top of page

Sejarah Indonesia

Krakatau Semakin Memukau

Krakatau Semakin Memukau

Salah satu band terbaik di Indonesia, sempat menyatakan bubar lalu kembali karena masih memiliki satu tujuan yang sama yaitu berkarya.

22 Februari 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Aksi band Krakatau saat menghibur para penggemarnya di Jakarta. (Fernando Randy/Historia).

Kritikus musik Indonesia mengatakan banyak musik bagus dari era 1980 dan 1990-an. Era ini ditandai oleh kehadiran beragam grup musik dengan karya berumur panjang. Salah satu grup musik itu Krakatau. 


Krakatau menghibur para penggemar mereka di Jakarta Selatan. (Fernando Randy/Historia).
Krakatau menghibur para penggemar mereka di Jakarta Selatan. (Fernando Randy/Historia).

Krakatau muncul dari prakarsa Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Budhy Haryono, dan Donny Suhendra. Semuanya kelahiran Jawa Barat. Karena itu, mereka menamai grup musiknya sebagai Krakatau. Sebuah gunung berapi di barat Jawa.


Pemain Bass Pra Budi Dharma salah satu pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Pemain Bass Pra Budi Dharma salah satu pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Donny Suhendra dan Dwiki Darmawan, pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Donny Suhendra dan Dwiki Darmawan, pendiri Krakatau. (Fernando Randy/Historia).

Krakatau beraliran jazz dan sering gonta-ganti personel. Sekarang personelnya adalah Trie Utami pada vokal, Dwiki dan Indra Lesmana pada piano serta keyboard, Pra Budi pada bass, Donny pada gitar, dan Gilang Ramadhan pada drum. 


Aksi Trie Utama membawakan lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Aksi Trie Utama membawakan lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia).

Krakatau telah menciptakan sejumlah album bermusikalitas. Daya musikalitas ini diperoleh dari tempaan menahun para personelnya. Hingga mereka mempunyai kemampuan bermusik di atas rata-rata orang kebanyakan.


Sempat vakum, kini Krakatau lahir kembali. (Fernando Randy/Historia).
Sempat vakum, kini Krakatau lahir kembali. (Fernando Randy/Historia).

Serupa sebuah gunung berapi, ada masanya Krakatau begitu aktif. Lain waktu justru begitu tenang. Tak ada aktivitas. Misalnya pada tahun 2006, mereka vakum. Penyebabnya, alasan klasik grup-grup musik: jenuh dan sibuk dengan urusan masing-masing.


Indra Lesmana, salah satu anggota Krakatau yang cukup bersinar di kancah musik Indonesia. (Fernando Randy/Historia).
Indra Lesmana, salah satu anggota Krakatau yang cukup bersinar di kancah musik Indonesia. (Fernando Randy/Historia).

Waktu untuk kembali aktif datang juga. Krakatau bergemuruh kembali. Kali ini dengan nama Krakatau Reunion. Mereka membuat konser intim pada 2019. Disebut konser intim karena penontonnya tak banyak. Hanya 30 orang terpilih yang dapat menyaksidengarkannya dalam sebuah rumah yang diubah menjadi studio di Jakarta Selatan. 


Gilang Ramadhan, salah satu drummer terbaik Indonesia yang bergabung bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Gilang Ramadhan, salah satu drummer terbaik Indonesia yang bergabung bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia).

"Dengan adanya konser intim ini, kami ingin memberitahu bahwa kami akan kembali menggunakan nama Krakatau," ujar Gilang Ramadhan di sesela konser. Meski lama tak tampil bersama, semangat bermusik Krakatau terasa masih sangat besar. Trie Utami seolah tidak pernah kehabisan energi. Katanya, mungkin karena endapan energi dari masa lalu.


Ekspresi Trie Utami saat tahu bahwa dirinya sering dikerjain anggota Krakatau lainnya. (Fernando Randy/Historia).
Ekspresi Trie Utami saat tahu bahwa dirinya sering dikerjain anggota Krakatau lainnya. (Fernando Randy/Historia).

Perempuan yang akrab disapa Mbak Iie itu bercerita tentang masa lalu Krakatau. "Dulu saya paling sering dikerjain. Disuruh nyanyi teriak dengan nada tinggi saat di studio rekaman. Suara saya dibilang kurang tinggi terus. Sampai mau habis. Pas saya lihat kebelakang, ternyata mereka ketawa-ketawa. Nyiksa bener, ya." 


Indra Lesmana saat beraksi bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Indra Lesmana saat beraksi bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia).

Lama tak latihan bersama membuat personel Krakatau sering lupa tempo. Tapi ini bukan masalah besar. Mereka justru menjadikannya bahan candaan. "Semakin melegenda, semakin pelupa. Jadi kami tidak ingin disebut seperti itu karena tak mau lupa caranya bermain musik," kata Indra Lesmana. 


Donny Suhendra sedang menyetel gitarnya. (Fernando Randy/Historia).
Donny Suhendra sedang menyetel gitarnya. (Fernando Randy/Historia).
Lagu dan logo Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Lagu dan logo Krakatau. (Fernando Randy/Historia).

Pernyataan tersebut itu langsung ditimpali Gilang. Menurutnya, kata legenda akan melenakan mereka. "Terkadang yang di kepala ini juga bukan hanya tentang musik. Banyak hal lain yang menjadi pikiran kami. Kami memang tidak ingin disebut legenda karena bisa semakin menjadi pelupa," kata Gilang.


Dwiki Dharmawan benar-benar menghayati lagu-lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Dwiki Dharmawan benar-benar menghayati lagu-lagu Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Salah satu tato dan aksesoris ular milik vokalis Krakatau, Trie Utami. (Fernando Randy/Historia).
Salah satu tato dan aksesoris ular milik vokalis Krakatau, Trie Utami. (Fernando Randy/Historia).

Walau Krakatau enggan menyandang atribut legenda, orang-orang kadung menisbatkan legenda kepada mereka. Sebagai penghargaan atas karya album sebanyak sepuluh selama mereka mengusung nama Krakatau. Semuanya berkualitas tinggi.


Gilang Ramadhan usai tampil bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia).
Gilang Ramadhan usai tampil bersama Krakatau. (Fernando Randy/Historia).

Tapi Krakatau merasa belum waktunya berhenti total. Mereka masih ingin terus berkarya bersama. "Mungkin seperti Gunung Krakatau sesungguhnya yang pernah meletus, kami juga pernah bubar. Namun semangat bermusik kami tetap sama, seperti halnya Gunung Anak Krakatau yang berdiri kukuh di sana," tutup Indra Lesmana.


Bangku kosong di salah satu sudut studio tempat Krakatau berlatih. (Fernando Randy/Historia).
Bangku kosong di salah satu sudut studio tempat Krakatau berlatih. (Fernando Randy/Historia).

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
bottom of page