top of page

Sejarah Indonesia

Kapten Knil Jadi Tuan Tanah Citeureup

Kapten KNIL Jadi Tuan Tanah Citeureup

Pensiun dini dari KNIL, Kapten Jan Herman Kievits lalu mengelola tahan pertanian di selatan Jakarta hingga membesar.

Oleh :
25 November 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tanah partikelir perkebunan Citeurueup sekira tahun 1750 sebagaimana dilukis Abraham Salm. Di daerah itu JH Kievits jadi tuan tanah. (Wereldmuseum Amsterdam/Wikimedia Commons).


MENUMPANG kapal Friton, Jan Herman Kievits meninggalkan Rotterdam, Belanda, menuju Batavia (kini Jakarta) yang menjadi pusat Hindia Belanda pada 16 Desember  1862. Putra guru Hendrik Adrian Kievits (1811-1890) yang lahir di Beesd pada 8 Januari 1842 ini baru lulus akademi militer dengan pangkat letnan dua infanteri.


Dia tiba di Pelabuhan Batavia pada 15 April 1863. Menurut Stamboek atas nama dirinya, dia ditempatkan di Batalyon Infanteri ke-14 pada Mei 1863. Dari sana, dia kemudian mengalami penugasan berpindah-pindah di batalyon lain, mulai dari Surabaya hingga Jatinegara.


Selain memimpin pasukan, dia pernah menjadi instruktur di Sekolah Militer di Jatinegara. Setelah menyandang pangkat kapten pada 1875 dan akhirnya mayor tituler, dia ditempatkan di staf umum tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL).


Setelah pensiun, JH Kievits mulai berbisnis. Koran Algemeen Handelsblad tanggal 20 Juni 1882 memberitakan bahwa bekas kapten KNIL Jan Kievits ditunjuk menjadi pengelola (administrteur) tanah partikelir Citeureup (kini masuk Kabupaten Bogor). Pekerjaan itu membuatnya memboyong keluarganya bermukim di Citeureup pada 1883. JH Kievits menikah dengan Anna Antoinette Henriette Geertruida Albrecht (1853-1918) dan mereka punya banyak anak.


Pada 1878, kerusuhan terjadi di Citeureup. Perkebunan tempat JH Kieveits bekerja pun terdampak. Namun karena dia tipikal orang yang menghindari masalah, menurut Bataviaasche Nieuwsblad tanggal 6 September 1887, perkebunan di tanah partikelir Citeureup pada 1885 menerima kembali petani penggarap yang terlibat dalam kerusuhan itu. Pengecualian diberlakukan hanya kepada orang yang menggerakan kerusuhan itu. Langkah itu diambil JH Kievits karena dia pengelola yang menginginkan keamanan dengan menciptakan suasana yang baik di tanah garapan.


Ketekunan dalam pekerjaan non militernya itu mendatangkan jabatan pada sang bekas kapten KNIL itu. De Locomotief tanggal 15 Agustus 1892 menyebut, setelah menjadi pengelola tanah partikelir Citeureup menggantikan mendiang Balluseck, JH Kievits ditunjuk menjadi bendahara dan sekretaris dari Bataviasche Spaarbank (bank tabungan Batavia), semacam Bank Tabungan Negara sekarang. 


Meski sudah jadi orang penting di bank, bisnis perkebunan tak ditinggalkan JH Kievits. Dia melakukannya dengan membuka kantor menejemen sendiri. Koran Het Vaderland tanggal 22 Januari 1895 memberitakan pembukaan firma bernama JH Kievits en Zoon pada 1 Januari 1895. Firma itu terdiri dari eks Mayor Kievits dan anaknya Hendrik Adrian Kievits (1872-1945). Keduanya tinggal di Batavia. Dirinya menjadi direktur dalam firma itu.


Anak-anaknya yang lain juga terlibat dalam bisnis perkebunan. Tak terkecuali Gerard  Cornelis Kievits (1874-1937). Nama Kievits ada dalam beberapa pengelolaan tanah partikelir di Batavia. Selain firma GC Kievits, ada perusahaan lain yang dikelolanya pula. Koran De Locomotief tanggal 13 september 1898 menulis, Jan Kievits juga menjadi direktur di Maatschappij Landbouw Struiswijk yang menyewakan sebagian lahannya sebagai lapangan tembak militer di Meester Cornelis (Jatinegara). Demi keselamatan umum, izin lapangan tembak itu dihentikan pada 1 Oktober 1899.


JH Kievits akhirnya juga membangun bank. Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië tanggal 18 Februari 1913 mengabarkan, pada 1895 JH Kievits mendirikan Algemeene Spaar en Deposito (bank umum tabungan dan simpanan) di sisi Gang Sekretaris, sekitar Istana Negara sekarang.


Namun, usia tua menghentikan langkah JH Kievits. Serangan jantung membuatnya mesti masuk ruang operasi di Rumahsakit Diakones (kini PGI) di Cikini. Toh operasi tersebut tetap gagal menyelamatkannya. Koran Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië (18 Februari 1913) dan De Express 19 Februari 1913 memberitakan, dia meninggal dunia pada malam 17 Februari 1913.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page