top of page

Sejarah Indonesia

Cara Cucu Kh Noer Ali Menyelami Heroisme Sang

Cara Cucu KH Noer Ali Menyelami Heroisme Sang Kakek

Pertempuran Sasak Kapuk yang -mencuatkan nama KH Noer Ali- direka ulang dalam sebuah drama, di Bekasi. Sosok sang pahlawan diperankan langsung oleh cucunya.

18 November 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

"Nur Ali ketika memerankan sosok kakeknya yang juga bernama sama, KH Noer Ali. "

RAUT wajah dan sorot mata pria itu menampakkan ketenangan bak air telaga. Namun, hatinya bergejolak. Setelah memberi pembekalan pada murid-muridnya, dia langsung memimpin mereka ke tempat penghadangan di Sasak Kapuk (kini Pondong Ungu, Kota Bekasi). Di sana, mereka akan menghadapi pasukan pemenang Perang Dunia II.


Adegan itu menempati bagian awal perhelatan reka ulang Pertempuran Sasak Kapuk yang digelar Ikatan Abiturien Attaqwa dan Komunitas Sejarah Front Bekasi pada Sabtu, 18 November 2017. Acara yang dibuat untuk memperingati Hari Pahlawan itu berlangsung di Lapangan Pesantren Attaqwa, Ujungmalang, Bekasi.


Gambaran fisik dan spirit Nur Ali, sang pemimpin, tadi mampu memancarkan gambaran sosok KH Noer Ali, pahlawan nasional yang memimpin rakyat Bekasi dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Bukan kebetulan bila hal itu bisa terjadi. Nur Ali merupakan salah satu cucu KH Noer Ali sang pahlawan. Ayah Nur Ali, KH Amin Noer –pendiri Yayasan Attaqwa, merupakan anak ketiga KH Noer Ali.


Maka, Nur Ali amat bersemangat ketika memerankan sang kakek. Bermodal pistol Webley, dia ikut berjibaku ‘becek-becekan’ di lapangan bersama pasukannya yang diperankan 40 siswa Pesantren Putra Attaqwa Pusat. Itu merupakan cara Nur Ali menyelami heroisme kakeknya tentang masa-masa revolusi yang belum pernah didengarnya semasa sang kakek masih hidup. “Kesannya memerankan beliau itu luar biasa sekali. Ada rasa senang, namun juga ada harapan. Saya memang ingin tahu bagaimana menonjolnya sosok beliau (di masa perjuangan –red.),” ujar Nur Ali kepada Historia.


Untuk memerankan sosok sang kakek, Nur Ali menyempatkan diri ikut latihan drama itu di sela-sela kesibukanya mengajar di Pesantren Attaqwa. Latihan itu sendiri berjalan hampir setiap hari sejak sebulan pra Hari H. “Kesulitannya ya mungkin karena memang saya enggak punya basic reka ulang atau drama. Apalagi kan peran utama ini sosok yang cukup dituakan dan juga kakek sendiri,” sambungnya.


Nur Ali amat bangga bisa memerankan sosok kakeknya. Terlebih, sang ayah KH Amin Noer ikut memberi masukan padanya. Dan yang terpenting, Nur Ali bisa memetik keteladanan dari kakeknya, seorang ulama pejuang yang pada 2006 ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah.


“Yang bisa kita teladani dari KH Noer Ali tentang peristiwa ini (Pertempuran Sasak Kapuk –red.) adalah tekad yang bulat. Dia juga merupakan sosok pemimpin yang sayang kepada anak buahnya. Kita juga bisa meneladani strateginya yang matang (dalam berperang di masa revolusi),” tandas Nur Ali.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim dikenal dengan julukan Napoleon dari Batak. Menyalakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda di tanah Simalungun.
Antara Raja Gowa dengan Portugis

Antara Raja Gowa dengan Portugis

Sebagai musuh Belanda, Gowa bersekutu dengan Portugis menghadapi Belanda.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page