top of page

Sejarah Indonesia

...

Hendrik Sihite Komandan Pasukan Kelima Sekaligus Agen Ganda

_

Oleh :
...
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

MESKI namanya kurang begitu dikenal, Hendrik Sihite merupakan pentolan laskar yang berpengaruh pada masa awal revolusi di Sumatra Utara. Sihite merupakan pimpinan Laskar Pesindo sekaligus mengepalai unit pasukan khusus di dalamnya yang bernama Pasukan Kelima. Seperti marganya, hampir semua anggota Pasukan Kelima di bawah Sihite berasal dari suku Batak Toba.


“Meskipun kini Sihite memimpin Pesindo dan Pasukan Kelima di Medan, dua kelompok itu masih saling berkonfrontasi di daerah-daerah pinggiran kota. Ia seharusnya tahu hal itu. Setiap wakil Pesindo yang lain daripada Sihite tidak bisa berpengaruh terhadap Pasukan Kelima di daerah-daerah pinggir kota,” ungkap Takao Fusayama dalam memoarnya A Japanese Memoir of Sumatra, 1945-1946: Love and Hatred in the Liberation War.


Sebagaimana tuturan Fusayama, Pesindo dan Pasukan Kelima tidak begitu akur dan karenanya sering bentrok. Karena semakin kuat, Pasukan Kelima kemudian tak lagi menjadi cabang Pesindo alias menjadi kelompok terpisah yang bersaing dengan kelompok induknya. Itulah sebabnya, Fusayama merasa penting untuk berurusan dengan Sihite ketika bertugas di Medan.


Sebagai pihak yang kalah perang, otoritas Jepang dituntut untuk menjaga ketertiban selama proses transisi pendudukan tentara Sekutu di Sumatra Timur. Kapten Takao Fusayama, seorang perwira penghubung (Liaison Officer/LO) Divisi Pengawal Kerajaan, ditunjuk untuk berunding dengan Sihite. Di samping bertanggungjawab untuk meredam pertikaian antara Pesindo dan Pasukan Kelima, Sihite dianggap mampu mencegah konflik antara orang Indonesia dan tentara Jepang.


Latar belakang Sihite tak banyak diketahui. Sedikit catatan yang menuliskan profilnya. Dalam Perjuangan Semesta Rakyat Sumatra Utara yang disusun Forum Komunikasi Ex Teritorium VII Komando Sumatra, Sihite disebut sebagai pimpinan badan bersenjata Barisan Pemuda Indonesia (BPI) di bawah Ahmad Tahir pada masa awal kemerdekaan. Menurut sumber Belanda dalam Officiële bescheiden betreffende de Nederlands-Indonesische betrekkingen 1945-1950, Volume 37, (Dokumen Resmi Mengenai Hubungan Belanda-Indonesia 1945-1950), Hendrik Sihite adalah seorang pejabat polisi tidak resmi yang memimpin Pasukan Kelima. Sementara itu, sejarawan Tengku Haji M. Lah Husny dalam Revolusi Sosial 1946 di Sumatera Timur/Tapanuli menyebut Pasukan Kelima dibentuk oleh Hendrik Sihite yang juga adalah wakil ketua umum Pesindo Sumatra Timur.


Sebelum bertemu Sihite, Fusayama telah mendengar rumor tentang komandan Pasukan Kelima itu. Informasi dari kantor liaison Jepang menuding Sihite sebagai agen manipulator yang menerima uang dari Belanda lewat seorang kaki tangan bernama Schmitt. Pasukan Kelima disebut-sebut mendapat pasokan senjata juga dari Belanda. Di balik itu, Belanda bertujuan agar Pasukan Kelima menyerang Inggris dan Jepang sehingga provokasi itu dibalaskan kepada pejuang Republik.


Isu miring lain mengenai Sihite ialah seputar keterkaitannya dengan Komandan NICA Kolonel Knottenberg. Atas pertautan itu, Sihite disebut-sebut menerima gaji sebanyak 10 ribu gulden per bulan. Sejumlah fasilitas khusus lainnya melekat pada Sihite seperti surat pas untuk melewati garis penjagaan Sekutu yang selalu disimpan dalam sepatunya. Lalu, rumah tersembunyi untuk Sihite di dalam kamp tawanan perang yang dijaga oleh tentara Sekutu. Kecurigaan ini bermuasal dari aktivitas Sihite yang sering terlihat mengunjungi markas tentara Sekutu yang terletak dalam kamp.


“Meskipun tidak ada bukti yang menentukan untuk menetapkan Sihite sebagai pengkhianat, rekan-rekan saya di kantor liaison dengan halus dan berulang kali mengingatkan saya dengan kesungguhan,” tutur Fusayama.


Tidak diketahui sejauh mana kebenaran mengenai desas-desus Sihite sebagai agen ganda. Namun, Sihite pernah membuat seorang perwira intelijen Belanda bernama Raymond Westerling nyaris tewas. Dalam memoarnya Challenge to Terror, Westerling menyebut Sihite secara keliru, yakni Sihita, hendak diringkusnya karena dianggap pembunuh berbahaya. Alih-alih berhasil meringkus Sihite, Westerling hampir mati kena lemparan granat. Beruntung hanya serpihan granat yang menyebabkan Westerling cedera ringan. Westerling pun selamat dan dikenal sebagai penjagal yang membunuh banyak orang Indonesia dalam operasi di Sulawesi Selatan. Tapi, Westerling gagal menjagal Sihite.


