Hukum Islam hanya dipakai di beberapa kesultanan di Nusantara, dan itu pun baru fase pengenalan, saling mempengaruhi dengan hukum adat.

Kemerdekaan Indonesia membuka jalan bagi penerapan syariat Islam di Aceh. Baru terealisasi setelah reformasi.

Pada masa kolonial Belanda, hukum adat lebih banyak digunakan daripada hukum Islam dalam memutuskan suatu perkara. Menjaga keseimbangan kaum adat dan ulama.

Bersama hukum Islam, adat Aceh yang diturunkan secara lisan dijadikan pedoman masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Perkawinan, perceraian, dan soal waris dalam Islam diadopsi di Aceh. Lebih berpihak pada perempuan.

Kesultanan Aceh tak selalu menerapkan hukum Islam. Seringkali sultan menjadi sumber hukum itu sendiri.

Hukum Islam kerap dianggap sudah diterapkan di kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Padahal, raja-lah hukum itu sendiri.

Guru sekolah dasar sekaligus wartawan ini aktif dalam pergerakan nasional di Jawa Barat. Berujung dalam pembuangan di Papua pedalaman.

Kampung Ampel yang jadi tempat wisata religi amat dekat dengan pergerakan. Masjidnya yang didirikan Sunan Ampel pernah jadi tempat kongres.

Sunan Ampel membangun kawasan yang kemudian membuat NU-Muhamadiyah bersatu. Ada dua ketua mereka yang dimakamkan di sini.

Dibangun pada masa pemerintahan Pangeran Kararangen. Gua Sunyaragi berfungsi sebagai tempat menyepi para sultan Cirebon.

Dari menjadikan rumahnya sebagaik pondokan, di masa revolusi Haji Hilal dekat dengan pemuda-pemuda Sulawesi di Yogyakarta. Beberapa di antara mereka kelak jadi orang top.

Soerodiwirjo membawa Setia Hati menerima anggota dari kalangan manapun, termasuk Belanda. Bertolak belakang dengan prinsip murid kepercayaannya.

Beberapa anggota Setia Hati terlibat dalam Pemberontakan PKI tahun 1926 secara personal. Berbuah stempel merah dari pemerintah.

Tak semua tokoh Lampung ikut Radin Inten II. Haji pun ada yang ikut Belanda dalam Perang Lampung.