top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Kampung Akuarium, Cagar Budaya dan Kehidupan Baru

Cerita tentang kawasan yang dulu menjadi tempat penelitian fauna laut. Kini bersiap menjadi hunian warga.

5 Sep 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Seorang warga menatap puing-puing bangunan di kawasan Kampung Akuarium, Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).

Diperbarui: 30 Jul

Jakarta Utara termasuk salah satu wilayah perdagangan tersibuk di Jakarta. Di sini ada Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok. Sunda Kelapa berkembang sejak abad ke-16, sedangkan Tanjung Priok bergeliat memasuki masa kolonial Belanda abad ke-19. Selain perdagangan, aktivitas keilmuan juga tumbuh di wilayah ini.


Ustaz Wahyu Alimudin berpose di belakang pelabuhan Sunda Kelapa. (Fernando Randy/Historia.id).
Ustaz Wahyu Alimudin berpose di belakang pelabuhan Sunda Kelapa. (Fernando Randy/Historia.id).

Catatan sejarah menunjukkan adanya aktivitas keilmuan di Jakarta Utara. Di Kampung ini pernah berdiri Visscherij Station (Stasiun Perikanan). Penggagasnya bernama Dr. J.C. Koningsberger, kepala laboratorium Zoologi Pertanian di Kebun Raya Bogor. Didirikan pada Desember 1905, bangunan Visscherij Station ini awalnya berukuran kecil dan semipermanen.


Bangunan bekas laboratorium di kawasan Kampung Akuarium. ( Foto : Repro dari dokumen Chandrian Attahiya )
Bangunan bekas laboratorium di kawasan Kampung Akuarium. ( Foto : Repro dari dokumen Chandrian Attahiya )

Gambar mural tentang laut yang banyak terpampang di tembok Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Gambar mural tentang laut yang banyak terpampang di tembok Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Kampung Akuarium yang berbatasan langsung dengan laut di pelabuhan Sunda Kelapa. (Fernando Randy/Historia.id).
Kampung Akuarium yang berbatasan langsung dengan laut di pelabuhan Sunda Kelapa. (Fernando Randy/Historia.id).

Chandrian Attahiyat, arkeolog Universitas Indonesia, mengatakan kepada historia.id bahwa Visscherij Station berkembang pesat dalam 15 tahun. Perkembangan ini menuntut perbaikan dan perluasan bangunan Visscherij Station. Sepanjang 1919–1922, pemerintah Hindia Belanda membangun ulang Visscherij Station.



Setelah rampung, nama Visscherij Station berganti menjadi Laboratorioum voor het Onderzoek der Zee disingkat LOZ. LOZ kemudian lebih dikenal dengan sebutan Aquarium karena memiliki akuarium yang terbuka untuk umum sebagai tempat rekreasi.


Pada 1955, nama LOZ berubah menjadi Lembaga Penyelidikan Laut (LPL). Nama LPL berubah menjadi Lembaga Oseanologi Nasional (LON) di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1970. Tujuh tahun kemudian, LON-LIPI pindah kantor. 


Suasana saat di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana saat di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Aktivitas warga yang menghuni rumah sementara di kawasan Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Aktivitas warga yang menghuni rumah sementara di kawasan Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Gedung lama LON pun terbengkalai. Daerah sekitarnya jadi tak bertuan. Orang-orang dari berbagai latar belakang mendudukinya dan membangun permukiman.



“Saya pertama kali datang kesini tahun 1994. Tidak jelas ini tanah siapa. Banyak nelayan yang membangun bangunan tinggal disini, termasuk saya. Hingga sekarang,” ujar Rohim (60), warga setempat.


Para warga yang beraktivitas di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Para warga yang beraktivitas di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Maket bangunan rumah susun yang akan di bangun di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Maket bangunan rumah susun yang akan di bangun di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Seorang warga melintas di depan kamar mandi umum di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Seorang warga melintas di depan kamar mandi umum di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Rohim dan anaknya Nur Hasanah yang sudah puluhan tahun tinggal di kawasan Kampung Akuarium.  (Fernando Randy/Historia.id).
Rohim dan anaknya Nur Hasanah yang sudah puluhan tahun tinggal di kawasan Kampung Akuarium.  (Fernando Randy/Historia.id).

Kian hari, daerah Aquarium kian padat. Hingga muncullah sebutan Kampung Akuarium. Untuk mengatasi masalah sosial dan kekumuhan di daerah ini, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menggusur permukiman ini pada 2016. Tapi Gubernur Anies Baswedan membangun kembali permukiman di sini melalui rumah susun. Bahkan pelatakan batu pertama sudah dilakukan pada 17 Agustus 2020. 



Pro-kontra pun mengalir. Sebab wilayah ini termasuk dalam Kawasan Cagar Budaya. Para penentang pembangunan rusun berpendapat tidak seharusnya Kawasan Cagar Budaya dibangun tempat tinggal. Sebaliknya para pendukung kebijakan ini berpendapat, penetapan Kawasan Cagar Budaya bukan berarti tak boleh ada pembangunan permukiman.


Gawang sepakbola yang digunakan oleh warga untuk berolahraga setiap sore di kawasan Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Gawang sepakbola yang digunakan oleh warga untuk berolahraga setiap sore di kawasan Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Indri berpose di kawasan tempat tinggalnya Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Indri berpose di kawasan tempat tinggalnya Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Dua orang warga saat beristirahat di kawasan Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Dua orang warga saat beristirahat di kawasan Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Suasana saat ini di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana saat ini di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Ada sekitar 99 KK yang menunggu untuk pembangunan rumah susun di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Ada sekitar 99 KK yang menunggu untuk pembangunan rumah susun di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Aktivitas warga di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Aktivitas warga di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Perdebatan tentang pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya bukan hal baru di kota ini. Saat ini mungkin yang paling tepat adalah menemukan titik temu. Seperti kata Wasiyem (59), salah satu warga yang sudah hampir 20 tahun hidup di sana. “Saya berharap kami dapat hidup berdampingan dengan cagar budaya. Saling menjaga dan tidak menggusur satu sama lain.”


Suasana malam hari di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).
Suasana malam hari di Kampung Akuarium. (Fernando Randy/Historia.id).

Wasiyem berharap dapat hidup bersama dengan kawasan Cagar Budaya. (Fernando Randy/Historia.id).
Wasiyem berharap dapat hidup bersama dengan kawasan Cagar Budaya. (Fernando Randy/Historia.id).

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page