- Randy Wirayudha
- 12 Mei
- 6 menit membaca
PERNYATAAN Presiden Amerika Serikat Donald Trump seringkali bikin heboh. Setelah ingin mengubah Jalur Gaza di Palestina menjadi resort layaknya French Riviera hingga ingin mencaplok Greenland dan Kanada, kini Presiden Trump ingin menghidupkan kembali Pulau Alcatraz untuk penjara federal. Padahal, sudah lebih dari setengah abad pulau itu jadi lokasi wisata.
Pernyataan Trump itu disampaikan via akun pribadinya di platform media sosial Truth Social, @realDonaldTrump, Senin (5/5/2025). Situs bekas penjara di Pulau Alcatraz seluas 9 hektare dekat Jembatan Golden Gate di San Francisco, California itu mesti kembali jadi simbol keadilan dan ketertiban hukum di Amerika untuk memenjarakan para kriminal dan juga para imigran ilegal.
“BANGUN ULANG DAN BUKA ALCATRAZ! Sudah terlalu lama Amerika terjangkiti kekerasan oleh para pelaku kejahatan yang kejam dan berulang, sampah masyarakat, yang tak pernah berkontribusi apapun selain kesengsaraan dan penderitaan. Kami takkan lagi menoleransi pelaku kejahatan berantai yang menyebarkan pertumpahan darah dan kerusuhan di jalan-jalan. Itu alasannya hari ini saya mengarahkan Biro Pemasyarakatan bersama dengan Kementerian Kehakiman, FBI, dan (badan) keamanan dalam negeri untuk membuka kembali ALCATRAZ yang direnovasi dan dibangun kembali,” tulis Trump dalam posting-nya.
Banyak politikus yang menentang atau setidaknya menertawakan rencana Trump. Beberapa di antaranya dari kalangan Partai Demokrat seperti anggota Kongres Distrik California Nancy Pelosi.
“Alcatraz sudah ditutup sebagai penjara federal sejak lebih dari 60 tahun lalu dan sekarang jadi taman nasional yang populer dan situs wisata. Wacana presiden (Trump) tak perlu dianggap serius,” cuit eks-ketua parlemen Amerika periode 2019-2023 itu di akun X-nya, @SpeakerPelosi, Senin (5/5/2025).
Hal senada juga disampaikan anggota Senat Negara Bagian California, Scott Wiener. Melalui akun Instagram-nya, @scott_wiener, Senin (5/5/2025), Wiener menanggapi: “Ia (Trump) ingin mengubah Alcatraz jadi gulag domestik tepat di tengah-tengah Teluk San Francisco. Secara spesifik pula ia mengecam para hakim yang tidak memberi vonis deportasi (para imigran). Ini adalah serangan terhadap hukum. Mengesampingkan Alcatraz yang sudah jadi museum dan destinasi wisata adalah hal yang gila sekaligus menakutkan.”
Penjara Federal Alcatraz sudah ditutup pada 1963 setelah beroperasi sejak 1934. Kendati begitu, baru pada 1972 situsnya dikelola Dinas Taman Nasional, NPS, di mana kompleks bangunannya dijadikan museum dan pulaunya dijadikan bagian dari Area Rekreasi Nasional Golden Gate yang rata-rata dikunjungi 1,5 juta wisatawan domestik dan mancanegara per tahunnya. Tak ayal wacana Trump pun menuai nada-nada sumbang dari kalangan turis.
“Sebagai turis, kami cukup kaget dengan kabar itu, mengingat betapa tua bangunannya dan sudah begitu lama tak dihuni. Pasti akan menyedot banyak anggaran untuk infrastrukturnya untuk bisa dihidupkan kembali (jadi penjara),” ucap Janelle Lawson, wisatawan asal Australia, dilansir The Guardian, Selasa (6/5/2025).
Jacqueline Kemokai, Sedangkan turis domestik asal Tampa, Florida, menuturkan, “Saya pikir mestinya tetap jadi monumen nasional saja. Sudah banyak hal terjadi di tempat ini dan mesti ada sesuatu yang ditinggalkan untuk tetap menjaga memori sejarahnya”.
