top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Copet Medan Dihajar “Kingkong”

Dua copet Medan bernasib malang akibat salah pilih korban. Korbannya "Kingkong" yang jadi jawara tinju Medan.

3 Jul 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi tinju. (M.A. Yusuf/Historia.ID).

DUA pencopet itu sedang mengintai calon korbannya, seorang pemuda, di sebuah jalan di kota Medan. Keduanya yakin pemuda itu punya uang. Memang, pemuda itu punya 20 gulden di kantongnya. Dua pencopet yang haus barang curian tadi pun diam-diam langsung mendekati pemuda itu.

 

Nahas tak bisa ditolak dua pencopet itu. Setelah mendekati calon korbannya, dalam waktu singkat keduanya justru mendapat perlawanan calon korban yang tak pernah disangka keduanya. Dalam hitungan detik, dua pencopet itu terjatuh ke tanah sebelum mendapatkan harta yang mereka inginkan dari korbannya. Rahang keduanya dihajar calon korbannya.

 

Orang-orang pun mengitari tempat kejadian, begitu juga polisi. Kedua pencopet itu diberdirikan dengan tangan diborgol dan kemudian dibawa ke kantor polisi. Ketika akan dibawa, dua copet itu sembari menahan sakit akibat dihajar calon korbannya juga menerima ejekan banyak orang.

 

Dua copet itu tak pandai dalam pilih korban pada bulan September 1939 itu. Sebab, calon korbannya bukan sembarang orang. Ya, calon korban itu merupakan petinju di kota Medan: Primo Osman. Di era 1930-an, Primo begitu terkenal. Sama dengan terkenalnya dengan Kid Darlim di Batavia.

 

“Primo Osman adalah sosok istimewa, dicintai oleh ratusan orang, dipuja oleh puluhan orang, ditakuti karena tinjunya,” sebut Deli Courant tanggal 23 September 1936.

 

Ketenaran Primo di Medan tak hanya berlaku di dalam sasana atau GOR semata. Sebab, dia sering tanding di Pasar Malam yang tentu ditonton banyak orang dari berbagai lapisan sosial.

 

Setelah menghajar dua copet tadi, Primo langsung membersihkan darah di tangannya. “Popularitasku tidak akan dipertaruhkan!” kata Primo Osman, yang jawara tinju Medan, dikutip Deli Courant.

 

Para pencopet yang terlalu banyak minum itu, sebut Deli Courant tanggal 25 September 1936, lalu disidang. Mulanya kedua copet itu akan didenda 15 gulden atau dipenjara 15 hari, namun hukuman berubah menjadi lebih berat dengan denda 20 gulden atau 20 hari kurungan.

 

Primo rupanya bukan satu-satunya sasaran dua copet tadi. Sebelumnya, seorang penjual nasi goreng telah dilecehkan kedua copet tadi dengan dicium paksa di depan khalayak umum. kedua copet mengaku melakukannya karena mabuk.

 

Primo Osman yang punya julukan “Kingkong” sudah jadi berita sejak 1936 sebagai petinju. Petinju Melayu Medan ini disebut De Sumatra Post tanggal 7 september 1936 telah dikalahkan petinju Tionghoa bernama Kid Wee dalam sebuah pertandingan di pasar malam di Medan. Pertarungannya berlangsung 6 ronde dan masing-masing ronde 2 menit saja.

 

Pada ronde keempat, Primo melancarkan pukulan yang tidak sah kepada lawannya. Alhasil dia dinyatakan kalah dan dicemooh.

 

Namun, karier tinju Primo terus berlanjut. Het Nieuws van den dag van Nederlandsch Indisch edisi 22 Juli 1939 menyebut, Primo adalah juara kelas walter. Lawannya dari berbagai bangsa, selain orang Tionghoa dia juga melawan petinju Eropa dari luar Hindia Belanda.

 

Hingga menjelang Perang Dunia II, nama Primo cukup terkenal. De Indisch Courant edisi 9 November 1939 memberitakan, jawara tinju Medan itu dijadwalkan akan bertanding melawan Fighting Mieck yang disebut-sebut sebagai jawara tinju Jawa pada 10 November 1939. Namun, bagaimana kelanjutan berita itu belum diketahui. Yang pasti, nama Primo menghilang seturut meredupnya dunia tinju usai perang berkecamuk dan Hindia Belanda akhirnya diduduki Jepang. Usai perang dan Indonesia merdeka, nama Primo “Kingkong” Osman tak dikenal orang-orang dari generasi setelahnya.

 

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page