top of page

Sejarah Indonesia

Ketika Merdeka Datang Ke Australia

Ketika Merdeka Datang ke Australia

Pameran ini menampilkan orang-orang Indonesia di Australia termasuk dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

2 Juni 2022

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda berusaha merebut kembali negeri jajahannya itu. Bangsa Indonesia pun berjuang mempertahankan kemerdekaan. Tidak hanya di dalam negeri, orang Indonesia di luar negeri pun ikut berjuang, seperti di Australia.


Sejarah orang-orang Indonesia di Australia termasuk perjuangan mempertahankan kemerdekaan dihadirkan dalam pameran “When Merdeka Came to Australia: The History of Us (1942–1950)” yang diselenggarakan Jaringan Diaspora Indonesia Victoria. Pameran bertempat di Immigration Museum, 400 Flinders Street, Melbourne, Victoria, Australia itu berlangsung pada 27–29 Mei 2022.



“Secara pribadi, pameran ini bermakna. Isi sejarah dalam pameran sangat sedikit diketahui oleh banyak orang, bahwa hubungan antara Indonesia dan Australia dapat ditelusuri jauh ke belakang,” kata Kuncoro Giri Waseso, Konsul Jenderal RI Melbourne, yang membuka pameran.


Bwe Thay, Wakil Ketua Komisi Multikultural Victoria, mengapresiasi pameran itu.“Pameran ini sangat mendidik, dan saya menikmati pertunjukan tari. Ini benar-benar indah dan mewakili latar belakang multikultural,” katanya.


Pameran menampilkan korespondensi antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Australia, foto, dokumen historiografi visual, cerita pribadi dan bahan arsip. Pameran ini juga dilengkapi dengan storytelling corner dan pertunjukan budaya.Tak kalah penting dalampameran ini diputar film Indonesia Calling (1946) yang disutradarai oleh Joris Ivens.



Film dokumenter ini menggambarkan pemogokan pelaut dan buruh angkutan sungai untuk melayani kapal Belanda, yang dikenal sebagai Armada Hitam, karena mengangkut senjata dan amunisi yang akan dikirim ke Indonesia.


Di dalam film itu terlihat seorang Indonesia bernama Jan Walandouw menerima bendera Merah Putih dari E.V. Elliot, pemimpin Serikat Pelaut Australia, dan memberikan pidatonya. Di bagian lain, dia terlihat memberikan orasinya di depan ribuan orang dalam pertemuan besar di Sydney Domain. Cucunya, Jason Walandouw dan cicitnya, Rhys Walandouw, hadir dalampembukaan pameran ini.



Jeffry Liando,Sekretaris Jaringan Diaspora Indonesia Victoria, menambahkan bahwa setelah perang, pengungsi Belanda dari Indonesia diizinkan untuk tinggal di Australia karena mereka “kulit putih” sementara orang non-Eropa, termasuk Jan Walandouw, dideportasi ke tempat asal mereka.


“Meski menikah dengan warga negara Australia dan memiliki seorang putra yang lahir di Australia pada tahun 1946, Jan Walandouw dideportasi ke Indonesia pada tahun 1947,” kata Jeffry kepada Historia.id.


Sayangnya, perjuangan para pelaut dan buruh pelabuhan yang didukung orang Australia dan India, kurang mendapat tempat dalam pelajaran sejarah. Padahal peran mereka sangat penting karena berhasil menghambat Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.Pameran ini untuk mengangkat kontribusi mereka bagi Indonesia.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page