- Budi Setiyono
- 15 jam yang lalu
- 2 menit membaca
API Kartini, tokoh emansipasi perempuan Indonesia, menyala dalam dadanya. Sepanjang hidupnya, Surastri Karma (S.K.) Trimurti tak pernah mengesampingkan pentingnya pendidikan politik bagi perempuan. Sebuah lagu berjudul “Dialog Suami-Istri” bisa mewakili kekaguman sejumlah orang akan peran Trimurti, juga Kartini, dalam pendidikan.
Lagu ini, dibawakan kakak-beradik Rita Ruby Hartland dan Yan Hartland, begitu akrab bagi pencinta musik country era 1980-an. Liriknya menyiratkan kebahagiaan sepasang suami-istri karena putri mereka menjadi seorang guru, yang mengamalkan ilmu untuk perangi kebodohan hingga jauh ke ujung desa. Begini sepenggal liriknya:
Pergilah anakku simpan doaku…
songsonglah tugasmu dengan senyummu
banyak saudaramu yang masih buta huruf
ajarilah mereka…
Jadilah Kartini atau S.K. Trimurti pintarkanlah bangsamu.
Namun, Trimurti bukan sekadar seorang pendidik. Dia juga wartawan, pengarang, politisi, serta aktivis buruh dan perempuan tiga zaman yang menunjukkan diri sejajar dengan sejawatnya, kaum lelaki. Dia pejuang perempuan yang komplet, yang disegani kawan maupun lawan.
“Trimurti dikenal keberaniannya, kelincahan otaknya dalam perdebatan politik dan ketajaman penanya,” tulis Achmad Subardjo Djojoadisuryo dalam Lahirlah Republik Indonesia.
“Yu Tri adalah satu pribadi yang istimewa dan yang jarang terdapat di kalangan masyarakat Indonesia. Api yang tetap menyala dalam tubuhnya tak mungkin dapat dipadamkan,” tulis Adam Malik dalam otobiografinya, Mengabdi Republik. “Bagi saya pribadi Yu Tri tetap Yu Tri, seorang ‘wanita jantan’ tanpa takut dan tanpa pamrih telah mengabdikan dirinya untuk kemerdekaan bangsa dan negara dan seiring ditimpa percobaan namun sama sekali tidak menyebabkannya menyesal.”*
Berikut ini laporan khusus S.K. Trimurti













Komentar