top of page

Sejarah Indonesia

Soeharto Dan Sepeda Turangga

Soeharto dan Sepeda Turangga

Soeharto memberi nama sepeda Turangga. Pabrik sepeda milik koperasi pegawai negeri ini hanya bertahan enam tahun.

Oleh :
13 Juni 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Presiden Soeharto meninjau pabrik sepeda Turangga di Batu Ceper, Tangerang, 23 Maret 1975. (soeharto.co).

Bertepatan dengan Hari Koperasi ke-27 pada 12 Juli 1974, Presiden Soeharto meresmikan pabrik sepeda milik Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN) di Batu Ceper, Tangerang. Peresmian itu dihadiri Ketua Umum IKPN, R.P. Suroso.


Dalam sambutan peresmiannya, Soeharto mengatakan gembira IKPN dapat membangun sebuah pabrik sepeda. Dia mengharapkan koperasi-koperasi lain juga dapat membangun berbagai pabrik atau menghasilkan kegiatan produktif lainnya.


Pembangunan pabrik sepeda itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat pengangkutan sederhana.


"Maka sepeda itu akan memenuhi kebutuhan rakyat kecil, termasuk Pegawai Negeri golongan rendah di daerah-daerah, sepedaitu sangat berguna," tulis Anhar Gonggong dalam R.P. Soeroso: Dokumen-dokumen Terbatas tentang Dirinya.


Soeharto memberi nama (merek) sepeda itu Turangga atau kuda yang artinya alat angkutan atau alat penghubung.



"Karena itu, saya beri nama pabrik ini pabrik sepeda Turangga dengan menggunakan kepala kuda sebagai mereknya. Mudah-mudahan dapat dikenal di mana-mana," kata Soeharto dikutip Ahmad Arif (editor) dalam Melihat Indonesia dari Sepeda.


Menurut Arif, rupanya Soeharto hendak menganalogikan Turangga sebagai salah satu dari lima tolok ukur kemakmuran seorang priayi, selain wisma (rumah), wanita (istri), kukilo (burung) sebagai lambang hiburan, dan curigo (keris).


Delapan bulan kemudian, pada 12 Maret 1975, Soeharto menerima 33 sepeda Turangga dari pimpinan IKPN yang didampingi Direktur Jenderal Koperasi, Ir. Ibnu Soedjono dan Direktur Jenderal Perindustrian Ringan, Soegin Soemodarsono. Soeharto menjajal sepeda itu di halaman depan Bina Graha.



"Kepala Negara berpesan agar produksi pabrik sepeda ini kiranya dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Dia menganjurkan agar sepeda dapat dijadikanalat penghubung di daerah perdesaan," demikian disebut dalam Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973–23 Maret 1978.

Setahun setelah peresmian, Soeharto kembali meninjau pabrik sepeda Turangga. Sayangnya, nasib sepeda Turangga tidak segagah namanya.


"Hanya enam tahun sejak diresmikan," tulis Arif, "pabrik sepeda Turangga akhirnya dijual karena terus-menerus merugi."



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page