top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Kontes Memasak Tempo Dulu

Lomba masak amatir pernah diselenggarakan pada dekade 1980-an. Jadi sorotan media karena semua kontestannya adalah pria dari berbagai bidang keahlian.  

27 Nov 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Lomba Memasak Pria Femina 1989 yang dimenangkan oleh perancang busana Peter Sie (nomor dua dari kiri mengangkat tangan). (Foto: Repro otobiografi Peter Sie "Mode adalah Hidupku")

Kompetisi memasak Master Chef Indonesia (MCI) musim ke-11 baru saja usai. Pada babak final, Belinda keluar sebagai juara mengalahkan Kiki. Hasil ini tidak begitu memuaskan penonton. Kiki lebih diunggulkan karena kemampuan memasaknya acapkali memenangi tantangan. Kedua finalis masih sama-sama muda dan berpotensi. Kiki berpengalaman sebagai pegawai restoran (kitchen helper) di Medan. Sementara itu, Belinda adalah jebolan sekolah masak ternama Le Cordon Bleu, Selandia Baru. Keluhan para penonton itu terlihat dalam komentar di berbagai laman media sosial --seperti Twitter, Facebook, dan Instagram-- hingga menjadi topik yang sedang sejak kemarin.  


Jauh sebelum MCI menjadi tontonan populer, kontes memasak sudah eksis setidaknya pada warsa 1980-an. Pada 1988, majalah Femina untuk kali pertama menyelenggarakan kompetisi memasak untuk amatir bertajuk “Lomba Masak Pria”. Kontes ini dihelat dalam rangka memeriahkan Festival Telur dan Ayam. Tujuannya untuk menggalakan konsumsi protein di tengah masyarakat.


“Lomba Masak Pria” ini ternyata menyita perhatian media-media saat itu. Bertempat di Mercantile Club, Jakarta, para kontestannya melibatkan tokoh-tokoh publik. Sebut saja seperti dramawan Putu Wijaya, aktor kawakan Didi Petet, sutradara Arifin C. Noer, Duta Besar AS Paul Wolfowitz, jurnalis penggagas kuliner Bondan Winarno, dan pembalap Tinton Suprapto. Termasuk pula Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Sarwono Kusumaatmadja. Selain mereka, banyak lagi peserta lainnya dari berbagai bidang keahlian.



“Saya masih bingung membedakan jahe, salam, dan lengkuas,” kata Ir. Sarwono Kusumaatmadja, koki yang sehari-hari Menteri Negara PAN, dikutip Tempo, 27 Agustus 1988. Mendengar celetukan Sarwono, kontestan Arifin C. Noer berujar, “Saya suka dan bisa membuat semua jenis makanan, seperti saya menyukai semua jenis musik dan lukisan.”


Tuti Sunardi dalam Selayang Pandang Kuliner Indonesia mencatat, pemenang pertama Lomba Masak Pria 1988 adalah Gatot H.A. Harbani, seorang arsitek. Sementara itu, juara kedua direngkuh oleh Duta Besar Paul Wolfowitz. Menyusul kemudian di tempat ketiga, seorang diplomat PBB asal Trinidad.


Ingin mengulang sukses yang sama, Lomba Masak Pria kembali dihelat tahun berikutnya. Perlombaan bertempat di halaman Hotel Borobudur dan digelar secara lebih besar-besaran. Sebanyak 20 orang terkemuka dari bermacam profesi digandeng sebagai kontestan. Pemenang pada lomba musim kedua ini adalah perancang busana kondang Peter Sie.



Dalam otobiografinya, Peter Sie menyisipkan kisah lomba memasak yang diikutinya pada 1989 itu sebagai salah satu pengalaman yang sangat berkesan. Dia ingat betul betapa berat tantangan memasak yang dihadapi peserta, bahkan cenderung “kejam”. Masakan yang akan diolah kontestan dipilih secara undi untuk membuat satu jenis makanan main course. Bahan utama berupa daging, ayam, atau hasil laut yang ditentukan saat lomba dimulai, tertera di meja undi. Waktu memasak yang diberikan hanya satu jam, mulai dari belanja bahan, pengolahan, hingga penataan piring (plating).  


“Selama kurang lebih satu jam penuh para penonton dibuat tertawa terpingkal-pingkal oleh gerak-gerik para peserta yang sering kali salah tingkah, karena mungkin grogi. Ledakan deru tawa dan teriakan para supporters membuat kami para peserta seakan-akan lenong rumpi. Memang lucu tapi mencekam,” kenang Peter kepada Myra Sidharta yang menulis otobiografi Peter Sie: Mode Adalah Hidupku.


Kontestan pertama yang menyelesaikan masakannya adalah dr. Priguna Sidharta, ahli syaraf terkemuka, dalam waktu 20 menit. Menyusul kemudian penata rias Peter Saerang yang menampilkan masakan Manado. Orang ketiga adalah mantan Menteri Penerangan Boediardjo yang menyajikan “Dudo Melingkar”, yaitu udang besar di atas hamparan bihun goreng kering. Tampilannya tampak begitu cantik serta menggiurkan. Namun, Boediardjo lupa membuat sausnya, salah satu elemen penting dalam suatu hidangan.



Pengusaha Steve Sondakh memasak dengan tingkah nyentriknya yang kocak. Sementara itu, pegiat olahraga Dali Tahir sambil ber-rock n roll mengolah makanannya. Turut pula jadi kontestan sejarawan Ong Hok Ham yang terkenal jago masak dan doyan makan. Demikianlah satu persatu peserta menyerahkan piring hidangannya untuk dinilai juri. Koreografer Indo-Belanda Rudy Wowor jadi peserta terakhir yang menyelesaikan makanannya. 

   

Peter sendiri maju setelah 50 menit berkutat di dapur. Dia membawakan hidangan Nusantara khas Sunda berupa ikan goreng dan sate udang bumbu rujak. Makanan itu diberikannya nama “Irama Samudra”.


Menurut Peter Sie, makanan yang disajikan Duta Besar Austria Herbert Kroll tampak memukau. Kroll menyajikan masakan ala Eropa dengan penataan piring yang cukup indah. Peter memperkirakan Herbert Kroll akan keluar sebagai juara, pemenang kedua Sekretaris Duta Besar Italia, dan pemenang ketiga ditempati Ong Hok Ham. Namun, siapa sangka, pada saat pengumuman pemenang, nama Peter Sie justru menempati urutan pertama oleh para juri. Atas kemenangan itu, Peter menggondol berbagai macam hadiah.



“Demikian banyaknya, tidak berlebihan kalau kukatakan di sini bahwa karena mobilku kecil, aku harus bolak-balik Hotel Borobudur—Tebet untuk mengangkatnya. Semua hadiah, aku hadiahkan kepada Yati, anak angkatku,” tutur Peter Sie.


Lomba Masak Pria terus digelar Femina secara berkala. Ia berlangsung hingga dekade 1990-an. Pada 1990, komponis dan pemusik Addie MS menjadi finalis dalam lomba masak yang  bertempat di Hotel Hilton.


“Saat itu aku bikin ‘Beef Concerto’,” kenang Addie MS dalam

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page