Jonathan Perez, turis domestik asal Miami, tak ketinggalan menyuarakan protesnya. Mahasiswa psikologi itu berujar, “Dia (Trump) gila. Ia sudah menunjukkan antusiasmenya terhadap pemenjaraan massal seperti yang terjadi di El Salvador dan dia menyebutkan menggunakan Teluk Guantánamo untuk memenjarakan orang. Saya pikir wacana ini mengerikan. Ada alasan mengapa mereka menutup penjara (Alcatraz) itu.”
Dari Benteng Militer hingga Destinasi Wisata
Pulau Alcatraz yang –luasnya 9 hektare–jaraknya sekitar 2 kilometer lepas pantai San Francisco mulanya pulau kosong. Menurut Alexis Burling dalam Occupying Alcatraz: Native American Activists Demand Change, pulau itu sempat jadi salah satu lokasi berburu dan menangkap ikan sebagian suku pribumi Ohlone sebelum kedatangan bangsa Eropa. Mereka sendiri tidak pernah menetap di pulau tersebut.
Di masa Spanyol mengkoloni California (1769-1821) itulah bangsa Eropa mulai menjelajahi Teluk San Francisco. Adalah penjelajah Spanyol Juan Manuel de Ayala yang pertama menjelajahi areanya pada 1775. Ia sempat menamai pulau itu dengan La Isla de los Alcatraces yang artinya Pulau Burung Pelikan.
Namun, ternyata yang Ayala maksud adalah sebuah pulau yang kini merupakan Pulau Yerba Buena, sekira 11,2 kilometer dari Pulau Alcatraz. Pulau terakhir baru dinamai Alcatraz oleh seorang penjelajah Inggris 52 tahun berselang pasca-penjelajahan Ayala.
“Enam tahun setelah kemerdekaan Meksiko pada 1821, sebuah peta dibuat dengan lebih akurat tentang teluk itu. Tahun 1827 seorang penjelajah Angkatan Laut Inggris Kapten Fredrick Beechey mengeksplor teluk itu. Ia membuat peta yang lebih mendetail dan menetapkan pulau yang dimaksud dengan nama Pulau Alcatraz. Jadi yang dimaksud La Isla de los Alcatraces di masa Ayala adalah Pulau Yerba Buena dan baru di masa Beechey yang lebih seksama, pulau yang dimaksud menerima namanya yang seperti sekarang, Pulau Alcatraz,” ungkap Gregory L. Wellman dalam halaman introduksi bukunya, History of Alcatraz Island since 1853.
Pulau Alcatraz tak berpenghuni dan tak berpemilik hingga 1846. Ketika itu pulaunya menjadi bagian dari California yang masih merupakan wilayah Meksiko. Pada tahun itulah Pulau Alcatraz tercatat jadi milik William Workman, pemilik properti Rancho La Puente yang juga teman dekat Gubernur California Don Pío Pico IV. Sang gubernurlah yang memberikan pulau itu kepada Workman pada 8 Juni 1846 dengan syarat Workman harus membangun sebuah mercusuar di pulau tersebut.
“Workman akhirnya jadi pemiliknya namun tidak mentaati perjanjiannya dan ia memberikan hak kepemilikannya kepada menantunya, Francis Temple. Lalu Gubernur Militer California Letkol John Charles Frémont jadi pemilik berikutnya. Pada 2 Maret 1848 pasca-berakhirnya Perang Meksiko-Amerika, Frémont atas nama pemerintah Amerika Serikat membelinya senilai 5 ribu dolar dari Francis Temple,” tulis Jerry Lewis Champion Jr. dalam Alcatraz Unchained.
Setelah California menjadi negara bagian ke-31, lanjutnya, Presiden Millard Fillmore menetapkan Pulau Alcatraz sebagai area militer lewat Perintah Eksekutif tanggal 6 November 1850. Tiga tahun berselang, Korps Zeni Angkatan Darat (AD) Amerika mulai mengubahnya jadi Benteng Alcatraz yang pembangunannya baru rampung pada 1855. Benteng tersebut jadi kubu pertahanan pasukan Serikat saat meletusnya Perang Saudara Amerika (1861-1865) meski Benteng Alcatraz tak pernah jadi sasaran serangan pasukan Konfederasi. Ia sekadar jadi tempat penahanan sementara para simpatisan dan desertir pasukan Konfederasi yang tertangkap pasukan Serikat.
