top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Ketika Eks KNIL Menyerang Markas APRIS

Sekelompok eks KNIL melakukan penembakan brutal ke markas APRIS di Makassar. Pertempuran pun berlangsung selama berhari-hari.

3 Apr 2021

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tentara APRIS tahun 1950. (Nationaal Archief).

KEJADIAN tak terduga terjadi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu sore (31/03/2021). Seseorang menerobos masuk dan mengancam petugas polisi dengan senjata api. Dia berkeliaran di sekitar pos jaga, sambil mengacungkan senjatanya. Dari rekaman video amatir di lokasi kejadian, terlihat pelaku beberapa kali mengeluarkan tembakan. Tidak lama pelaku tiba-tiba roboh. Dia berhasil dilumpuhkan oleh petugas.


Setelah dilakukan penyelidikan, polisi mendapati informasi bahwa pelaku merupakan perempuan berusia 25 tahun berinisial ZA. Dia tinggal di Ciracas, Jakarta Timur, bersama kedua orang tuanya. Pelaku adalah eks mahasiswa salah satu kampus swasta, yang drop out pada semester lima. Dilansir laman BBC, saat melakukan serangan, ZA membawa map kuning berisi “amplop bertuliskan kata-kata tertentu”.


“Dan yang bersangkutan memiliki Instagram yang baru dibuat atau diposting 21 jam yang lalu. Di mana di dalamnya ada bendera ISIS dan ada tulisan terkait bagaimana perjuangan jihad,” kata Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.


Kapolri menerangkan ZA bertindak seorang diri. Dia masuk ke kompleks Mabes Polri dengan berjalan kaki melalui pintu belakang. Sampai di pos utama di gerbang utama Mabes Polri, ZA bertanya letak kantor pos. Petugas yang berjaga lalu menunjukkan arahnya. Tidak lama setelah beranjak dari pos, ZA kembali lagi. Saat itulah penyerangan terjadi. Menurut Kapolri, ZA melakukan enam kali penembakan. Dua kali ke anggota polisi di dalam pos, dua kali di luar, dan tembakan lainnya diarahkan kepada anggota yang ada di belakangnya.


Dalam sejarah, peristiwa penyerangan terhadap markas aparat bersenjata juga pernah terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 1950. Kala itu, markas Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) dihujani tembakan senjata berat oleh eks anggota KNIL. Meski dilakukan secara berkelompok -tidak seperti kasus ZA di Mabes Polri- kasus penyerangan di markas APRIS juga tergolong nekat karena perbedaan persenjataan di kedua kubu. Ditambah adanya kesamaan rasa simpatik berlebihan kepada kelompok tertentu. Jika ZA kepada kelompok radikal ISIS, eks anggota KNIL memiliki kecintaan berlebih kepada Kerajaan Belanda.


Penyerangan terhadap markas APRIS terjadi pada 5 Agustus 1950. Saat penyerangan terjadi, para pembesar militer Indonesia dan Belanda di Makassar sedang melakukan pertemuan. Mereka membahas soal insiden-insiden yang melibatkan bekas tentara Belanda sejak permulaan 1950 yang menimbulkan keresahan, serta menyulut kemarahan rakyat Makassar. Dijelaskan dalam buku Republik Indonesia: Provinsi Sulawesi, terbitan Kementerian Penerangan RI, selama bulan Mei hingga Juli anggota KNIL terus-menerus memberikan kesulitan bagi rakyat dengan berbagai tindakan kejamnya.


“Bendera-bendera kebangsaan disekitar kampemen-kampemen mereka turunkan, dan akhir-akhir ini  (mereka) membunuh dengan kejam seorang perwira Indonesia yang berada di dekat kampemen mereka untuk mengunjungi keluarganya. Pihak pimpinan tentara Indonesia di Makassar selalu mengambil sikap yang bijaksana terhadap tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab itu,” tulis Kementerian Penerangan.


Pertemuan para pemimpin militer itu dilakukan untuk meredakan suasana yang selalu memanas di antara kedua kubu. Sekira pukul 4 sore, tercapai kesepakatan antara militer Indonesia dan Belanda. Salah satunya pihak Indonesia bersedia menenangkan rakyat Makassar untuk mengakhiri boikot terhadap orang-orang Belanda. Sementara militer Belanda berjanji mengakhiri teror anggota eks KNIL dan menyerahkan persenjataan yang mereka gunakan unuk mengancam rakyat.


Namun menjelang pukul 6 sore, sekelompok orang datang ke markas APRIS. Mereka adalah anggota bekas KNIL yang belakangan menebar teror kepada rakyat, serta bekas pasukan pemberontakan Andi Azis. Jumlahnya cukup banyak, dengan persenjataan yang lengkap. Dalam buku terbitan Subdisjarah Diswatpersau, Sejarah TNI Angkatan Udara: 1950-1959, para penyerang juga membawa kendaraan-kendaraan berat, panser, scout carhamberbrencarrier, dan tank. Serangan mereka dimulai dengan menembakkan mortir ke bangunan utama markas dan asrama-asrama militer. Kemudian mereka mengerahkan pasukan infanteri untuk menembus pertahanan markas. 


“Bekas-bekas KNIL yang menyerang pada tanggal 5/8/1950 malam menjalankan banyak pembunuhan-pembunuhan yang kejam terhadap rakyat dan anggota tentara Indonesia, merampok toko-toko dan rumah-rumah, dan membakari pula banyak rumah-rumah di Makassar,” imbuh Kementerian Penerangan.


Persitiwa penyerangan itu membuat militer Indonesia geram. Pada 6 Agustus 1950, pertempuran antara militer Indonesia dan eks tentara KNIL pecah. Saling balas serangan menggunakan senjata berat terjadi di hampir seluruh wilayah Makassar. Pihak Republik juga segera menerjunkan bantuan besar ke Makassar untuk meredam serangan para pemberontak tersebut.


Pada 7 Agustus 1950, Mayor Jenderal Scheffelaar dan Kolonel A.E. Kawilarang tiba di lapangan terbang Mandai. Keduanya datang ke Sulawesi Selatan untuk menghentikan pertempuran yang sedang berlangsung di Makassar. Keesokan harinya, dengan disaksikan peninjau-peninjau militer, serta komisaris Kerajaan Belanda, Kawilarang dan Scheffelaar sepakat menghentikan pertempuran.


“Disetujui bahwa anggota KL (KNIL) yang tidak tunduk pada perintah Scheffelaar akan kehilangan kedudukannya sebagai KL dan bahwa anggota-anggota KL segera akan meninggalkan Makassar setelah alat-alat tentara diserahkan kepada tentara Indonesia,” tulis Kementerian Penerangan.


Tepat setelah hasil perundingan diumumkan, pada 8 Agustus 1950, pertempuran berhenti. Sebagian anggota eks KNIL yang membangkan diusir dari Makassar, sementara lainnya memilih bertahan untuk tinggal di markas militer Belanda. Sejak itu kondisi di Makassar mulai membaik dan kehidupan rakyat kembali normal.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page