top of page

Sejarah Indonesia

Boom Cengkeh Bikin Suzuki Laris

Boom Cengkeh Bikin Suzuki Laris

Soebronto Laras puluhan tahun menjual mobil Suzuki. Berasal dari keluarga pebisnis mobil.

21 September 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Diperbarui: 30 Jul

Kabar duka datang dari dunia otomotif tanah air. “Dedengkot” Grup Indomobil Soebronto Laras meninggal dunia pada Rabu, 20 September 2023 dalam usia 80 tahun.


Pria kelahiran Jakarta, 5 Oktober 1943 itu merupakan orang penting Indomobil, pemegang merk Suzuki di Indonesia. Dunia otomotif dicintainya sejak dini sebab ayahnya merupakan pebisnis mobil.


Waktu zaman Hindia Belanda, Raden Moerdono (ayah Soebronto) pernah bekerja di Velodrome, sebuah perusahaan otomotif yang menjual mobil di kota Betawi. Di sana juga bekerja Hasjim Ning –keponakan Bung Hatta yang kelak dijuluki “Raja Mobil Indonesia”– dan Ma’rifatul.



Pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada pengujung 1949 mengubah tatanan sosial yang ada. Setelah 1950, Moerdono, Hasjim Ning, dan Ma’rifatul membangun bisnis otomotif sendiri-sendiri.


“Hasjim Ning melebarkan sayap dengan ISC (Indonesian Service Company), Ma’rifatul mengembangkan diri dengan Mustika Ratu Motor, dan Bapak dengan Djanaka Motor. Seorang diri Bapak mendirikan Djanaka Motor,” kenang Soebronto Laras alias Yanto, anak Moerdono, dalam Meretas Dunia Automotif Indonesia.


Djanaka Motor mengageni mobil-mobil buatan Jerman dan Perancis. Moerdono menjadi pemilik sekaligus direkturnya. Tradisi menjual mobil lalu menurun ke Soebronto Laras.



Setelah Soebronto pulang belajar dari Inggris, dirinya tak langsung terjun ke dunia otomotif tapi bekerja untuk bos kasino Lauw Tjin Ho alias Atang Latif. Atang Latief berjaya waktu judi dilegalkan di DKI Jakarta. Aset Atang yang diurus Soebronto adalah First Chemical Industry yang bergerak di bidang bisnis plastik. Atang Lateif sekitar 1976 membeli perusahaan distributor sepeda motor Suzuki, Indohero Steel & Engineering Company dari Ngudi Gunawan, pemilik Hero Supermarket. Soebronto alias Yanto pun disuruh mengurusnya.


“Pada perkembangannya kemudian perusahaan First Chemical Industry milik Pak Atang yang saya pegang sebelumnya, saya up grade dan lebur ke dalam Suzuki. Kami memproduksi sepeda motor, pelan-pelan lalu kami buat mobil,” kata Soebronto.


Di dalam perusahaan yang dibeli Atang Latief itu terdapat agen tunggal roda empat dan Suzuki Indonesia Manufacturing yang memproduksi komponen sepeda motor. Semuanya dipegang Soebronto.


Saingan dalam menjual sepeda motor tentu saja Astra Internasional yang sejak awal menjual sepeda motor Honda. Saingan lainnya adalah Yamaha, Kawasaki, dan Vespa. Soebronto harus keras memutar akal untuk menjual sepeda motor Suzuki, salah satunya dengan sesering mungkin mengadakan balap motorcross di daerah-daerah.



Sementara, dalam menjual mobil, saingan Suzuki adalah pemain besar pula, yakni Mitsubishi dan Toyota. Mobil Suzuki yang mula-mula dijual Soebronto ke pasaran adalah Carry ST-100. Sulit menjualnya. Namun Soebronto tak patah arang lantaran tetap ada celah peluang yang bisa dimasuki. Peluang itu datang dari perniagaan cengkeh di Indonesia timur. Soebronto pun masuk ke sana.


"Pada 1978 awal, terjadi panen cengkeh di Manado. Ketika merek lain sibuk di Jakarta dan di Jawa, dan mereka tidak memikirkan daerah saya langsung masuk ke Sulawesi Utara," kenang Soebronto.



Usahanya di Sulawesi Utara tak sia-sia. Setidaknya 3.000 unit Carry ST-100 laris di tahun itu juga. Setelah sukses di Manado, pamor Suzuki pun naik. Soebronto memperjuangkan Suzuki di daerah lain. Para 1979, Suzuki merilis Jimny—jip kecil dengan mesin 800 cc– di pasaran Indonesia. Sukses pula. Andalan Suzuki lain, seri pick up—yang juga dari seri Carry dan kebanyakan dijadikan mobil niaga di berbagai daerah, kemudian meramaikan jalanan Indonesia.


Setelah Atang Latief menjual perusahaan itu kepada Liem Sioe Liong pada 1982, Soebronto terus mengurusnya. Liem Sioe Liong yang sudah berjaya dengan Indomie, sejak 1980 ingin terjun ke bisnis mobil. Maka setelah membeli keagenan Suzuki dari Atang Latief, Liem membeli keagenan merek lain. Menurut Richard Borsuk & Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto, Liem membeli keagenan Mazda, Hino, Land Rover, dan Datsun. Kelompok bisnis kendaraan bermotor di bawah Liem kemudian dikenal sebagai Indomobil.


Soebronto Laras masih dipercaya ketika Indomobil membesar. Pada 1990, perusahaan yang terkait sepeda motor Suzuki pun dilebur Soebronto ke dalam Indomobil Suzuki Internasional. Indomobil yang punya 90 anak perusahaan setidaknya menguasai 20 persen pasaran mobil nasional.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
bottom of page