top of page

Sejarah Indonesia

Dari Bataan Menuju Kematian

Salah satu kejahatan perang Jepang dalam Perang Dunia II ini memakan korban puluhan ribu nyawa.

22 Feb 2013

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Rombongan pasukan AS-Filipina berjalan kaki ke San Fernando.



MYRRL McBride Sr dan banyak serdadu lain haus, lapar, dan lelah siang itu. Namun mereka harus terus berjalan sesuai perintah para serdadu Jepang yang menawan mereka. Lalu, “Orang-orang mulai terhuyung dan jatuh. Tak lama kemudian mereka ditembak atau ditusuk bayonet,” kenang McBride, yang selamat, dalam memoarnya Beyond the March of Death: Memoir of a Soldier′s Journey from Bataan to Nagasaki.


Sejak Jenderal Edward P King, komandan pasukan AS-Filipina di Semenanjung Bataan, menyerah kepada Jepang di bawah Jenderal Masaharu Homma pada 9 April 1942, sekira 50 ribu serdadu AS dan Filipina jadi tawanan Jepang. Keesokan harinya, Jepang memerintahkan mereka, yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok, berjalan kaki menuju kota Tarlac, provinsi Tarlac, tempat Kamp O’Donnel berada –dikenal dengan istilah “Pawai Kematian Bataan” (Bataan Death March). Sebagian rombongan berjalan kaki ke San Fernando, provinsi Pamapanga.


Di perjalanan, Jepang tak memberi logistik. Para tawanan hanya diizinkan minum air di bekas kubangan kerbau. Yang tak kuat, sakit, atau mencoba melarikan diri, Jepang menghukum dengan tusukan bayonet, tebas leher, atau tembakan.


“Aku melihat Jepang menghujamkan bayonet kepada tawanan Amerika dan Filipina yang sedang terserang malaria namun tetap berusaha berdiri dalam barisan,” kenang tawanan bernama Letkol William E Dyess dalam memoarnya, Bataan Death March: A Survivor’s Account.


Di hari-hari lain, Dyess melihat seorang tawanan berpangkat kolonel dicambuki hingga wajahnya tak bisa dikenali. Atau seorang kapten yang dipenggal kepalanya tanpa tahu apa kesalahannya.


Sesampainya di Kamp O’Donnel, yang sebelumnya merupakan pangkalan militer AS, jumlah tawanan berkurang 7.000-10.000 orang. Mereka menghadapi kekejaman yang tak kalah mengerikan. Angka kematian mencapai 400 orang per hari. Setelah komandan kamp diganti, Jepang memindahkan tawanan ke kamp-kamp lain; tawanan asal militer AS dipindah ke Kamp Cabanatuan, sebagian tawanan asal Filipina dibebaskan bersyarat. Ketika ditutup pada awal 1943, setidaknya 26 ribu tawanan tewas di Kamp O’Donnell.


Kendati kondisinya sedikit lebih baik, para tawanan di Kamp Cabanatuan dan lainnya tetap melanjutkan kehidupan berat. Ketika posisinya melemah dalam perang, Jepang mengevakuasi mereka ke negerinya atau ke Manchuria. Di sana mereka dipekerjakan sebagai buruh pabrik atau tambang. Pasukan Sekutu akhirnya menyelamatkan mereka begitu perang usai. Jumlah yang hidup tak lebih dari sepertiganya.


Pengadilan Tokyo menghukum tentara Jepang yang terbukti bersalah. Jenderal Masaharu Homma, misalnya, dieksekusi oleh regu tembak di luar Manila pada 3 April 1946.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Misi Orde Baru Menggerus PNI dan NU

Setelah menumpas PKI, rezim Orde Baru kemudian menghabisi PNI dan NU. Dengan begitu Soeharto dapat berkuasa selama tiga dekade.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page