenal sebagai Rahayu Effendi. Profesi pramugari masih dijalani Rahayu setelah menikah kendati belakangan ditinggalkannya.


Kala itu, menikah dengan seorang insinyur tak serta-merta membuat hidup Rahayu aman dari segi ekonomi. Ketika baru punya satu anak, dia sempat mengalami kesulitan keuangan.

“Untuk sekedar beli susu pun kadang-kadang kami tidak punya duit,” aku Rahayu Effendi dalam Apa Siapa Orang Sunda suntingan Ajip Rosidi.


Namun itu tak membuat Rahayu ragu untuk terus terjun ke dunia seni. Rahayu yang pernah menari di Istana Bogor era Sukarno ini pernah menjadi pemain drama dan sempat aktif di teater pimpinan WS Rendra. Awalnya, dia ikut pertunjukan Lasmijah Hardi bertema Sumpah Palapa di Bali Room, Hotel Indonesia.


Dari sana, bakat aktingnya terlihat. Rahayu kemudian diajak dan dibimbing Gayus Siagian dan Asrul Sani terjun ke film. Pilihan Hati (1964) menjadi film pertama yang diikuti Rahayu. Tak lama setelah itu, dia bermain dalam Fadjar Menjingsing di Permukaan Laut (1966) dan Sembilan (1967).


Pada tahun-tahun pertamanya di film, Rahayu pernah bermain dalam film spionase ala Indonesia, Djakarta-Hongkong-Macao (1968), yang disutradarai dan diproduseri Turino Djanaedy. Bermain bersama Farouk Afero yang pakar dalam peran-peran antagonis, Rahayu mendapat peran protogonis sebagai agen yang ikut meringkus spionase asing yang digerakkan Karsono (diperankan Farouk Afero). Namun sayangnya, Rahayu kurang diingat perannya dalam film ini.


Dekade 1970-an menjadi era keemasan Rahayu dalam dunia perfilman. Seiring dengan berkembangnya film nasional nan liberal ala Barat (namun dengan sensor) di era ini, Rahayu memainkan lebih banyak film dibanding pada era sebelumnya. Selain ikut dalam film silat, Si Gondrong (1971), Rahayu juga membintangi banyak film lain dengan beragam genre, termasuk tema yang terkait dengan seks. Namun, dengan usia Rahayu yang sudah kepala tiga di era ini, dia sering berperan sebagai tante yang judes dalam film-filmnya. Yang pasti, Rahayu sangat terkenal di era 1970-an.


Sepanjang karier filmnya, Rahayu bermain dalam 75 film. Selain sebagai aktris, dirinya pernah pula menjadi produser dengan mendirikan rumah produksi bernama PT Sepro Karya Pratama. Rumah produksi itu memproduksi sinetron, iklan, dan film dokumenter.


Namun, kesuksesan Rahayu di dunia film tak berbanding lurus dengan kehidupan rumah tangganya. Rumah tangganya dengan Tammy berakhir dengan perceraian pada 1975 meski telah beroleh dua anak laki-laki, Bob Sulaeman Effendy dan Dede Yusuf Effendi.


Memasuki dekade 1980-an wajah Rahayu tak banyak muncul lagi di layar lebar. Di akhir dekade ini, giliran anak bungsunya, Dede Yusuf, yang banyak mengisi layar kaca antara lain lewat Catatan Si Boy. Dede kemudian terkenal di layar kaca dalam sintron laga pada era 1990-an lalu terjun ke dunia politik dengan sukses di Jawa Barat.


Kendati lama tak terlihat di muka publik, Rahayu panjang umur. Berita terbaru tentangnya yang muncul berbarengan dengan berita gempita pemilihan kepala daerah justru, yakni pada 28 November 2024, justru berita duka. Rahayu dikabarkan meninggal dunia di Rumahsakit MMC Kuningan, Jakarta setelah menderita stroke sejak September. Selamat jalan, Rahayu.*

留言

評等為 0(最高為 5 顆星)。
暫無評等

新增評等
Seabad Batik Oey Soe Tjoen

Seabad Batik Oey Soe Tjoen

Salah satu batik tulis halus tertua di Indonesia. Pengerjaan yang penuh dedikasi dan balutan sejarah yang panjang menjadikan batik ini lebih dari sekedar kain, tetapi sebuah mahakarya seni.
Riwayat Pacu Jalur yang Kini Mendunia

Riwayat Pacu Jalur yang Kini Mendunia

Bermula dari transportasi air, Pacu Jalur viral berkat tren “aura farming” hingga siap didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Persaudaraan Setia Hati pada Masa Pendudukan Jepang

Persaudaraan Setia Hati pada Masa Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, ada upaya standarisasi silat di bawah guru Setia Hati. Pengawal pertama Sukarno dan Mohammad Hatta dipilih dari pendekar silat.
Handala, Simbol Perlawanan Palestina dalam Seni Jalanan

Handala, Simbol Perlawanan Palestina dalam Seni Jalanan

Kapal bantuan kemanusiaan “Handala” yang menembus blokade Israel dinamai dari karakter kartun ikonik karya seniman Palestina korban Peristiwa Nakba.
Coklat Sebagai Ransum Tentara di Medan Perang

Coklat Sebagai Ransum Tentara di Medan Perang

Telah sejak lama coklat menjadi bekal para tentara di medan perang. Di masa Perang Dunia II, coklat pernah dijuluki sebagai senjata rahasia Hitler.
bottom of page