top of page

Sejarah Indonesia

Universitas Leiden Resmikan Koleksi Asia Terbesar Di

Universitas Leiden Resmikan Koleksi Asia Terbesar di Dunia

Koleksi Asia yang selama ini tersebar di berbagai lembaga di Belanda disimpan di bawah satu atap perpustakaan Universitas Leiden.

13 September 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ratu Maxima meresmikan Asian Library, pusat koleksi pustaka Asia terbesar di dunia, 14 September 2017. Foto: universiteitleiden.nl.

UNIVERSITAS Leiden sejak lama terkenal sebagai salah satu pusat kajian Asia dengan koleksi pustaka terlengkap di dunia. Kajian Indonesia (Indologi) di Univeritas Leiden bahkan telah dimulai sejak dua dekade awal abad ke-19 sebagai bagian dari dominasi kolonial atas Indonesia (dulu Hindia Belanda).


Calon-calon pegawai yang akan dikirim bertugas ke Hindia Belanda terlebih dahulu mendapatkan pendidikan di jurusan Indologi Universitas Leiden untuk memahami kehidupan masyarakat jajahan. Pelajaran yang mereka terima meliputi sejarah dan kebudayaan sampai dengan penguasaan bahasa.


Sebagai bagian dari upaya itu dan pula pengembangan ilmu pengetahuan, para Indolog (ahli kajian Indonesia) telah memiliki tradisi mengumpulkan berbagai ragam kepustakaan dari negeri-negeri koloni Belanda. Hari ini, Kamis, 14 September pukul 10:00 pagi waktu Belanda, Ratu Maxima, permaisuri Raja Willem membuka secara resmi pusat koleksi pustaka Asia di gedung Pieterskerk, kota Leiden.


Rektor Universitas Leiden Prof. Dr Carel Stolker dalam sambutan persnya mengatakan pusat koleksi Asia di perpustakaan universitasnya itu merupakan hasil kerjasama berbagai lembaga yang juga menyimpan koleksi kepustakaan Asia.


“Selama tiga tahun terakhir Perpustakaan Universitas Leiden mengambil alih tanggungjawab mengumpulkan berbagai koleksi Asia Universitas Leiden dan dari lembaga lainnya untuk berada di bawah satu atap,” kata dia.


Rangkaian acara pembukaan, selain dihadiri oleh Ratu Maxima, juga akan dibuka dengan pidato kunci sejarawan Univeritas Oxford Prof. Peter Frankopan. Penulis buku The Silk Roads: A New History of the World itu menyampaikan materi bertema Asia dan riwayat pembentukan dunia modern.


Selain Frankopan, puluhan akademisi ahli Asia lainnya akan tampil di berbagai forum yang diselenggarakan dalam rangka pembukaan ini. Selama seharian Universitas Leiden dipenuhi kegiatan diskusi, pameran, tur perpustakaan, serta pemutaran film bertema Asia.


Pada bagian koleksi Indonesia, Marije Plomp dan Dick van der Meij akan mempresentasikan materi mengenai manuskrip-manuskrip bersejarah yang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden. Berbagai manuskrip yang tersimpan di sini dikumpulkan oleh para Indolog yang datang ke Hindia Belanda dan ini menjadi alasan kenapa sejak ratusan lalu Leiden menjadi tujuan penting bagi mereka yang ingin mempelajari Indonesia di negeri bekas penjajahnya itu.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page