top of page

Sejarah Indonesia

Awal Mula Pengeras Suara Di Masjid

Awal Mula Pengeras Suara di Masjid

Pengeras suara kali pertama digunakan pada zaman Belanda. Ada masjid yang mengharamkannya.

11 April 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Masjid Agung Kraton Surakarta. Foto: wikipedia.org.

PENGERAS suara di masjid jadi polemik lagi. Pemicunya Ganjar Pranowo, calon gubernur Jawa Tengah, baca puisi karya KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus) ke khalayak. Sepotong larik puisi itu berbunyi, “Kau bilang Tuhan sangat dekat, namun kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara setiap saat.”


Sebenarnya sejak kapan orang Indonesia menggunakan pengeras suara di masjid?


“Saya bersekolah dasar di Jakarta pada 1968. Saya ingat Masjid al-Muhajirin dan al-Anshar, Tanah Abang, Jakarta Pusat, sudah menggunakan pengeras suara,” kata Ahmad Mathar Kamal, penulis buku Catetan Si Cheppy Aktipis Betawi, kelahiran Tanah Abang pada 1958.


Ahmad Mathar juga beroleh informasi dari kawannya yang lebih tua bahwa penggunaan pengeras suara untuk azan di Jakarta sudah berlangsung antara 1960-1964. “Di daerah Pasar Minggu, Masjid al-Makmur, masjid besar di sana, sudah pakai pengeras suara untuk azan,” lanjut Mathar.


Tapi tak semua masjid di Jakarta sudah menggunakan pengeras suara ketika itu. Beda masjid, beda pula waktu penggunaan pengeras suaranya. Masjid besar semisal al-Azhar, Jakarta, baru menggunakan pengeras suara pada 1970-an. Padahal masjid itu selesai dibangun pada 1958. Demikian laporan Panji Masyarakat 1978 ketika memperingati 20 Tahun Masjid Agung al-Azhar.


Sebuah masjid di Kebon Jeruk, Jakarta, justru mengharamkan penggunaan pengeras suara pada 1970-an. “Karena tidak ada pada zaman Nabi,” kata A.M. Fatwa, koordinator Dakwah Islam Jakarta, kepada Kompas, 12 Januari 1977.


Orang-orang Indonesia menyebut pengeras suara sebagai TOA. Ini sebenarnya merek dagang dari perusahaan alat elektronik asal Jepang, TOA. Berdiri pada 1934, TOA masuk ke Indonesia pada 1960-an. Lalu menjadi alat pengeras suara paling sohor di desa dan kota. Mengalahkan merek lainnya yang lebih dulu muncul.


G.F. Pijper, seorang Belanda pengkaji Islam di Indonesia, sebenarnya telah menyaksikan kehadiran pengeras suara di masjid Indonesia jauh sebelum 1960-an.


“Pengeras suara dikenal luas untuk menyuarakan azan di Indonesia sejak tahun 1930-an. Masjid Agung Surakarta adalah masjid pertama yang dilengkapi pengeras suara,” tulis Kees van Dijk, “Perubahan Kontur Masjid,” termuat dalam Masa Lalu Dalam Masa Kini Arsitektur Indonesia. Van Dijk mengutip Studien over de geschiedenis van de Islam karya Pijper.


Van Dijk tak menyebut soal merek pengeras suara pada masa kolonial itu. Tapi dia memuat keterangan tentang ketidaksukaan orang Barat terhadap suara azan dari alat tersebut. Padahal, orang Baratlah yang memperkenalkan pengeras suara ke orang-orang tempatan di Hindia Belanda, bersamaan dengan masuknya jaringan listrik ke Hindia Belanda.


Memasuki zaman merdeka, ketika pengeras suara menyemarak di masjid-masjid, anak negeri mulai berdebat sekitar penggunaan pengeras suara. Debat itu muncul pada 1970-an. “Bagaimana kalau ada orang yang sakit di sekitar masjid dan meninggal karena suara azan yang terlalu keras, misalnya,” protes seorang warga Jakarta, termuat di Ekspres, 22 Agustus 1970.


Warga lain mengaku tidak keberatan dengan azan melalui pengeras suara. “Sekalipun saya orang Budhis, saya bisa merasakan hikmah yang agung itu dan saya senang,” kata Oka Diputhera, pegawai di Departemen Agama kepada Ekspres.


Oka hanya protes pada tingkat kebisingan pengeras suara dari masjid untuk kegiatan di luar azan. Sebab, pengurus masjid seringkali menggunakan pengeras suara di luar azan. Seperti untuk doa, zikir, dan pembacaan Al-Qur'an yang kelewat malam atau jauh sebelum subuh.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page