top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Tahi Gajah Pangeran Kamboja

Kisah suka-duka seorang duta besar Indonesia untuk negeri tetangga. Pangeran yang berkuasa memberinya kain hingga tinja.

7 Okt 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja dan Boediardjo, duta besar Indonesia untuk Kamboja (1965-1968). Sumber: Wiki.

BILA ada Duta Besar (Dubes) Indonesia yang paling bahagia menjalankan tugasnya pada masa 1960-an, barangkali orang itu ialah Boediardjo. Perwira AURI ini ditunjuk menjadi Dubes RI pertama berkuasa penuh untuk Kamboja pada 1965. Saat itu, Kamboja dipimpin oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Sebelum berangkat, Presiden Sukarno berpesan kepada Boediardjo:


“Kamu saya tugaskan untuk jadi duta besar di negara yang kepala negaranya adalah saudara saya,” demikian kata Sukarno kepada Boediardjo yang terkisah dalam otobiografi Boediardjo: Siapa Sudi Saya Dongengi. Menurut Boediardjo Pangeran Sihanouk adalah pengagum berat Sukarno yang ingin menerapkan ajaran Nasakom di Kamboja.


Ketika bertugas di Kamboja, Boediardjo mendapati bahwa Pangeran Sihanouk merupakan sosok yang royal dan flamboyan. Sang pangeran suka mengajak para dubes pergi ke pegunungan, mandi ramai-ramai di alam bebas. Malam hari, Sihanouk main saksofon sementara para dubes disuruh berdansa sampai pagi. Menjelang pukul 4 pagi, para dubes disuguhi makan bakmi. Begitulah cara Sihanouk “memomong” para dubes di negerinya.


“Gaya Sihanouk memerintah mirip raja-raja Jawa di masa lalu. Penduduk harus berjongkok dihadapannya. Sering melakukan kirab, raja naik mobil, melempar-lemparkan bingkisan, biasanya potongan kain untuk rakyatnya,” tutur Boediardjo.


Sekali waktu, Boediardjo menyirami bunga di halaman KBRI hanya mengenakan kaos dan celana pendek. Tiba-tiba Pangeran Sihanouk melintas. Mobilnya diperlambat seraya memberi salam dengan menangkupkan tangan di dada. Boediardjo yang terkaget-kaget dan buru-buru melemparkan selang air lalu membalas salam sembahnya. Tidak lama kemudian, datang utusan Istana membagi-bagikan kain kepada pegawai-pegawai KBRI.


Saban kali berkunjung ke Istana Kerajaan Kamboja (Royal Palace), Boediardjo membawa karangan bunga anggrek sebagai buah tangan. “Itulah tanda terimakasih padanya sebab saya telah memanfaatkan tahi gajahnya,” kata Boediardjo.  Secara rutin, Boediarjo mengangkut kotoran gajah dari kandang istana. Tinja gajah itu dimanfaatkan menjadi pupuk anggrek di kebun KBRI.


Boediardjo menjalani pekerjaannya sebagai dubes dengan menyenangkan. Selain bercocok tanam anggrek, dia juga doyan berburu wayang Kamboja yang bernilai tinggi karena langka. Gajinya sebesar US $1.100, cukup untuk membuka rekening bank di Swiss. Kehidupan di Kamboja murah meriah. Relasinya dengan Pangeran Sihanouk dan pejabat di Kamboja cukup baik. Pun demikian dengan kinerjanya dalam menjembatani hubungan diplomatik Indonesia-Kamboja, bisa dikatakan tidak bermasalah.   


Hanya saja Boediardjo hampir mendapat celaka ketika kurang teliti mempersiapkan kedatangan Presiden Soeharto ke Kamboja. Pada 1 April 1968, Soeharto mengadakan kunjungan diplomatik ke Kamboja. Ketika mendarat di Pnom Penh, rombongan Soeharto di sambut dengan lagu genjer-genjer, tembang rakyat yang identik dengan PKI.


Boediardjo beruntung karena Soeharto tidak mengambil hati perihal keteledorannya. Malahan setelah menyelesaikan tugasnya sebagai dubes Kamboja, Boediardjo diangkat menjadi menteri penerangan dalam Kabinet Pembangunan I. Sewaktu akan pulang menuju Jakarta, Boediardjo memboyong serta wayang-wayang Kamboja dan mobil Volkswagen kesayangannya.  


“Kamboja memberi hikmah tersendiri bagi saya, sebagai bekal memasuki hari tua,” kenang Boediardjo.   

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page