top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

“Say Cheese, Mr. Aidit!”

Ketua CC PKI D.N. Aidit pernah punya pengalaman unik dengan Amerika Serikat yang kerap dikecam dan dimusuhinya.

18 Mei 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

D.N. Aidit dan Presiden Sukarno.

D.N. Aidit pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dikenal anti Amerika Serikat (AS), negara adikuasa yang berideologi kapitalisme. Ketika Amerika membentuk pakta pertahanan Asia Tenggara (SEATO), Aidit mengecam keras kebijakan itu. SEATO sendiri dibentuk pada 1954 untuk membendung pengaruh komunisme di Asia Tenggara. Beberapa negara tetangga Indonesia seperti Filipina dan Thailand bergabung di dalamnya.


“Dengan dukungan Amerika, negara-negara ini telah membentuk sebuah persekongkolan subversif di antara kekuatan imperialis dan kekuatan reaksioner yang ada di Indonesia untuk merongrong pemerintah Indonesia dan menariknya ke kubu mereka,” kata Aidit dalam pidatonya “Untuk Kemenangan Front Nasional dalam Pemilihan Umum” termuat di Pilihan Tulisan Jilid 1. Seruan itu disampaikan Aidit di hadapan Pertemuan Paripurna Ketiga Komite Sentral  PKI, 7 Agustus 1955.


Aidit juga menyerang sikap Presiden Dwight Eisenhower yang mendukung kekuasaan Belanda atas Irian Barat. Dalam sebuah rapat Komite Sentral PKI, Aidit menyerukan segenap kadernya untuk menghadapi kekuatan Blok Barat. Bukan hanya Belanda yang bercokol di Irian Barat, melainkan sebuah kekuatan yang lebih besar dan lebih keji di belakangnya, yakni imperialisme Amerika.


Meski anti dengan ideologinya, Aidit punya pengalaman unik dengan negeri Paman Sam itu. Dalam lawatan Presiden Sukarno ke markas PBB di New York untuk mengikuti sidang majelis umum, Aidit ikut serta. Selain Aidit, menurut Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Ganis Harsono, beberapa pejabat negara lain menyertai kunjungan Sukarno pada 30 September 1960. Mereka antara lain: Jenderal TNI Abdul Haris Nasution, Menteri Luar Negeri Soebandrio, Ali Sastroamidjojo, dan Sekretaris Jenderal Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Roeslan Abdulgani.


Menjelang pukul 3 sore, rombongan Presiden Sukarno bersiap memasuki ruang sidang. Kerumunan wartawan dan juru foto segera menghampiri. Mereka menyerbu ke tengah-tengah ruangan sidang tempat delegasi Indonesia duduk.


Hanya ada tiga orang yang menjadi pusat perhatian: Presiden Sukarno, Jenderal Nasution, dan siapa lagi kalau bukan Aidit. Para awak media dari berbagai kantor berita Amerika dengan antusias membidikan lensa kameranya kepada ketiga orang ini.  


“Tujuh menit lamanya mereka membidik Presiden Sukarno, Jenderal Nasution, dan pemimpin komunis Aidit,” tutur Ganis Harsono dalam memoarnya Cakrawala Politik Era Sukarno.


“Say cheese, Mr. Aidit!” kata seorang wartawan, dan Aidit pun menurut menyunggingkan senyum. Para jurnalis foto tersebut memberikan perhatian istimewa kepada Aidit. Wajar belaka, Aidit adalah orang komunis Indonesia pertama yang diizinkan masuk ke Amerika Serikat.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page