top of page

Sejarah Indonesia

Sultan Jailolo Mencari Leluhur Hingga Cianjur

Sultan Jailolo Mencari Leluhur Hingga Cianjur

Perjalanan Sultan Jailolo dalam menemukan makam leluhur yang diasingkan ke Cianjur.

8 Desember 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ekspresi Sultan Ahmad Sjah saat berdoa di makam leluhurnya di kota Cianjur. (Fernando Randy/Historia).

Jarum jam menunjuk angka 10.30. Sinar matahari cukup terik. Rombongan keluarga Sultan Jailolo Ahmad Sjah dari Maluku Utara memasuki Kampung Salegedang, Cianjur, Jawa Barat. Jumlah mereka sepuluh orang. Rombongan itu menuju makam leluhur mereka, Sultan Hajuddin atau Sultan Jailolo ketiga. Mereka sempat kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dari Halmahera. Tapi kelelahan itu sirna begitu mereka berdiri tepat di depan makam Sultan Hajuddin. Makam berukuran 1,5 x 2 meter persegi itu terletak di belakang Taman Makam Pahlawan Cianjur. Usianya sudah satu abad lebih. Makam tersusun dari beberapa batu kali. Di sesela batu kali, rumput liar tumbuh subur. Seolah menjadi pelindung makam dari panasnya sinar matahari.


Tugu di kota Cianjur, Jawa Barat. (Fernando Randy/Historia).
Tugu di kota Cianjur, Jawa Barat. (Fernando Randy/Historia).
Rombongan Sultan Ahmad Sjah saat tiba di lokasi pemakaman di kota Cianjur. (Fernando Randy/Historia).
Rombongan Sultan Ahmad Sjah saat tiba di lokasi pemakaman di kota Cianjur. (Fernando Randy/Historia).

Sultan Hajuddin diasingkan ke Cianjur oleh pemerintah kolonial pada 1832. Sebab sikap keluarga Sultan Jailolo tak sejalan lagi dengan politik pemerintah kolonial. Sultan Hajuddin menghabiskan hari-hari terakhirnya di Cianjur. Selama ratusan tahun, keluarganya tak mengetahui letak pasti makamnya.


Sultan Ahmad Sjah dan keluarga saat berdoa di makam leluhur mereka. (Fernando Randy/Historia).
Sultan Ahmad Sjah dan keluarga saat berdoa di makam leluhur mereka. (Fernando Randy/Historia).
Surat-surat yang dibacakan sebagai doa di makam leluhur mereka. (Fernando Randy/Historia).
Surat-surat yang dibacakan sebagai doa di makam leluhur mereka. (Fernando Randy/Historia).
Salah satu rombongan saat berdoa di makam leluhur mereka. (Fernando Randy/Historia).
Salah satu rombongan saat berdoa di makam leluhur mereka. (Fernando Randy/Historia).

Hari itu, Jumat 25 Oktober 2019, akhirnya keluarga Sultan Hajuddin berhasil menemukan makam Sultan Hajuddin setelah membaca artikel historia.id. Rombongan kemudian menengadahkan tangan untuk berdoa. Beberapa warga dan sesepuh kota Cianjur yang menemani mereka, juga ikut berdoa. Suasana haru dan hening sesaat.


Makam milik Sultan Hajuddin di Cianjur. (Fernando Randy/Historia).
Makam milik Sultan Hajuddin di Cianjur. (Fernando Randy/Historia).

Sultan Ahmad Sjah mengaku lega bisa berkunjung ke makam leluhurnya. “Selama ini, ayah kami tidak pernah memberi tahu kami di mana makam leluhur kami. Jadi ketika sekarang akhirnya kami bisa menemukannya lalu ziarah sekaligus berdoa untuk beliau, rasanya plong sekali.” 


Khareudin, Perdana Menteri Jailolo, mengatakan sebenarnya mereka sudah tahu kisah pengasingan Sultan Jailolo ketiga sejak 2006. Tapi kisahnya tak lengkap. “Setahu kami Sultan itu diasingkan hanya sampai Batavia. Tapi ternyata sampai di Cianjur, dan sekarang kami bisa menelusurinya hingga ketemu itu rasanya luar biasa.”


Ekspresi Sultan Ahmad Sjah saat berdoa di makam leluhurnya. (Fernando Randy/Historia).
Ekspresi Sultan Ahmad Sjah saat berdoa di makam leluhurnya. (Fernando Randy/Historia).

Sementara para warga sekitar tidak pernah tahu secara pasti siapa yang bersemayam di makam itu. “Sebelumnya orang-orang di sini hanya tahu bahwa itu makam orang besar dari seberang, dan mereka mengenalnya hanya sebatas itu. Makam Haji Lolo, bukan Sultan Jailolo,” kata Agus Thosin (65 tahun), sesepuh Salegedang.


Sultan Ahmad Sjah dan Agus Thosin berbincang mengenai penemuan leluhur Sultan Jailolo di Cianjur. (Fernando Randy/Historia).
Sultan Ahmad Sjah dan Agus Thosin berbincang mengenai penemuan leluhur Sultan Jailolo di Cianjur. (Fernando Randy/Historia).

Saat akan meninggalkan makam, Sultan Ahmad Sjah menyampaikan penghormatan setinggi-tingginya kepada warga. “Saya ucapkan terima kasih kepada semua warga Cianjur yang sudah membantu saya dan keluarga menemukan makam leluhur kami. Insya Allah kami akan sering ke sini untuk menjaga dan merawat makam keluarga kami ini.”


Sultan Ahmad Sjah dan makam leluhurnya. (Fernando Randy/Historia).
Sultan Ahmad Sjah dan makam leluhurnya. (Fernando Randy/Historia).

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page