Tidak mudah untuk menemui Sihite. Basisnya selalu berpindah-pindah secara rahasia. Menurut Fusayama, Sihite adalah seorang lelaki dengan postur badan sedang dan pandangannya tanpa ekspresi. Fusayama menemukannya di markas Pasukan Kelima yang terletak di jalan sejajar dengan Jl. Lombok, Medan, dua blok jauhnya ke timur pada Desember 1945.


Fusayama mengenang pertemuannya dengan Sihite dalam suasana yang cukup menegangkan. Sihite tampak dikawal ketat para penjaganya demi menghindari serangan dari kelompok penentangnya. Memasuki markas Pasukan Kelima, segerombolan pejuang Batak berkulit coklat memenuhi jalan. Di kedua trotoarnya, para pemuda penyerbu berani mati berdiri berbaris sambal memegang beraneka senjata. Sebagian besar mengenakan baju hitam. Fusayama menyusuri jalan kosong dalam hening. Dari kejauhan, Sihite memandangnya sambal berdiri di tengah-tengah jalan dikelilingi oleh para pengikutnya besar dan kecil. Sihite saat itu mengenakan celana hijau militer, jaket warna hitam, dan dasi kupu-kupu merah coklat yang agak menyolok. Dalam tekanan, Fusayama mengingatkan agar pasukan Sihite tidak memancing keributan dengan orang Jepang.


“Saya sudah pernah bekerja dengan orang Jepang dalam pembangunan lapangan-lapangan terbang. Hampir semua lapangan terbang di Sumatra Utara dibangun oleh saya sebagai kontraktornya. Tidak ada alasan mengapa saya harus bertindak kejam kepada orang Jepang,” balas Sihite seperti dituturkan Fusayama.


Dari pembicaraan itu, Fusayama mengetahui Sihite sebelum perang bekerja sebagai kontraktor. Sihite lahir di Tarutung, kota kecil di tengah dataran tinggi Tapanuli. Saat mengerjakan proyek kontraktor untuk pemerintah pendudukan Jepang, Sihite pernah tersandung kasus. Dia ketahuan mencuri barang Angkatan Darat Jepang dan menjualnya kepada Angkatan Laut Jepang. Akibatnya, Sihite dipenjara untuk sementara waktu. Dia bebas menyusul berakhirnya pendudukan Jepang dan kemudian menyusun kekuatan sebagai seorang pimpinan laskar di masa Indonesia merdeka.


Menurut Amran Zamzami, Sihite berada di balik Peristiwa Tebingtinggi (13 Desember 1945). Insiden berdarah itu berawal dari Pasukan Kelima yang melepaskan tembakan gelap dan pembunuhan liar terhadap orang Jepang. Keesokan harinya, tentara Jepang melakukan pembalasan dengan menyerang markas Pesindo, termasuk membantai ratusan warga Tebingtinggi.


“Pasukan Kelima itu tadinya bermarkas di Tebingtinggi, tetapi ketika terjadi peristiwa berdarah tersebut, mereka melarikan diri ke Brastagi. TKR melakukan pengejaran dan kontak senjata. Hendrik Sihite tertembak sedangkan dr. Nainggolan dan Alfred Lumbantobing tertangkap, lalu diserahkan ke polisi untuk diadili,” catat Amran dalam Jihad Akbar di Medan Area.


Namun, Fusayama menyatakan Sihite berakhir setelah dieksekusi oleh pasukan Pesindo. Dokter Nainggolan yang dibebaskan kemudian menggantikan Sihite sebagai komandan Pasukan Kelima. Selepas Sihite, Pesindo berada sepenuhnya di bawah kepemimpinan Sarwono Sastro Sutardjo. Sementara itu, sepak terjang Sihite sebagai agen ganda tetap saja menyisakan tanda tanya.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Sikap Belanda Terhadap Kabinet Sutan Sjahrir

Sikap Belanda Terhadap Kabinet Sutan Sjahrir

Pengangkatan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri disambut positif oleh tokoh-tokoh Belanda karena Sjahrir bukan kolaborator Jepang. Memudahkan proses perundingan dengan Belanda.
Waktu Indonesia Masih Kekurangan Pesawat

Waktu Indonesia Masih Kekurangan Pesawat

Para diplomat dan pejabat Indonesia bertaruh nyawa waktu naik pesawat ke luar negeri. Bahaya datang dari patroli Belanda dan juga kondisi pesawat yang ditumpangi.
Iran dan Program Nuklirnya (Bagian II)

Iran dan Program Nuklirnya (Bagian II)

Iran memulai program nuklirnya dengan bantuan Amerika. Perlahan pasca-Revolusi Iran dianggap sebagai ancaman.
Aroma Hadrami yang Membumi

Aroma Hadrami yang Membumi

Khazanah kuliner Nusantara kian lengkap berkat pengaruh orang-orang keturunan Arab.
Ratu Ester, Wanita Israel di Takhta Kerajaan Persia

Ratu Ester, Wanita Israel di Takhta Kerajaan Persia

Kisah Ratu Ester tercatat dalam kitab sejarah Yahudi maupun kepercayaan Kristen. Menyingkap hubungan Israel dan Persia di masa silam.
bottom of page