top of page

Sejarah Indonesia

Rokok Kulit Pisang Bikin Anak Muda Amerika Melayang

Mengisap rokok kulit pisang pernah menjadi tren di kalangan anak muda Amerika karena memberikan efek memabukan.

28 November 2024
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pisang sempat menghebohkan masyarakat Amerika tahun 1967. (Steve Hopson/Wikimedia Commons).


SEBUAH fenomena tak biasa terjadi di Amerika Serikat. Saat itu, pisang menjadi komoditas yang paling banyak dicari. Namun bukan untuk dimakan dagingnya, tetapi kulitnya dijadikan rokok oleh anak muda Amerika. Kegilaan terhadap rokok kulit pisang itu terjadi pada 1967.

Menurut Geoff Tibballs dalam The World’s Greatest Hoaxes: The Exploits of Ingenious Hoaxers, Cunning Impostors, and Their Gullible Victims, hal ini berawal dari munculnya cerita yang menyebut kulit pisang yang diolah dengan cara tertentu bila diisap memberikan efek memabukan.


“Berita tentang pisang ini dimulai pada Maret 1967 ketika seorang koresponden –yang diyakini bernama Marvin Garson– menulis surat kepada sebuah koran hippie di Berkeley, California, bernama Berkeley Barb. Penulisnya mengklaim bahwa ia merasa teler setelah mengisap kulit pisang kering, yang sensasinya mirip dengan opium,” tulis Tibballs.


Namun, John McMillian dalam “Electrical Bananas”, termuat di American Countercultures: An Encyclopedia of Nonconformists, Alternative Lifestyles, and Radical Ideas in U.S. History, menyebut orang yang bertanggungjawab atas munculnya rumor kulit pisang adalah Gary “Chicken” Hirsh, drummer Country Joe and the Fish, sebuah band psikedelik dari San Fransisco Bay Area.


Pada suatu malam di akhir tahun 1966, sebelum pertunjukan di Vancouver, Kanada, Hirsh mengajak rekan-rekannya merokok kulit pisang yang ia sebut mengandung bahan kimia mirip ganja. Sebelum merokok kulit pisang, para anggota band itu lebih dulu minum air yang dicampur LSD. Oleh karena itu, setelah merokok kulit pisang, mereka berkelakar telah mengalami efek mabuk.


“Segera setelah itu, pada sebuah konser amal di Bay Area yang diselenggarakan sebagai upaya untuk legalisasi ganja, band ini membagikan ratusan ‘lintingan’ pisang (dalam bentuk seperti rokok) dan mendorong penonton untuk mengisapnya,” tulis McMillian.


Kehadiran single hit Donovan, penyanyi folk kelahiran Skotlandia, berjudul “Mellow Yellow” tahun 1967 semakin mempopulerkan kebiasaan merokok kulit pisang. Meski beberapa tahun setelah kegilaan terhadap kulit pisang mereda, Donovan mengungkapkan bahwa lagu itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pisang. Ia justru mengacu pada vibrator berbentuk pisang yang baru saja diproduksi di Inggris.


“Lagu tersebut yang berisi lirik: ‘Electrical banana/Is gonna be a sudden craze/Electrical banana/Is bound to be the very next phase/They call it Mellow Yellow’ dimaknai berbeda oleh banyak orang. Mereka secara keliru percaya bahwa lagu yang dinyanyikan Donovan bercerita tentang kebiasaan merokok kulit pisang, dan kaum hippies mulai menyebut kulit pisang kering sebagai ‘Mellow Yellow’,” jelas McMillian.


Akhirnya, pisang segera menjadi tren baru di kalangan muda Amerika. Meningkatnya popularitas pisang tak hanya membuat buah ini diburu di berbagai toko, tetapi juga mendorong media dan surat kabar “bawah tanah” melampirkan resep mengolah kulit pisang menjadi rokok. Dalam resep tersebut tertulis kulit pisang harus lebih dulu direbus dan dikeringkan sebelum digulung dengan tembakau, lalu dibakar dan diisap. Resep itu dicetak ulang di Los Angeles, San Fransisco, Berkeley, Seattle, Detroit, Austin dan New York.


Tak hanya media dan surat kabar “bawah tanah” yang tergila-gila dengan kulit pisang, pengusaha juga melihat peluang meraih untung dari tren ini. Beberapa pengusaha di West Coast mendirikan perusahaan pesanan melalui pos, Mellow Yellow, yang menjual kulit pisang ke seluruh penjuru negeri. “Saya berharap dapat menghasilan $100.000 dalam enam bulan ke depan hanya dari pisang,” kata Nat Freedland, editor Los Angeles Free Press dan salah satu mitra di perusahaan tersebut sebagaimana dikutip John Campbell McMillan dalam Smoking Typewriters: The Sixties Underground Press and the Rise of Alternative Media in America.


