- Randy Wirayudha

- 30 Sep
- 4 menit membaca
SETELAH lebih dari satu abad berdiam di Belanda, fosil Pithecanthropus erectus/Homo erectus temuan perwira KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) cum penjelajah Eugène Dubois bakal dipulangkan ke Indonesia. Fosil yang acap dijuluki “Manusia Jawa” itu diserahkan bersamaan dengan sekira 28 ribu items fosil koleksi Dubois lainnya.
Menurut laman resmi Kementerian Luar Negeri RI, koleksi-koleksi Dubois itu resmi diserahterimakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Gouke Moes kepada Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon di Pusat Biodiversitas Naturalis, Leiden, Belanda Jumat (26/9/2025) lalu. Namun belum dipastikan kapan semua koleksi tersebut bakal dikirimkan ke Indonesia.
Kendati sekadar tulang femur (paha), cranium (tempurung), dan gigi, fosil “Manusia Jawa” menjadi objek yang paling disorot karena merupakan temuan fosil Homo erectus pertama. “Manusia kera yang berjalan tegak” itu dianggap missing link dalam Teori Evolusi Charles Darwin. Dubois menemukannya di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, tepatnya di tepi Sungai Bengawan Solo. Bukan dalam sekali upaya, ia menemukanya dalam sejumlah ekskavasi selama dua tahun (1891-1893).
Selesai masa tugasnya sebagai perwira KNIL, ia membawa semua temuannya dalam eksplorasi Hindia Belanda (kini Indonesia) sejak 1887 itu ke Belanda pada 1895. Maka sudah 130 tahun fosil itu berdiam di Belanda, baik disimpan di kediaman Dubois sejak 1895 maupun di Museum Naturalis sejak 1900.
“(Repatriasi) Itu jadi kejutan besar tersendiri,” sebut seorang sejarawan yang menolak disebutkan namanya, dilansir NOS, Jumat (26/9/2025).

Cerita Lama Sejak 1951
Pemulangan fosil “Manusia Jawa” patut diapresiasi. Mulanya yang masuk permintaan repatriasi sejak 2020 hanya fosil “Manusia Jawa”. Namun kemudian, yang diserahterimakan lima tahun berselang adalah fosil “Manusia Jawa” dan 28 ribu koleksi Dubois lainnya.
Permintaan repatriasi fosil “Manusia Jawa” sendiri sudah dikemukakan sejak 1951 atau belum dua tahun sejak penyerahan kedaulatan RI lewat Konferensi Meja Bundar (KMB). Adalah Menteri Kehakiman RI Moh. Yamin yang memintanya bersamaan dengan fosil temuan orang-orang Belanda lain, Meganthropus paleojavanicus, Holo soloensis, Homo wajakensis, Homo modjokertensis, serta artefak manuskrip Nagarakretagama. Yamin memintanya karena khawatir nasib mereka bakal serupa dengan fosil Sinanthropus pekinensis (Manusia Peking). Fosil itu hilang di tengah gejolak Perang Dunia II ketika hendak dipindahkan dari China ke Amerika Serikat.
“(Fosil) Tempurung Pithecanthropus erectus digali di Trinil oleh Dubois. Usianya 300 ribu tahun dan disimpan di Leiden. Ini mesti diklaim kembali oleh pemerintah Indonesia sebagai pemilik sahnya,” cetus Yamin, dikutip harian Het nieuwsblad voor Sumatra edisi 3 April 1951.
Namun, kondisi politik membuat jalannya repatriasi tidak mulus. Sengketa Irian Barat (1950-1962) mengganjal hubungan kedua negara hingga memicu resistensi pemerintah Belanda merealisasikan kerjasama kebudayaan dengan Indonesia. Pemerintah Belanda kian kecewa lantaran sengketa Irian Barat belum selesai sudah ditambah isu nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia.
Pada 1975, pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik dengan koleganya dari Belanda, Max van der Stoel, melahirkan pembentukan tim ahli. Tim ahli Indonesia diketuai Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Kedua belah pihak sepakat memulangkan koleksi-koleksi tadi namun gagal karena alasan tak jelas.
Tidak semua usulan benda-bendanya, termasuk fosil “Manusia Jawa”, dapat dikembalikan. Pada 1975, tim ahli yang dipimpin Ida Bagus Mantra pada akhirnya baru bisa memulangkan beberapa koleksi, di antaranya mahkota Lombok, fosil gajah kerdil, dan Arca Prajnaparamita.
Setelah lama tidak terjadi kerjasama, fosil “Manusia Jawa” akhirnya masuk dalam daftar usulan repatriasi yang terdapat dalam isi surat Ditjen Kebudayaan RI kepada Menteri Kebudayaan Belanda Gunay Uslu tertanggal 1 Juli 2022. Namun saat itu terdapat “resistensi” dari Museum Naturalis yang membuat tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda dan tim Comissie Koloniale Collecties tak bisa merealisasikan pemulangannya bersamaan dengan ratusan benda bersejarah lain pada 10 Juli 2023.

