top of page

Sejarah Indonesia

Isyarat Patahnya Kekuasaan Soeharto

Isyarat Patahnya Kekuasaan Soeharto

Palu yang dipakai Ketua DPR/MPR RI Harmoko patah. Patahlah kekuasaan Presiden Soeharto setelah bertakhta selama 32 tahun.

11 Mei 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Soeharto menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden pada 21 Mei 1998. (Wikimedia Commons).

SOEHARTO terpilih kembali menjadi presiden untuk ketujuh kalinya pada 10 Maret 1998. Sehari kemudian, setelah dia disumpah dalam Sidang Umum MPR, terjadi peristiwa yang mengejutkan. Harmoko, Ketua DPR/MPR, mengetukkan palu untuk menutup sidang, namun palu itu patah.


Saat mengantar Soeharto menuju lift, Harmoko meminta maaf atas kejadian yang baru pertama kali dalam sejarah sidang DPR/MPR. “Mungkin palunya longgar,” kata Soeharto.

Harmoko bertanya-tanya, ada apa gerangan. Dia merasa kejadian itu tidak kebetulan.


“Peristiwa itu bukanlah sesuatu yang bersifat kebetulan, sepertinya ada firasat,” katanya dalam Berhentinya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Harmoko karya Firdaus Syam. Ternyata, peristiwa itu memberikan firasat bahwa Soeharto tidak akan lama menjabat presiden.


Dalam Dunia Spiritual Soeharto, Arwan Tuti Artha mencatat bahwa patahnya palu yang dipakai Harmoko, yakni kepala palu itu mental dan jatuh ke lantai, sedang tangkainya dipegang Harmoko, memberi isyarat patahnya kepresidenan Soeharto masa bakti 1998-2003.


Gerakan Reformasi dari mahasiswa, aktivis, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, menuntut Soeharto mengakhiri kekuasaannya. Besarnya gelombang Reformasi membuat anggota dan pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan yang meminta Presiden Soeharto mengundurkan diri.


“Masyarakat membenarkan isyarat alam ini setelah mendengar sendiri pernyataan Soeharto, pada 21 Mei 1998, kalau dirinya mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. Peristiwa itu terjadi sekitar 70 hari setelah Sidang Umum MPR berakhir. Itulah isyarat buruk bagi perjalanan panjang Orde Baru,” tulis Arwan.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Lagi, Seruan Menolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kian santer. Dinilai sebagai upaya pengaburan sejarah dan pemutihan jejak kelam sang diktator.
Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

Lintasan Zaman Hubungan Timor-Leste dan ASEAN

ASEAN bungkam saat Indonesia melancarkan operasi militer ke Timor Timur. Di kemudian hari, Indonesia yang mendorong Timor-Leste jadi anggota keluarga besar ASEAN.
Revolusi Indonesia yang Memantik Gerakan Dekolonisasi

Revolusi Indonesia yang Memantik Gerakan Dekolonisasi

Sukarno menginginkan dunia tanpa kolonialisme dan imperialisme. David van Reybrouck hadir di Jakarta untuk menyalakan kembali semangat anti-penjajahan itu.
Guru Sains Menyambi Jadi Presiden

Guru Sains Menyambi Jadi Presiden

Guru Matematika di Jakarta semasa pendudukan Jepang, Ir. J.A. Manusama kemudian jadi presiden Republik Maluku Selatan (RMS) di pengasingan.
bottom of page