top of page

Sejarah Indonesia

200 Tahun Perang Jawa Nama Diponegoro Bakal Terus

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.

20 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Keris dan pelana kuda milik Pangeran Diponegoro turut dipamerkan dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa yang dihelat Perpustakaan Nasional. (Riyono Rusli/Historia.ID).

Diperbarui: 22 Jul

DUA abad telah berlalu dari saat penghinaan para pejabat Belanda terhadap Pangeran Diponegoro (1785-1855). Ketika itu, Asisten Residen Henri Chevalier (1795-1825) yang telah meniduri selir Diponegoro, memaksa Pangeran Diponegoro untuk menerima kembali selir yang telah dinodainya. Setelah Pangeran Diponegoro mengatakan tidak memelihara selir untuk asisten residen, maka Chevalier yang veteran Perang Waterloo dan ksatria Militaire Willemsorde itu memukul kepala sang pangeran.

 

Diponegoro yang terinjak-injak martabatnya itu, kata  Peter Carey dalam Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1795-1855, berusaha menegakkan martabatnya dengan jalan yang tak diduga orang-orang Belanda yang menghinanya. Dia memimpin pasukan untuk melawan Belanda hingga mengobarkan Perang Jawa pada 1825 yang berlangsung sekitar lima tahun dan amat memusingkan Belanda.

 

Guna memperingati Perang Jawa yang dimulai tepat pada hari ini, 20 Juli, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menghelat  Pameran “200 Tahun Perang Jawa” di Jakarta yang dibuka pada malam 20 Juli 2025. Martabat menjadi kata kunci dalam pameran tersebut, sebagaimana menjadi esensi dari perang yang dikobarkan Pangeran Diponegoro 200 tahun silam.

 

“Peter (Carey, sejarawan, red.) menyatakan bahwa dari sudut pandang Pangeran Diponegoro, esensi perang itu dapat dirangkum dalam satu kalimat pendek ‘I want respect!’ (Saya ingin dihormati). Sejak awal tahun 2025 ini, saya kibarkan sebuah visi baru, visi perubahan yang diharapkan menjadi doktrin baru perjuangan pengabdian insan-insan perpustakaan. Visi itu adalah Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa,” ujar Kepala Perpustakaan Nasional Aminudin Aziz, dikutip antaranews.com, 20 Juli 2025.

 

Perang Jawa jelas tak dilupakan hingga hari ini. Pangeran Diponegoro sendiri bahkan dikenal masyarakat karena namanya diabadikan untuk banyak nama, mulai dari jalan, universitas hingga KODAM di Jawa Tengah tempat di mana mantan Presiden Soeharto pernah menjadi panglianya.

 

“Kalau nama-nama orang yang memenjarakan kepadanya telah hilang sama sekali dari ingatan manusia, nama Diponegoro akan terus hidup,” kata Presiden Sukarno dalam peringatan 100 tahun wafatnya Pangeran Diponegoro (1955) seperti diulang lagi oleh Aminuddin Azis dalam malam pembukaan pameran.

 

Panglima Perang Jenderal de Kock atau Gubernur Jenderal van den Bosch yang menangkap dan memenjarakan Pangeren Diponegoro tidak banyak diingat orang, bahkan oleh orang Belanda sendiri. Termasuk para perwira Belanda dalam Perang Jawa yang kemudian ada yang menjadi jenderal.

 

Dalam pameran ini, keris dan pelana kuda Pangeran Diponegoro turut dihadirkan. Begitu pula manuskrip, buku, dan lainnya terkait kisah Pangeran Diponegoro dan perang yang dikobarkannya dalam menegakkan martabat dirinya dan kaumnya. Buku dan manuskrip itu ada yang ditulis dengan aksara Latin, Jawa Kuno, juga Arab Pegon atau Arab Gundul. Pangeran Diponegoro menguasai baca-tulis Arab Pegon.

 

“Aksara yang digunakan Pangeran Diponegoro dalam menuliskan biografinya,” Aminuddin Azis.

 

Butuh waktu sekitar sembilan bulan bagi Pangeran Diponegoro untuk merampungkan naskah tentang perjalanan hidupnya yang tebalnya lebih dari 1000 halaman itu. Naskah itu dituliskannya ketika berada di dalam pembuangan di Makassar.

 

Naskah yang dikenal sebagai Babad Diponegoro itu menjadi acuan penting dalam penelitian Peter Bryan Ramsey Carey, sejarawan yang puluhan tahun meneliti kehidupan dan perjuangan Pangeran Diponegoro. Juga acuan bagi mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro, yang berkutat dengan naskah tersebut. Keduanya menghasilkan karya tulis tentang Diponegoro. Babad  Diponegoro kemudian diajukan mereka sebagai Memory of the World UNESCO.

 

“Buku yang terbagus, yang terbanyak, yang tertebal itu mengenai Perang Jawa itu, bukunya Pak Peter Carey. Tapi dia melihat sejarah, dengan Perang Jawa selesai maka akan mantaplah penguasaan kolonial Belanda di Jawa,” kata Wardiman Djojonegoro dalam pembukaan pameran tersebut.

 

Pangeran Diponegoro merupakan salah satu orang Jawa paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Selain menginspirasi dalam pembangunan martabat, Perang Jawa yang dikobarkannya mengakibatkan keuangan Hindia Belanda goncang. Salah satu akibatnya, wilayah selatan Belanda yang berbatasan dengan Prancis pun memisahkan diri menjadi Belgia.

 

Guna mengembalikan keuangan yang “bocor”, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes van den Bosch memberlakukan Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) yang –mewajibkan setiap desa menyisihkan seperlima tanahnya untuk ditanami tanaman komoditas ekspor– menyengsarakan para petani di Jawa. Menurt Peter Carey dalam Kuasa Ramalan, sistem Tanam Paksa itu menghasilkan sekitar 832 juta gulden untuk kas Kerajaan Belanda.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
bottom of page