- M.F. Mukhti
- 21 Mei 2010
- 3 menit membaca
Diperbarui: 5 hari yang lalu
BENGAWAN Solo akan tetap sebagai sungai apabila Gesang tidak menuangkannya menjadi syair lagu nan syahdu. Semuanya bermula saat musim kemarau di tahun 1940, saat Gesang muda duduk di tepian sungai menatap Bengawan Solo yang surut. Ia pun mulai mengungkai kata demi kata, merangkainya menjadi syair pada secarik kertas pembungkus rokok. Enam bulan kemudian, Gesang menjuduli tembang barunya itu Bengawan Solo. Sejarah pun terukir.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











