top of page

Sejarah Indonesia

Kakek Marissa Haque dan Kemerdekaan Indonesia

Kakek Marissa Haque seorang pedagang dan pendukung RI. Pemuka komunitas India di Hindia Belanda.

Oleh :
7 Oktober 2024
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sukarelawan India asal International Volunteers Brigade ikut berjuang bersama tentara Indonesia dalam Perang Kemerdekaan. (Repro "Foto IPPHOS Remastered Edition")

AKTRIS penghias layar lebar dan layar kaca era 1980-an dan 1990-an Marissa Haque tutup usia pada 2 Oktober 2024 silam. Perempuan yang pernah menjadi anak-didik Guruh Sukarnoputra di Swara Mahardika ini lahir di Balikpapan pada 15 Oktober 1962 ketika ayahnya yang bekerja di perusahaan minyak ditugaskan di sana.


Allen Haque, ayah Marissa, selain di Balikpapan pernah pula ditempatkan di Plaju, Palembang. Belakangan, Allen pernah menjadi kepala personalia Pertamina di Jakarta.


Allen Haque adalah anak pasangan Siradjul Haque dan Charlotte Louise Poittier. Siradjul merupakan orang India Muslim terkemuka di Batavia era 1930-an, sedangkan Charlotte mantan biarawati Katolik.


Sebagai orang terkemuka era 1930-an, Siradjul yang diperkirakan lahir tahun 1898 memiliki properti di Batavia (kini Jakarta). Salah satunya adalah gedung olahraga. Haque’s Sporthuis, demikian nama gedung olahraga tersebut, iklannya pernah tayang di koran Bataviasche Nieuwsblad edisi 29 April 1935 dan Het Niuewsblad voor Nederland edisi 22 Februari 1935. Dalam iklan tersebut, gedung untuk bermain tenis dan bulutangkis itu beralamat di Citadelweg (kini Jalan Veteran) Nomor 6, tidak jauh dari Monas. Tertera pula nomor telpon Haque’s Sporthuis adalah 900.



Siradjul menjadi manager tempat olahraga itu. Sementara, Charlotte Louise juga berdagang membantu suaminya.


Selain mengurus tempat olahraga, Siradjul disebut koran De Courier tanggal 1 Oktober 1935 menjadi ketua peguyuban orang India, yang juga menaungi kelompok Sikh, pada tahun 1935. Dia diharapkan bisa menjadi penengah antara pemerintah kolonial dengan komunitas orang India di Hindia Belanda. Daerah Pasar Baru, yang tidak jauh dari Jalan Veteran, sejak dulu hingga kini merupakan salah satu titik tempat orang India tinggal dan berusaha. Selain toko-toko, sebuah kuil Sikh juga ada di daerah itu. 



Siradjul yang lumayan lama menjadi ketua peguyuban orang India, aktif menggalang hubungan dengan komunitas-komunitas India di tempat lain. Soerabaijasch Handelsblad tanggal 4 Juni 1941 memberitakan, Siradjul mengunjungi pengurus komunitas India di Surabaya yang dipimpin TD Kundan. Sama seperti Siradjul, Kundan setelah 1945 menjadi salah satu orang India yang mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.


Di zaman pendudukan Jepang, Siradjul sempat ditahan militer Jepang di Penjara Cipinang. Kendati tiada kasus pidana yang dilakukan, dia ditahan lantaran alasan politis. Orang India dianggap dekat dengan Inggris, lawan Jepang dalam Perang Dunia II.


“Di waktu roda revolusi berputar, Haque tidak dibiarkan orang untuk istirahat. Banyak pimpin kita keluar masuk rumahnya. Kalau tidak mobil datang menjemput dan ia dibawa entah kemana. Baru jauh malam melalui pergolakan rakyat jelata di jalan, ia dihantarkan pulang. Inggris dan Belanda tak pula ketinggalan minta keterangan. Opsir-opsir India berganti-ganti menemuinya. Dalam berhadapan dengan bangsa barat itu kepentingan Indonesia tak pernah diabaikannya,” kata Newton Rassat di Majalah Vista.



Sebagai tokoh India yang mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia, rumah Siradjul ramai didatangai para pejuang. Bahkan, pernah didatangi pemimpin RI seperti Bung karno dan Bung Hatta.


“Konon, rumah kakekku di Jalan Batutulis nomor 27A Jakarta menjadi tempat penampungan tentara berdarah India dari golongan Gurkha dan Sikh yang membelot dari tentara Sekutu,” kata Soraya Haque dalam Soraya Clues: Jjejak-Jejak Perjalanan Jiwa

  


Setelah Indonesia merdeka, Siradjul dijadikan kadidat penghubung antara Indonesia dengan Pakistan yang sama-sama baru merdeka. Namun, itu belum sempat terjadi lantaran Siradjul keburu berpulang. Koran Merdeka tanggal 6 September 1948 mengabarkan bahwa Siradjul Haque tutup usia pada 3 September 1948 dalam usia 50 tahun di rumahnya di Jalan Batutulis nomor 27A Jakarta karena sakit.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Meski punya pengalaman kurang menyenangkan di lapangan sepakbola di masa kolonial, Bung Karno peduli dengan sepakbola nasional. Dia memprakarsai pembangunan stadion utama, mulai dari Lapangan Ikada hingga Gelora Bung Karno.
Juragan Besi Tua Asal Manado

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.
Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Terlihat seperti bocah, lelaki berusia 28 tahun ini memberi informasi berharga tentang "dalaman" Kahar Muzakkar kepada TNI.
Misteri Sulap

Misteri Sulap

Berusia setua peradaban manusia, sulap pernah bersanding dengan sihir. Sulap modern masuk pada masa kolonial Belanda. Pesulap Indonesia umumnya keturunan Tionghoa.
Spesialis Pencabut Nyawa

Spesialis Pencabut Nyawa

Dibentuk sebagai alat pemukul dan mesin pembunuh, Korps Pasukan Khusus (KST) Belanda melakukan aksi-aksi brutal.
bottom of page