Pada 1867 atau dua tahun pasca-berakhirnya Perang Saudara Amerika, Benteng Alcatraz dialihfungsikan sebagai penjara militer dengan dibangunnya pondok-pondok penjara. Tidak hanya untuk menahan para bekas serdadu pasukan Konfederasi, tapi juga tahanan suku pribumi yang memberontak dalam Peperangan Indian (1609-1890). Pada 1907, secara resmi Benteng Alcatraz berubah menjadi Penjara Militer Amerika Sektor Barat di bawah Pacific Branch US Disciplinary Barracks.
Di masa Perang Dunia I (1914-1918), Barak Kedisiplinan Alcatraz tak hanya untuk memenjarakan prajurit yang indispliner tapi juga orang-orang sipil yang dianggap antivis antiperang dan kalangan subversif. Alcatraz berubah menjadi penjara federal pada 1933 setelah diambilalih Kementerian Kehakiman seiring mulai gencarnya Bureau Of Investigation (cikal bakal FBI) memberantas kriminalitas dan mafia pada 1930-an.
“Alcatraz menjadi penjara federal pada 1933 ketika Kementerian Kehakiman mengambilalih otoritasnya di pulau tersebut. (Direktur BOI) J. Edgar Hoover dan Kementerian Kehakiman telah lama mencari-cari penjara federal baru untuk menempatkan para penjahat paling berbahaya dan mereka yang selalu jadi pengacau dalam sistem penjara federal,” tulis Marylin D. McShane dkk. dalam Encyclopedia of American Prisons.
Setelah sejumlah renovasi dilakukan, pada 11 Agustus 1934 Penjara Federal Alcatraz dengan kategori keamanan maksimum resmi dibuka. Dengan tingkat keamanan maksimum, Penjara Alcatraz punya daya tampung maksimal 312 narapidana dan hingga ditutupnya, penjara yang dijuluki “Tempat Sampahnya San Francisco” itu pernah menampung 1.576 narapidana.
Sejak itulah nama “Alcatraz” kian beken sebagai penjara paling kejam karena jadi tempat mendekamnya para kriminal yang dianggap paling keji. Penghuninya antara lain dedengkot Geng Barker-Karpis: Arthur ‘Doc’ Barker dan Alvin Francis ‘Creepy Karpis’ Karpavicz; bos geng Harlem Ellsworth Raymond ‘Bumpy’ Johnson, penculik dan perampok bank George Kelly Barnes alias “Machine Gun Kelly”, serta pentolan mafia Meyer Harris ‘Mickey’ Cohen dan Alphonse Gabriel Capone alias “Al Capone”.
Terlepas dari banyaknya perlakuan kejam para sipir hingga kekerasan antar-narapidana, ongkos operasional Penjara Alcatraz ternyata cukup besar. Perhitungan biaya per narapidana saja bisa tiga kali lipat dari narapidana di penjara federal lain.
“Alcatraz memang tempat yang sempurna untuk penjara karena sangat sulit bagi narapidana untuk kabur dari pulau itu. Namun sayangnya juga bukan hal yang mudah untuk mendapatkan beragam kebutuhan ke pulau itu. Segalanya harus didatangkan dengan kapal, termasuk bahan bakar, makanan, dan air minum. Menurut laporan tahun 1959, pemerintah harus mengeluarkan anggaran 10 dolar per narapidana di Alcatraz, dibandingkan anggara 3 dolar per narapidana di penjara-penjara lain,” ungkap Stephen Person dalam Ghostly Alcatraz Island.
Biaya itu belum termasuk anggaran pemeliharaan fasilitas yang terus-menerus terkena saturasi dan erosi dari air laut. Dalam laporan tahun 1959, setidaknya dibutuhkan dana sekitar 5 juta dolar. Upaya reparasi 1959-1961 terbilang gagal hingga membuat Jaksa Agung Robert F. Kennedy mengajukan rencana penjara federal dengan keamanan maksimal pengganti di Marion, Illinois. Demi efisiensi anggaran, pada 1963 akhirnya Penjara Federal Alcatraz resmi ditutup.*
Comments