top of page

Sejarah Indonesia

Belantara Rawa Yang Sukses Jadi Kota

Belantara-Rawa yang Sukses Jadi Kota Olahraga

Sebermula dari daerah tak berpenghuni, Jakabaring kini tenar di seantero Asia.

4 September 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kompleks Olahraga Jakabaring yang Awalnya Hanya Berupa Belantara-Rawa (Foto: Randy Wirayudha/Historia)

SELAIN Jakarta, kini nama Palembang ikut menggema di Asia, bahkan di dunia lantaran jadi kota pendamping tuan rumah Asian Games 2018. Jakabaring Sport City (JSC) atau Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang sukses menghelat event olahraga terbesar Asia itu dengan baik.


Jelas bukan tanpa kurangan. Dari pengamatan Historia semasa penyelenggaraan, persoalan transportasi merupakan salah satu yang dikeluhkan masyarakat. Mereka yang ingin menyaksikan pertandingan di JSC, kesulitan mendapat akses shuttle bus. Awak media tak menjadi pengecualian.


“Kalau sudah sore, habis meliput di venue selalu susah cari bus untuk kita bisa kembali ke MPC (Main Press Center). Bisa satu sampai dua jam. Atau malah kita harus jalan kaki untuk mengerjakan berita di MPC,” ujar Iqbal, wartawan salah satu media di Palembang, kepada Historia.


Kalau sedikit beruntung, para penonton dan wartawan di venue-venue JSC bisa menumpang truk logistik. Lokasi MPC berada di Sriwijaya Promotion Center, sekira dua kilometer dari Kompleks JSC.


Selain masalah transportasi, gangguan lain datang dari gangguan asap kebakaran lahan. Kala Historia tengah berada di venue voli pantai, Selasa (21/8/2018), Helikopter Airbus AS355 bernomor registrasi PK-RTM dan Helikopter Mi-172 (VN-8427) bolak-balik mengangkut air dari danau buatan JSC untuk memadamkan kebakaran lahan di dekat Kampung Atlet Jakabaring.



Beruntung kebakaran cepat ditangani dan proses pemadaman dipantau langsung Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin. “Kebakarannya masih di kawasan Jakabaring, namun bukan di dalam JSC. Hot spot-nya karena musim kemarau. Daerah situ kan banyak lahan gambut,” ujar pegawai Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan yang enggan disebutkan namanya kepada Historia.


Bermula dari Rawa


Kawasan tempat Kompleks JSC berada, dulu merupakan kawasan tanpa penghuni. “Dulu ya sejak zaman kerajaan (Sriwijaya), kesultanan (Palembang), zaman Belanda sampai Orde Baru, Jakabaring hanya berupa hutan dan rawa (gambut –red.). Malah belum ada sebutannya karena Jakabaring sebagai kecamatan juga baru lantaran ada pemekaran wilayah (2017),” ujar Yuswan Rahadian, pengamat sejarah Palembang, kepada Historia.


Beragam cerita seram pun muncul di kalangan masyarakat yang berdiam di bagian ulu Sungai Musi tersebut. “Ya tidak ada yang anehlah cerita-cerita mistisnya, hampir sama di daerah-daerah lain. Itu kawasan juga jadi tempat pelarian banyak pelaku kriminal, sebelum dibangun komplek olahraga itu tahun 2001,” lanjut Yuswan.



Nama Jakabaring sendiri, kata Yuswan, bukan nama orang atau tokoh sebagaimana kisah-kisah legenda macam Jaka Tingkir, Jaka Sembung, apalagi Jaka Tarub. “Jakabaring itu asalnya dari singkatan kumpulan masyarakat yang berbaur dekat kawasan itu. (Suku) Jawa, Kaba, Batak, dan Komering.”


Kota Olahraga


Sebagai kota pelabuhan kaya minyak dan industri, pembangunan di Palembang berjalan timpang. “Pemerintah (kota dan provinsi) cenderung hanya membangun daerah ilir,” ujar Chandra Zaki Maulana, pengamat sejarah Palembang, kepada Historia.


Upaya pemerataan pembangunan pun dilakukan dengan membuka kawasan Ulu. “Ya akhirnya memang dibangun JSC di Seberang Ulu karena sebelumnya kan pembangunan kurang merata,” sambung dosen UIN Raden Fatah itu.



“Dulu yang menggagas komplek olahraga (JSC) ini adalah Gubernur Ramli (Hasan Basri, gubernur Sumsel 1988-1998 –red.). Tapi harus diakui, kalau mau disebut orang yang berjasa ya Pak Rosihan (Arsyad, gubernur Sumsel 1998-2003). Set plan dan cetak birunya dibuat di masa jabatan dia dengan bagus,” kata Chandra.


Daerah Ulu lalu dijadikan “kota olahraga”. Buku South Sumatera: Menyongsong Asian Games 2018 memaparkan, JSC dibangun di atas lahan seluas 325 hektar pada 1 Januari 2001 jelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XVI 2004. Stadion Gelora Sriwijaya (40 ribu penonton) menjadi arena pertama yang dibangun sesuai masterplan kota olahraga bertaraf internasional itu. Gubernur Syahrial Oesman meresmikan JSC pada 2004 untuk penyelenggaraan PON.

Ketika Palembang terpilih menjadi tuan rumah SEA Games 2011, Gubernur Alex Noerdin menambahkan beragam fasilitas di JSC. Selain Wisma Atlet dan Sport Science Center, JSC ditambahi stadion akuatik, stadion atletik, lapangan tenis, arena panahan, dan arena menembak.



“(Alex) Noerdin menjadi promotor utama (dalam proyek Jakabaring jelang SEA Games 2011) dan bahkan membiayai sendiri pembangunan arena menembaknya. Usahanya membawa SEA Games ke Palembang pada 2011 menjadi kesuksesan besar pertamanya,” tulis Friederike Trotier di artikel “Changing an Image through Sports Events”, termuat di Sport and Body Cultures in East and Southeast Asia.


JSC mendapat kehormatan lebih besar ketika Alex berhasil menjadikan Palembang sebagai tuan rumah kedua Asian Games 2018. Beragam pembangunan lanjutan kembali bergulir di JSC baik untuk mempercantik, mempercanggih, maupun melengkapi. Beragam fasilitas baru itu antara lain, danau buatan untuk penyelenggaraan olahraga air, arena panjat tebing, dan Bowling Center yang semua perlengkapannya diimpor.



Yang tak kalah penting, pembangunan Light Rail Transit (LRT) dari JSC ke Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Kelengkapan fasilitas dan keseriusan penyelenggaraan itu menjadikan Palembang sukses menghelat event olahraga terbesar Asia.


“Itulah jasanya pak Alex Noerdin, membawa Asian Games ke Palembang. Terlepas dari bagaimana kepemimpinannya yang dianggap begini-begitu oleh beberapa pihak, (pemerintahan) dia ada hasilnya yang kelihatan. Lihat proyek LRT! Yang di Jakarta saja kan belum beroperasi, tapi di sini sudah,” tandas Chandra.



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page