- Randy Wirayudha

- 9 Jul
- 2 menit membaca
TANAH Minangkabau tidak hanya melahirkan para ulama-pejuang seperti Tuanku Imam Bonjol, Haji Abdul Manan, Tan Malaka hingga Mohammad Hatta. Dari tanah itu pula lahir para pengusaha yang juga banyak berperan dalam gerakan sosial-politik. Salah satunya Anwar Sutan Saidi.
Anwar lahir di Kampung Sungai Puar, Agam pada 19 April 1910 (beberapa sumber menyebut 10 April 1910). Kampung kelahirannya di lereng Gunung Marapi, di antara Fort de Kock (kini Bukittinggi) dan Padang Panjang, bukan hanya punya panorama yang rancak bana namun juga punya para perajin besi dan ukiran.
Audrey R. Kahin dalam Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity: 1926-1998 mendeskripsikan sosok Anwar sebagai pemuda cemerlang dengan energi besar dan visi yang luas meski tak menyelesaikan pendidikannya di Gouvernement 2de Klas di Payakumbuh. Saat masih berusia 16 tahun Anwar justru memilih bekerja dan belajar berdagang pada pamannya di kota itu.
Latar belakangnya dari kampung para pengrajin rumahan membuatnya merintis usaha. Tujuannya sekaligus untuk membantu pemberdayaan perekonomian rakyat di sana. Itu sebabnya Anwar ingin mewadahi dengan mendirikan sebuah asosiasi, namun idenya ditolak pendiri Himpunan Saudagar Indonesia (HSI) Marah Sutan.
Baca juga: Ayub Rais, Pengusaha Bumiputera
Anwar, yang tak menyerah, juga menginginkan permodalan kerajinan tekstil, besi, ukiran, dan perak rakyat yang berada di Agam, Ampat Angkat, Kamang, dan Koto Gadang disediakan perbankan. Idenya terinspirasi dari Dr. Sutomo di Surabaya yang mendirikan NV Bank Nasional Indonesia pada 1929. Lagi-lagi, ide Anwar ditentang karena dianggap berbenturan dengan syariat Islam.
“Dr. Sutomo mendirikan Bank Nasional Indonesia pertama di Surabaya dan Anwar pun ingin mendirikan cabangnya di Sumatra Barat. Tetapi di HSI Padang dan Bukittinggi langsung timbul masalah sehubungan dengan boleh tidaknya praktik perbankan sebab peminjaman uang (rente) dianggap suhabat dalam hukum Islam. Menghadapi itu, Anwar sementara diam untuk mendirikan lembaga yang berkonsentrasi pada penghimpunan dana tabungan,” tulis Kahin.
Pada 27 Desember 1930, Anwar dan beberapa koleganya mendirikan Lembaga Abuan Saudagar yang mewadahi Bank Tabungan Saudagar. Kelak, pada 1940-an bank itu berkembang menjadi NV Bank Nasional. Seiring waktu, bisnis Anwar pun meroket. Menurut Saafroedin Bahar dalam Etnik, Elite dan Integrasi Nasional: Minangkabau 1945-1984, Republik Indonesia 1985-2015, mulai 1938 Anwar memprakarsai berdirinya empat perusahaan lokal: PT. Inkorba, PT. Fort de Kock, PT. Andalas, dan PT Bumi Putera, serta satu perusahaan penerbitan dan percetakan NV Nusantara.
“Zaman Jepang (Anwar) mendirikan percetakan Nusantara di Bukittinggi bekerjasama dengan Penerangan Divisi Banteng mencetak buku-buku karangan Tan Malaka,” ungkap Safroedin.
Leon Salim dalam Prisoners at Kota Cane menyebut, PT Inkorba yang didirikan Anwar bergerak di bidang impor batik. Sedangkan PT. Fort de Kock di bidang produksi sabun. Sementara, PT Bumi Putera merupakan kongsi impor-ekspor aneka jenis barang perdagangan, di mana perusahaan-perusahaan itu punya jaringan sampai ke Singapura dan kelak sangat bermanfaat bagi zaman pergolakan.
Baca juga: Tajir Melintir Teuku Markam










Komentar