top of page

Sejarah Indonesia

Sejarah Panggilan Papah Dan Mamah

Sejarah Panggilan Papah dan Mamah

Panggilan papah dan mamah berawal dari keluarga Belanda.

Oleh :
28 Mei 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Diperbarui: 30 Jul

Keluarga Belanda di Hindia Belanda, 1900. Foto: KITLV.


PANGGILAN papah dan mamah lazim dipakai dalam lingkungan keluarga. Biasanya karena orangtuanya saling memanggil papah dan mamah, anak-anaknya pun menyapa orangtuanya dengan panggilan tersebut. Bahkan, penggunaan panggilan papah dan mamah bersaing ketat dengan panggilan ayah/bapak dan ibu.


Dari manakah asal panggilan papah dan mamah?


Menurut Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia Volume 5-8 terbitan 1984, pada masa kolonial Belanda, orang yang berpendidikan Belanda memakai kata sapaan mammie dan pappie, mamma dan pappa, atau mammaatje dan pappaatje. Dari kata sapaan itu lahirlah mami dan papi atau mama dan papa.


“Panggilan tersebut dipandang sebagai pembeda antara orang berpendidikan Belanda dengan yang tidak. Akan lucu rasanya (sebenarnya) bila ibu dan bapak tidak tahu/menguasai bahasa Belanda, tetapi menyuruh anak-anaknya memanggil mereka dengan sapaan mami dan papi,” tulis majalah tersebut. “Namun, hal itu juga yang kita lihat dalam masyarakat.”


Dewasa ini, lanjut majalah tersebut, kata sapaan yang banyak dipakai oleh keluarga ialah mama dan papa, apalagi di kota-kota besar. “Panggilan papa dan mama seolah-olah juga menunjukkan status bahwa keluarga itu keluarga modern. Orang tua ibu dan bapak dipanggil opa dan oma, bukan kakek dan nenek, kata baku bahasa Indonesia ragam resmi.”


Di Jawa Barat panggilan mami/papi dan mama/papa menjadi mamih/papih dan mamah/papah. Ini terjadi karena pengaruh bahasa Sunda, yang kerap memberikan imbuhan huruf “h”, baik pada awal, tengah, maupun akhir kata. Seperti ayam menjadi hayam (h, di awal), buaya menjadi buhaya (h, di tengah), dan rapi jadi rapih (h, di akhir). Tentu saja, sapi tetap sapi, kalau sapih, artinya “menyarak atau menghentikan anak menyusu.”


Panggilan papa/mama atau papah/mamah tidak lagi eksklusif bagi keluarga modern. Keluarga-keluarga di desa pun tak sungkan menggunakannya. Belakangan muncul sapaan baru, biasanya dipakai di lingkungan keluarga “Islami”, yang diambil dari bahasa Arab: abi (ayah/bapak) dan umi (ibu).

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page