top of page

Sejarah Indonesia

Tiga Supir Palang Merah Yang Jadi Pesohor Dunia

Tiga Sopir Palang Merah yang Jadi Pesohor Dunia

Setelah jadi sopir ambulans ketika masih remaja, mereka membangun diri hingga menjadi orang penting di bidang masing-masing.

4 Desember 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ernest Hemingway dan Ray Kroc yang pernah jadi sopir ambulans.


PALANG Merah Internasional muncul pada 1863, setelah pengalaman Jean Henry Dunant (1828-1910) dalam Pertempuran Salferino (1859). Pengalaman itu dibukukannya dalam Un Souvenir de Solferino (1862).


Palang merah menjadi organ netral yang menolong siapa saja yang terluka tanpa memandang bangsa dan agama. Termasuk Dalam Perang Dunia I, palang merah hadir dan berperan penting. Kala itu kerja palang merah telah terbantu oleh teknologi bernama mobil, yang sudah dikembangkan sejak 1878 oleh Karl Benz di Jerman. Kendati punya banyak mobil, palang merah di peperangan amat kekurangan sopir sehingga membutuhkannya.


Nun jauh di tanah “Paman Sam”, seorang pemuda bernama Ernest Hemingway ingin sekali menyaksikan langsung pertempuran dalam perang yang terjadi di Eropa itu. Maka setelah gagal mendaftar di Angkatan Darat karena penglihatannya buruk, Ernest memilih jalur lain untuk mendekati perang. Dia Menjadi tenaga sukarela untuk palang merah di Eropa.


“Dia hanya menghabiskan waktu sekitar tiga minggu sebagai sopir ambulans Palang Merah di Italia sebelum kakinya terluka akibat pecahan benda tajam pada 8 Juni 1918, saat membagikan coklat dan rokok kepada pasukan Italia di sepanjang Sungai Piave,” tulis Lisa Tyler dalam Student Companion to Ernest Hemingway.


Dalam perang itu pula Ernest jatuh cinta pada seorang perawat yang lebih tua darinya. Waktu itu dia belum terkenal.


Ernest bukan satu-satunya remaja Amerika yang ingin terjun ke front Eropa. Walter Elias Disney (1901-1966) juga punya keinginan sama. Pada tahun 1918, Walt menemukan peluang bahwa korps ambulans Palang Merah Amerika butuh pemuda di atas 17 tahun untuk bergabung.


“Walt masih 16 tahun, jadi dia memalsukan akta kelahirannya agar dia terlihat setahun lebih tua dan membujuk ibunya untuk menandatangani surat-surat yang dibutuhkan,” catat  Louise Krasniewicz dalam Walt Disney A Biography.


Namun, ketika pelatihan palang merah, Walt terkena flu yang sedang mewabah di tahun 1918 itu, dikenal sebagai Spanish Influenza. Setelah sembuh, Walt dikirim juga ke Eropa. Namun, tak lama setelah Walt di sana, pada 11 November 1918 Perang Dunia I berakhir.

Ray Kroc dan Walt Disney.
Ray Kroc dan Walt Disney.

Raymond Albert Kroc (1902-1984) juga melakukan hal yang sama dengan Walt, berbohong soal umur aslinya. Pada 1917, pemuda Illinois yang disapa Ray ini masih berumur 15 tahun dan putus sekolah. Dia ingin merasakan petualangan penuh bahaya seperti yang diangankan sebagian remaja dunia ini.


“Ray menuju Connecticut, dimana dia dilatih sebagai supir ambulans. Dia diharapkan bepergian ke Eropa dan membantu tentara yang terluka dalam pertempuran. Kemudian perang selesai sebelum Ray pergi ke luar negeri,” catat Joanne Mattern dalam Ray Kroc: McDonald's Restaurants Builder.


Ray kecewa. Dia pun kembali ke sekolah untuk melanjutkan hidup.


Setelah 1918, Ernest Hemingway sempat jadi wartawan dan menerbitkan novel pertamanya pada 1926, The Sun Also Rises. Dia tak ingin berhenti dalam petualangan perangnya. Di Perang Dunia II (1939-1945) dan Perang Saudara Spanyol (1936-1939), dia menjadi koresponden. Hemingway lalu dikenal dengan Novelnya The Old Man and the Sea (1952). Dia kemudian jadi tersohor dan salah satu novelis berpengaruh dunia.


Sementara itu, usai Perang Dunia I Walt Disney dan Ray Kroc terpaksa melupakan soal petualangan dan fokus pada bisnis. Walt sempat bekerja di pabrik sebelum menjadi pembuat gambar karikatur dan pembuat film animasi. Walt kemudian membangun perusahaan filmnya sendiri, Walt Disney Production. Dari perusahaannya itulah dia dikenal sebagai tokoh animasi dunia. Salah satu karakter yang dihasilkan perusahaannya adalah Mickey Mouse.


Sedangkan Ray Kroc, menjadi sales marketing setelah lulus sekolah. Selama puluhan tahun dia menjadi penjual barang di Amerika. Hidupnya berubah setelah bertemu Maurice dan Richard Mcdonald –pemilik restoran hamberger cepat saji– di San Bernardhino, California, pada 1954. Mereka kemudian berkongsi. Ray mengembangkan restoran itu hingga menjamur di Amerika lalu ke seluruh dunia. Dia dikenal sebagai CEO McDonald's Corporation, raksasa resto cepat saji dunia.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page