- Budi Setiyono
- 22 Nov
- 8 menit membaca
Diperbarui: 24 Nov
DI tengah kuburan Cina di Wonodri, Semarang, di bawah terang bulan, mereka mengetik atau mencetak pamflet dengan menggunakan agar-agar, “karena tak ada percetakan yang mau mencetak,” ujar S.K. Trimurti kepada Erwiza Erman. Selesai, pamflet dibungkus kain lalu disimpan.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