Beberapa media arus utama seperti Time dan Newsweek turut memuat berita tentang kegilaan masyarakat Amerika terhadap pisang. Bahkan, pisang dikukuhkan sebagai simbol budaya tandingan terhadap arus utama di Negeri Paman Sam. Dalam suatu acara di Sheep Meadow Central Park, kaum hippies dengan ceria mengucapkan ikrar yang dikenal dengan banana pledge, di mana pisang dianggap sebagai simbol kebebasan dan keadilan untuk semua orang. Sedangkan di jalanan orang seakan telah terbiasa dengan isyarat banana salute sebagai bentuk sapaan bagi satu sama lain.


Kegilaan terhadap pisang juga turut menjadi pembahasan di kalangan politisi dan penentu kebijakan. Anggota kongres dari New Jersey, Frank Thompson, Jr. berkelakar akan mengusulkan Undang-Undang Pelabelan Pisang tahun 1967, yang mewajibkan stiker bertuliskan “Awas: Merokok Kulit Pisang Dapat Membahayakan Kesehatan Anda”.


Namun, menurut Tibballs, tidak semua orang menganggap tren ini lucu. Beberapa departemen pemerintah menanggapi tren merokok kulit pisang dengan serius, sementara importir pisang United Fruit sangat prihatin dengan publikasi yang menyebut pisang memiliki kandungan kimia serupa dengan ganja atau opium sehingga dapat memberikan efek memabukan. Publikasi ini tentu sangat merugikan mereka dan oleh karena itu importir tersebut memutuskan melakukan tes ilmiah untuk mengetahui apakah pisang benar-benar dapat membuat orang berhalusinasi.


“Setelah melakukan pemeriksaan mendalam, para ilmuwan menyimpulkan bahwa meskipun ada bahan kimia dalam kulit pisang yang sangat mirip dengan LSD, namun bahan kimia tersebut tidak berada dalam jumlah yang cukup untuk membuat seseorang mabuk. Otoritas federal juga memutuskan bahwa rumor tentang pisang yang dapat memberikan efek memabukan hanyalah tipuan karena satu-satunya pengalaman menakjubkan yang didapat dari mengisap kulit pisang adalah sakit kepala yang parah,” tulis Tibballs.


Hasil pengujian terhadap kulit pisang itu semakin menarik perhatian publik setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) mengeluarkan siaran pers bahwa analisis ilmiah terhadap beberapa racikan pisang gagal menghasilkan “jumlah halusinogen yang dapat dideteksi”. Seorang penyelidik mengungkapkan bahwa ia dan timnya membawa sekitar 30 pon pisang ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Mereka memasak, mengupas, dan melakukan semua hal yang tertuang dalam resep membuat rokok kulit pisang yang termuat di surat kabar bawah tanah. Namun, tak ada satupun dari resep tersebut yang memungkinkan kulit pisang dapat memberikan efek memabukan. Dapat dikatakan bahwa itu semua adalah kebohongan, dan atas dasar hal ini pula tren kulit pisang yang sempat menggila di Amerika kelak lebih dikenal dengan sebutan The Great Banana Hoax.


Meski kegilaan terhadap kulit pisang terkesan konyol, namun menurut Jeremy Guida dalam “Smoking Banana Peels to Get High Was Briefly a Thing”, yang dipublikasikan dalam JStor Daily, fenomena ini memberikan gambaran penting mengenai peran surat kabar “bawah tanah” dalam memberikan pengaruh terhadap penyebaran informasi nasional di Amerika pada 1960-an.


“Jika hoaks menunjukkan bahwa banyak pembaca yang percaya begitu saja dengan apa yang mereka inginkan, hal ini juga mengingatkan kita bahwa berita alternatif, seperti halnya berita arus utama, rentan terhadap bias dan kesalahan informasi, hal ini bukanlah fenomena yang baru,” tulis Guida.


Sementara itu, McMillian menyebut kehebohan seputar kulit pisang banyak disebabkan oleh kekuatan sugesti. Bagi orang yang mudah tersugesti, tampaknya masuk akal jika merokok kulit pisang dapat menyebabkan mabuk ringan atau memberikan perasaan rileks. Sugesti itu kemudian disebarluaskan oleh pers bawah tanah yang seringkali memposisikan diri berseberangan dengan media arus utama. Dengan demikian, The Great Banana Hoax juga menggarisbawahi jangkauan dan kemampuan pers bawah tanah, yang pada akhir 1960-an, menjadi mekanisme yang rumit untuk menyebarkan berita dan opini alternatif.*


Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page