top of page

Sejarah Indonesia

Flu Dan Penyakit Menular Zaman Kuno

Flu dan Penyakit Menular Zaman Kuno

Orang Jawa Kuno menyebutnya humbelen. Flu dan penyakit menular lainnya tercatat dalam prasasti.

27 Maret 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Mencegah penularan virus dengan mengenakan masker. (Fernando Randy/Historia).

Pada zaman dahulu kala sepasukan suku tengah dalam misi pengepungan di kampung suku lawannya. Mereka telah siap menyerang sampai suatu ketika dari dalam sebuah rumah di kampung itu terdengar suara bersin yang sangat kencang. Pasukan yang akan menyerang kampung itu pun terkejut. Mereka lari ketakutan. Misi penyerangan itu pun batal seketika.


Begitulah Dwi Cahyono, arkeolog dan pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang bercerita. Ia mengingat pernah mendengarnya sewaktu kecil. Katanya, cerita yang tak jelas asal usul dan kebenarannya itu sempat berkembang seperti cerita rakyat.


“Saya justru mendengar itu dari almarhum kakek di Jawa. Padahal kisah semacam ini bisa dipahami kalau terjadi di Kalimantan misalnya, ini kan perang antarsuku atau kampung,” kata Dwi kepada Historia.


Kendati begitu, menurut Dwi, ada hal menarik dari kisah itu. Paling tidak orang sejak lampau sudah tahu kalau penyakit dengan bersin itu menular. Bahkan mungkin dianggap mematikan sehingga membuat orang-orang yang didekatnya lari ketakutan. Sebuah misi besar pun gagal.

“Walaupun tak tahu apa benar pernah terjadi, ini bisa jadi petunjuk kalau flu sejak dulu ditakuti orang,” kata Dwi. “Yang diwaspadai kok bersin, kan sekarang orang juga waspada terhadap batuk dan bersin, makanya perlu ada jarak dan pakai masker.”


Penyakit flu yang menyerang manusia telah menggegerkan dunia beberapa kali, dimulai dari Flu Spanyol (H1N1)pada 1918, Flu Asia (H2N2)pada 1957, Flu Hongkong (H3N2) pada 1968, hingga Flu Burung (H5N1) pada 1997.


Dwi menjelaskan, di Jawa orang sering menyebut flu dengan pilek atau umbelen. Penyakit ini tercatat dalam prasasti, khususnya prasasti dari sebelum abad ke-11. Orang Jawa Kuno menyebutnya dengan nama humbelen.


Humbelen atau flu ini rupanya penyakit tua,” kata Dwi. “Setelah abad ke-11 mungkin juga muncul tapi tak disebutkan.”


Epigraf Universitas Gadjah Mada, Riboet Darmosoetopo dalam Sima dan Bangunan Keagamaan di Jawa Abad IX-X TU menulis, humbelen adalah penyakit pada masa Jawa Kuno yang termasuk dalam wikara(perubahan). Artinya penyakit ini terjadi karena keadaan tubuh dan mental yang lebih buruk dari biasanya.


Berdasarkan data prasasti abad ke-9–10 dan kesusastraan, ada bermacam-macam wikara. Ada wikara yang disebabkan penyakit, wikara sejak lahir, wikara yang terjadi karena perubahan kejiwaan, dan wikara karena kena kutuk.


Selain humbelen atau sakit pilek, wikara yang disebabkan penyakit adalah bubuhen atau wudunen (bisul). Lalu ada buler atau sakit katarak dan sakit mata lainnya yaitu belek. Kemudian ada wudug atau lepra, panastis atau sakit malaria, dan uleren atau sakit karena cacing.


“Artinya, kalau itu disebut di prasasti menggambarkan penyakit yang terjadi di masyarakat waktu itu,” kata Dwi.


Namun, pilek tampaknya tak begitu menakutkan bagi masyarakat Jawa Kuno. Riboet menyebut tujuh wikara yang sangat ditakuti yaitu kuming (impoten), panten (banci), gringen (sakit-sakitan), wudug (lepra), busung (perut membengkak), janggitan (gila), dan keneng sapa (terkena kutuk).


Penyakit Menular


Menurut Dwi, dari data prasasti itu bisa diketahui pula kalau beberapa penyakit menular yang kini dikenal di Nusantara, sudah diderita juga oleh masyarakat Jawa Kuno.


“Penyakit flu atau influenza kan penyakit yang disebabkan virus, termasuk menular. Walau kita mungkin tak tahu seberapa penularan ini (pada masa kuno, red.),” kata Dwi.


Disebut pula lepra. Penyakit ini dalam bahasa Jawa baru disebut budugen atau budug.“Huruf b dan w itu bisa menggantikanjadi dulu disebut wudug,” jelasnya.


Menurut Dwi, kemungkinan besar pada masa lalu penyakit akibat infeksi bakteri itu menyerang masyarakat di lingkunagn kelas bawah. Sebagaimana biasanya penyakit lepra muncul di lingkungan yang kotor.


“Pada masa lalu makanya ada tempat-tempat untuk mengucilkan orang yang kena lepra. Sayangnya, kita belum menemukan apakah tindakan ini juga dilakukan di masa Hindu-Buddha,” ujar Dwi.


Catatan Tiongkok memberikan keterangan juga soal adanya penyakit menular pada masa Jawa Kuno. Ini ditemukan di dalam Catatan Dinasti Tang dari tahun 618–907. Disebutkan di negeri Kalingga di Jawa ada sejumlah gadis beracun. Katanya jika seseorang berhubungan seks dengan mereka perutnya akan sakit. Akhirnya mereka bakal mati. Tapi tubuhnya tak akan membusuk.


“Mungkin dalam bentuk yang lebih ganas seperti HIV, tapi ini mengingatkan juga pada sifilis. Ini juga gambaran dari penyakit menular,” kata Dwi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Seputar Karnak, Kuil Paling Penting di Afrika Utara

Sudah sejak 150 tahun para arkeolog meneliti Karnak. Akan tetapi asal-usul dan evolusi kompleks kuil dari Peradaban Mesir Kuno itu baru terungkap belum lama ini.
Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Jalan Panjang Memulangkan Fosil "Manusia Jawa"

Akhirnya Belanda serahkan koleksi Dubois. Tidak hanya fosil “Manusia Jawa” tapi juga 28 ribu temuan lain selama Dubois mengeksplorasi Sumatera hingga Jawa.
Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Ketika Ibukota Khmer Diserbu dan Dijarah Ayutthaya

Konflik antara Kamboja dan Thailand punya sejarah panjang sejak era Khmer dan Ayutthaya yang berimbas pada kejatuhan Angkor.
Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Candi Preah Vihear dalam Pusaran Sengketa

Riwayat candi yang lebih tua dari Angkor Wat dan sezaman dengan Candi Borobudur. Sudah jadi situs warisan dunia namun melulu dipersengketakan Kamboja dan Thailand.
200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

200 Tahun Perang Jawa: Nama Diponegoro Bakal Terus Hidup

Setelah 200 tahun berlalu, Perang Jawa diperingati di Perpusnas RI dalam Pameran 200 Tahun Perang Jawa. Selain tulisan, pelana kuda dan keris Diponegoro turut dipamerkan.
bottom of page