top of page

Sejarah Indonesia

Benarkah Babad Tanah Jawi Fiksi

Benarkah Babad Tanah Jawi Fiksi?

Ada fakta dan fiksi dalam Babad Tanah Jawi. Fiksinya berkaitan dengan mitos dan kebenaran simbolis.

10 April 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Babad Tanah Jawi.

PERNYATAAN pengamat politik, Rocky Gerung dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tadi malam, Selasa (10/4) memancing tanggapan publik. Dia menyebut kitab suci dan Babad Tanah Jawi adalah fiksi.


“Kitab suci fiksi atau bukan? Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, kitab suci adalah fiksi. Karena belum jadi, belum selesai. Babad Tanah Jawi itu fiksi,” kata dosen filsafat UI itu.


Terlepas dari apa yang Rocky konsepkan soal fiksi, sejarawan Dhanang Respati Puguh, mengatakan, sumber tradisional punya hak yang sama untuk digunakan sebagai sumber sejarah. Berdasarkan studi ahli sejarah Jawa, H.J. de Graaf, Babad Tanah Jawi punya kandungan fakta. Fakta sejarah dalam kitab itu ada pada bagian tengah cerita hingga akhir. Dari sisi historiografisnya, sumber tradisional bisa menjadi faktual. Asalkan konteks penulisan historiografinya, dalam hal ini Babad Tanah Jawi, dipahami.


“Artinya, kita tidak hanya sibuk untuk mencari fakta di dalamnya, yang lebih penting adalah memahami konteks penulisan historiografi,” kata Dhanang yang saat ini menjabat ketua Departemen Sejarah Universitas Diponegoro, Semarang.


Selain fakta, Babad Tanah Jawi juga punya kebenaran simbolis. Kisah tentang hal yang tak masuk akal, misalnya terkait sosok raja atau orang suci yang secara simbolik tetap punya kebenaran. Maknanya, raja atau orang suci berbeda dari orang kebanyakan. Dia memiliki kelebihan dibandingkan dengan rakyat jelata.


“Itu menurut saya salah satu contoh kebenaran simbolik,” lanjutnya.


Adi Deswijaya, filolog Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo, mengatakan pengertian fiksi terkait Babad Tanah Jawi lebih kepada rekaan dalam hal jalan cerita hasil pemikiran si pengarang. Namun, di balik fiksinya pemikiran itu, proses penciptaan karya tetap berlatar belakang sejarah.


Di sisi lain, unsur fiksi dalam babad juga berkaitan dengan mitos. Tak sulit menemukan unsur mitologi di dalam Babad Tanah Jawi. Salah satu contohnya, kisah Jaka Tingkir atau Hadiwijaya, raja Pajang pertama, yang dengan kekuatannya mampu mengalahkan 40 ekor buaya.


Kendati demikian, di balik mitos, ada tujuan mengapa sang pengarang, yang adalah pujangga keraton, menuliskannya. Mitos dimunculkan untuk mengkultuskan seorang raja.


Unsur mitos juga bisa ditemukan dari aspek kebahasaannya yang konotatif. “Maksud saya, area cerita awal berlatar belakang dewa-dewa yang hidup masa animisme dan dinamisme yang 99 persen hanyalah mitos bagi kita yang sudah berpegang teguh pada agama kita, sedangkan di bagian akhir, para raja sudah mempunyai ageman, agama,” jelas Adi.


Awalnya, sebelum memasuki sejarah kerajaan, Babad Tanah Jawi membeberkan silsilah raja-raja lebih dulu. Disebutkan di dalamnya, silsilah raja hingga ke para dewa, juga silsilah raja-raja Surakarta hingga ke para nabi.


“Sedangkan di akhir cerita sudah memasuki fakta sejarah kerajaan, meskipun jalan ceritanya dibumbui oleh mitos-mitos,” lanjut Adi.


Soal siapa penulis Babad Tanah Jawi, menurut Adi sulit menebaknya. Secara eksplisit, namanya tak disebut dalam naskah. Namun, secara implisit dilihat dari isi dan urutan di dalam ceritanya, penulisnya adalah Yasadipura I, pujangga masa pemerintahan Pakubuwana III dan Pakubuwana IV.


“Karena bait-bait terakhir di Babad Tanah Jawi berkelanjutan di Babad Giyanti yang memang jelas karya Yasadipura I. Babad Tanah Jawi menurut saya zaman Pakubuwana III,” kata Adi.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page