top of page

Sejarah Indonesia

Keris Menteri Pertahanan

Menteri Pertahanan memberikan cendera mata keris kepada Gubernur Jenderal Australia. Ada kejadian memalukan.

Oleh :
16 Maret 2022
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Menteri Pertahanan Jenderal TNI A.H. Nasution ketika berkunjung ke Australia dan bertemu Perdana Menteri Robert Menzies pada 1961. (Repro Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5).

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengadakan pertemuan empat mata dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Élysée, Paris, Prancis, Selasa (15/3/2022). Mereka membahas kerja sama pertahanan Indonesia dan Prancis, yaitu mengenai pembelian pesawat jet Rafale dan kapal selam Scorpene yang telah disepakati pada 10 Februari 2022. Di pengujung pertemuan, Prabowo menyerahkan cendera mata berupa keris Bali kepada Macron.


Prabowo kerap memberikan keris Bali sebagai cendera mata kepada para pejabat negara lain. Sebelumnya, Prabowo memberikan keris Bali kepada Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace di London, Selasa (23/3/2021). Dia juga memberikan keris Bali kepada Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd James Austin di Bahrain, Sabtu (20/11/2021).



Juru Bicara Kementerian Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan bahwa pada setiap kunjungan resmi dalam rangka diplomasi pertahanan, Prabowo selalu membawa suvenir berbentuk senjata tradisional, seperti keris, pedang, atau parang.


“Keris Bali, Pak Prabowo menyebutnya warrior keris, pada saat damai keris ini diletakkan di belakang dan saat peperangan keris ini akan diletakkan di depan,” kata Dahnil dikutip cnbcindonesia.com.


Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memberikan cendera mata keris Bali kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Biro Humas Setjen Kemenhan).
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memberikan cendera mata keris Bali kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Biro Humas Setjen Kemenhan).


Kebetulan Menteri Pertahanan Jenderal TNI A.H. Nasution juga pernah memberikan keris sebagai cendera mata kepada Gubernur Jenderal Australia. Namun, ada kejadian yang membuatnya malu.


Dalam kunjungan ke Australia pada 1961 itu, Nasution didampingi istri, Sunarti, bersama rombongan terdiri dari KSAL Kolonel R.E. Martadinata, perwira tinggi AURI Kolonel Udara Sumarsono, Panglima Nusa Tenggara Kolonel Supardi, Mayor Rudito dari BKS (Badan Kerja Sama) Khusus yang bertugas di bidang perjuangan Irian Barat, dan Deputi Menteri Luar Negeri Suska.



Acara hari pertama adalah tukar-menukar tanda mata dengan Gubernur Jenderal Australia. Nasution tidak menyebut namanya, namun Gubernur Jenderal yang menjabat pada 1961 adalah William Morrison atau William Philip Sidney.


Nasution menyerahkan tanda mata berupa keris. Duta Besar Indonesia untuk Australia Suadi menjelaskan makna keris itu.


Gubernur Jenderal minta izin mencabut keris dari sarungnya. Rupanya ajudan Nasution, Kapten Odang kurang mengontrol keris itu. Waktu dicabut, bilah keris tertinggal dalam sarungnya dan gagangnyalah yang terlepas dan dipegang oleh Gubernur Jenderal.


“Saya malu dan minta maaf. Tapi Duta Besar Suadi cukup cekatan. Katanya, mungkin karena perubahan iklim, maka perekatnya tidak efektif lagi,” kata Nasution dalam Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama.


“Memang ajudan ini ada saja kelupaan atau kealpaan,” kata Nasution.



Tujuan kunjungan Nasution ke Australia untuk menjelaskan masalah Irian Barat kepada pemerintah dan parlemen Australia, bahwa Indonesia berhak atas Irian Barat. Pemerintah Australia tidak membantah klaim Indonesia, tetapi secara yuridis internasional Belanda masih menguasai Irian Barat. Australia menentang penyelesaian sengketa Indonesia-Belanda dengan cara kekerasan.


“Pembicaraan dengan PM Menzies adalah blak-blakan dan saya memperoleh yang saya cari, bahwa Australia tidaklah terikat kepada Belanda untuk bantuan militer,” kata Nasution.


Selama kunjungan di Australia dan berhubungan dengan tokoh-tokoh serta masyarakat secara terbatas, Nasution mendapatkan kesan bahwa simpati terhadap Indonesia sedang tumbuh.

“Saya rasakan suasana lebih hangat daripada yang saya duga semula dalam sikap mereka terhadap kita,” kata Nasution.


Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Bung Karno dan Sepakbola Indonesia

Meski punya pengalaman kurang menyenangkan di lapangan sepakbola di masa kolonial, Bung Karno peduli dengan sepakbola nasional. Dia memprakarsai pembangunan stadion utama, mulai dari Lapangan Ikada hingga Gelora Bung Karno.
Juragan Besi Tua Asal Manado

Juragan Besi Tua Asal Manado

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.
Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Sinong Kurir Kahar Muzakkar

Terlihat seperti bocah, lelaki berusia 28 tahun ini memberi informasi berharga tentang "dalaman" Kahar Muzakkar kepada TNI.
Misteri Sulap

Misteri Sulap

Berusia setua peradaban manusia, sulap pernah bersanding dengan sihir. Sulap modern masuk pada masa kolonial Belanda. Pesulap Indonesia umumnya keturunan Tionghoa.
Spesialis Pencabut Nyawa

Spesialis Pencabut Nyawa

Dibentuk sebagai alat pemukul dan mesin pembunuh, Korps Pasukan Khusus (KST) Belanda melakukan aksi-aksi brutal.
bottom of page