top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Wayang Perang Idola di Gelanggang

Perang tanding, adegan paling ditunggu dalam pagelaran wayang. Meski kini pagelaran dipersingkat, keseruan dan daya tariknya tetap besar.

Oleh :
8 Des 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Werkudara (kiri) bersama Anoman, Setyaki, dan Gatotkaca (berderet tiga sebelah kanan). Foto Nur Janti.

BEGITU mendapat perintah untuk mencari tirtapawitra (air kehidupan) dari Begawan Drona, Werkudara langsung berkelana. Dia akhirnya berhasil menemukan sumur tua Jolotundo di Gunung Argokiloso. Namun, dia tak bisa langsung mendapatkan tirta pawitra karena harus bertapa terlebih dulu. 


Untuk memuluskan jalannya, Werkudoro memanggil para pengawalnya, yakni Anoman, Setyaki, dan putranya Gatotkaca untuk menjaga pertapaan. Upaya tersebut tak sia-sia. Di tengah pertapaannya, Sudirgapati, prajurit Prabu Karungkala yang diperintahkan Begawan Drona untuk mengganggu pertapaan Werkudoro, datang.


Gangguan itu membuat Anoman dan rekan-rekannya langsung bertarung melawan Sudirgapati. Pertempuran Itulah salah satu bagian paling ditunggu para penonton. Saking pentignya pertempuran, ada gurauan populer di antara penonton: Nek wis perang, gugah yo! (Kalau sudah perang, tolong dibangunkan!). Pasalnya, di sinilah kelihaian dalang memainkan wayangnya ditunjukkan.


Aksi dalang muda Aan Bagus Saputro yang dengan lincah menampilkan pertarungan Anoman-Sudirgapati dengan memutar, melempar, dan menggerakkan tangan wayang memukau penonton pada Minggu (9/12) dini hari. Beberapa dagelan yang disuarakan lakon Setyaki sebelum tanding pun makin meramaikan suasana. “Saben dino kumpul neng jero kotak kok lali (Tiap hari kumpul di dalam kotak wayang kok lupa),” kata dalang Aan, menyuarakan lakon Setyaki.


Pagelaran wayang yang dipimpin dalang Ki Anom Suroto itu menjadi satu rangkaian acara dalam Kongres Kebudayaan 2018 yang dihelat 5-9 Desember. Cerita wayang menampilkan lakon Dewa Ruci-Bima Sekti. “Lakon ini dulu carangan (gubahan yang keluar dari pakem cerita Mahabharata atau Ramayana, red.) para wali untuk sarana dakwah,” kata Ki Anom.


Lakon Dewa Ruci-Bima Sekti menceritakan tentang pencarian air kehidupan oleh Werkudara. Setelah selesai bersemedi di Jolotundo, dia terus mencari air kehidupan sampai ke dasar samudra. Di sana dia bertemu dengan Dewa Ruci yang perawakannya jauh lebih kecil.


Ketika masuk ke tubuh Dewa Ruci, Werkudara menemukan alam semesta dan cahaya ilahi yang menjadi pesan moral cerita wayang Jawa akan pencarian ketuhanan. Masuknya Werkudara ke dalam tubuh Dewa Ruci menjadi gambaran falsafah manunggaling kawula gusti.


Pertunjukan wayang tak pernah kehilangan penggemar. Meski zaman sudah berubah, wayang tetap diserbu penonton. Penyelenggaraannya pun menyesuaikan zaman karena orang tak lagi mampu begadang semalam suntuk. “Penonton wayang sekarang kan nggak telaten, ada yang nunggu perangnya saja, kadang jam 12 juga sudah pulang karena lelah. Jadi beberapa pagelaran dipersingkat,” kata Aan pada Historia.


Ki Anom lebih jauh mengatakan, para dalang di Surakarta bersepakat pertunjukan wayang dipersingkat karena pola hidup orang yang berubah. Pertunjukan Dewa Ruci-Bima Sekti yang semula memakan waktu 10 jam menjadi lima jam, dari pukul 9 malam sampai pukul 2 dini hari. “Karena kalau pas tidak libur, orang-orang yang bekerja kantoran bisa lihat dan anak muda juga masih ada waktu istirahat,” tambahnya. Namun, pementasan wayang tujuh hari tujuh malam tak hilang begitu saja. Pementasan panjang ini masih diselenggarakan, salah satunya di Boyolali. Meski tak semua adegan ditampilkan, adegan perang yang paling ditunggu masih ada dan tetap seru.


“Lakon Bima Sekti zaman simbah dulu dimainkan dari jam 8 malam sampai jam 6 pagi. Tapi sekarang dipersingkat,” kata Ki Anom.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page