Mengutip Trouw, 18 Oktober 2022, seorang juru bicara Museum Naturalis yang tak disebutkan namanya mencemaskan Indonesia belum punya fasilitas mumpuni untuk merawatnya. Ia juga mengatakan bahwa jika bukan karena Dubois yang orang Belanda, fosil itu takkan ditemukan.
Pernyataan berbeda datang dari Deputi Direktur Museum Naturalis, Maaike van de Kamp-Romijn. Ia mengakui bahwa memang ada keengganan dari beberapa staf museum terkait repatriasi. Namun pada akhirnya agenda repatriasinya tetap bergantung kepada pemerintah Belanda.
“Kami adalah museum nasional, dalam arti koleksi-koleksi kami milik negara. Keputusan untuk merepatriasi atau tidak, itu tergantung pada pemerintah Belanda. Permintaan repatriasi dari Indonesia pada dasarnya memicu perdebatan di Belanda tentang restitusi fosil-fosilnya. Naturalis merasa diskusi-diskusi seperti itu penting, jadi keputusan akhirnya bisa diambil dengan pertimbangan matang dan bijaksana. Sekali lagi kami tegaskan bahwa repatriasinya bergantung pada keputusan negara berdasarkan rekomendasi komite khusus,” katanya kepada Historia.ID via email medio Februari 2023.
Adapun Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia (2021-2024) I Gusti Agung Wesaka Puja menguraikan bahwa ada dua faktor yang jadi penghambat. Pertama, ada kesalahpahaman detail benda. Kedua, perlu ada rasa saling percaya yang dibangun agar repatriasinya terlaksana.
“Jadi mungkin soal misunderstanding saja karena pertama begini, kita hanya menulisnya (dalam daftar permintaan) ‘koleksi Dubois’. Waktu dari komitenya Pak Ida Bagus Mantra tahun 1975 juga demikian. Mereka (Naturalis) mempertanyakan koleksi Dubois yang mana, padahal bukan hanya Java Man saja sehingga mereka minta secara spesifik. Kedua, saya coba buka posisi yang tidak kaku. Bahwa kita katakan benda ini untuk kebermanfaatan bersama dan cari peluang kerjasama yang win-win solution. Awalnya pihak Museum Naturalis memang kencang resistensinya, kemudian sudah melunak karena intinya ada pada membangun trust and confidence. Bagaimana supaya kita bisa membuka kekakuan pada benda dengan sensitivitas tinggi itu,” ungkap Puja kepada Historia.ID dalam kesempatan berbeda.
Fosil “Manusia Jawa” beserta 28 ribu koleksi Dubois lainnya akhirnya berhasil dipulangkan. Menurut Menteri Fadli, melalui proses kerjasama dan riset mendalam antara pihak Commissie Koloniale Collecties bersama Tim Repatriasi Kementerian Kebudayaan sejak awal tahun 2025.













ulasan yang menarik, ditambah juga dengan flora dan fauna