top of page

Sejarah Indonesia

Drama Kopral Soedarmo

Drama Kopral Soedarmo

Sebuah pencurian terjadi melibatkan beberapa serdadu KNIL. Dua prajurit bawahan terbunuh.

10 Agustus 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Para serdadu KNIL-Jawa (Ilustrasi foto: Nationaal Archief/wikipedia.org)

Suatu hari di akhir dekade 1920-an. Sebuah rombongan pengangkut kiriman uang berjalan melintasi pesisir barat Sumatra. Mereka dikawal pasukan militer. Seorang prajurit bersenapan berjalan di depan, seorang kopral dan seorang prajurit lain mengikuti di belakangnya.

Di dalam rombongan tersebut terdapat seorang tahanan Irlandia yang berbahaya. Ia berjalan di belakang rombongan tadi dengan tangan diborgol. Di belakangnya, terdapat prajurit-prajurit yang membawa kotak uang.


Kendati jalur yang mereka lalui cukup berat, prajurit yang berada di belakang tak tertinggal. Namun hal itu membuat tahanan yang mereka bawa justru punya peluang untuk kabur. Maka begitu melihat adanya peluang, si tahanan langsung memukul keras-keras kepala prajurit di depannya menggunakan borgolnya. Dia pun kabur.


Melihat hal itu, si kopral lalu menembakkan senapannya ke si tahanan yang kabur hingga mati. Jenazah tahanan lalu dibawa ke tempat tujuannya di sekitar Padang.



Koran Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 10 Oktober 1938 menyebut kopral yang dikenal sebagai prajurit tangguh itu sempat diperiksa di mahkamah militer Padang atas kematian itu. Namun petinggi militer di Padang membenarkan tindakan sang kopral karena dia telah menjalankan tugasnya dengan baik. Pengadilan menolak penahanan pra-persidangan sang kopral.


Seorang kopral biasanya adalah prajurit berpengalaman dan berwibawa di mata bawahannya. Untuk bisa menjadi kopral, prajurit rendahan yang tak pernah sekolah butuh waktu lebih dari 10 tahun belajar di lapangan. Jika sudah berdinas 10 tahun dan lulus tes, seorang prajurit baru bisa belajar di Kaderschool (sekolah kader) untuk bisa jadi kopral.



Kira-kira satu dekade setelahnya, kopral lain bernama Soedarmo alias Soetardi bikin cerita lain di daerah pesisir barat Sumatra juga, tepatnya di Tarutung. Menurut koran De Locomotief (11 Oktober 1938) dan De Sumatra Post (4 Oktober 1938) kisahnya terjadi antara 9-10 September 1938. Kasusnya pencurian uang.


Kasus terjadi ketika Kopral Soedarmo melihat polah sekelompok prajurit rendahan mencurigakan. Menganggap kelompok itu akan mencuri uang, Kopral Soedarmo langsung menembak dua prajurit rendahan kelompok tadi. Para prajurit lain yang selamat pun kabur dengan membawa senapan dan 25 peluru.


Setelah menembak mati kedua prajurit itu, Kopral Soedarmo melaporkan kejadian tersebut. Pihak berwenang lalu mencium sebuah kejanggalan lantaran di dekat mayat tersebut ditemukan uang sebesar 3.000 gulden. Sementara, koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië edisi 10 Oktober 1938 menyebut uang yang hilang jumlahnya lebih dari 3.000 gulden. Maka menurut pihak berwenang, ada sekira 2.000 gulden uang curian yang dianggap hilang.



Setelah dua serdadu yang dituduh mencuri dan terbunuh tadi dimakamkan, Kopral Soedarmo mesti menjalani pemeriksaan. Dia diperiksa berkali-kali.


Kejelasan kisahnya akhirnya didapat kemudian, yang diberitakan koran Bataviaasch Nieuwsblad edisi 28 Oktober 1938). Di malam kejadian, kata Bataviaasch Nieuwsblad mengutip keterangan Kopral Soedamo, Roem dan Gana, kedua prajurit rendahan yang ditembak Soedarmo, dapat tugas jaga. Entah bagaimana ceritanya, Soedarmo yang ada di lokasi kemudian mengatakan tahu bahwa Roem dan Gana akan merayu istrinya dan akan memberi uang juga. Mengetahui istrinya digoda, sebagai suami Soedarmo langsung cemburu dan naik pitam. Penembakan Roem dan Gana pun terjadi.


Keterangan Soedarmo dibantah istrinya dalam pemeriksaan kemudian. Sang istri juga mengatakan pernah menemukan uang 200 gulden di kamar mandi yang tidak jelas asal-muasalnya.


Sisa uang yang dicuri, 1.800 gulden, kemudian berhasil ditemukan. Kopral Soedarmo pun dianggap sebagai pelaku utama dalam kejahatan tersebut. Dia lalu ditahan di penjara militer, kemungkinan di Ngawi, Jawa Timur, tempat satu dari beberapa penjara militer era Hindia Belanda berada.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim Pahlawan Nasional dari Simalungun

Tuan Rondahaim dikenal dengan julukan Napoleon dari Batak. Menyalakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda di tanah Simalungun.
Antara Raja Gowa dengan Portugis

Antara Raja Gowa dengan Portugis

Sebagai musuh Belanda, Gowa bersekutu dengan Portugis menghadapi Belanda.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page