top of page

Sejarah Indonesia

Lelucon Para

Lelucon Para Kadet

Bagaimana para kadet Akademi Militer Yogyakarta membangun semangat korps lewat perilaku-perilaku lucu.

Oleh :
14 November 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Para kadet Akademi MIliter Yogyakarta saat menjaga Panglima Besar Soedirman di Jakarta.Foto: koleksi Moehkardi.

HUBUNGAN perkawanan antara sesama kadet Akademi Militer Yogyakarta dan para instrukturnya, dikenal sangat erat dan kompak.


Menurut Sajidiman Surjohadiprodjo, keadaan tersebut bukan saja menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan, namun juga kisah-kisah lucu di kalangan mereka. “Terdapat banyak anekdot yang beredar di kalangan kami,” ujar kadet angkatan pertama di Akademi Militer Yogyakarta itu.


Ada suatu cerita yang kerap dikenang oleh anak-anak Akademi Militer Yogyakarta angkatan awal yakni kisah celana pinjaman Aswawarmo, salah seorang instruktur di akademi militer tersebut. Kisah itu pernah ditulis oleh Daud Sinjal dalam Laporan Kepada Bangsa.


Ceritanya, suatu hari Aswawarmo meminjam celana lapangan dari seorang kadet. Setelah dipakai beberapa kali oleh sang instruktur, celana itu lantas dipinjam oleh seorang “kadet tengil” bernama Acub Zainal (kelak menjadi Gubernur Irian Jaya). Namun karena kekuarangan makan, celana itu setelah dipakai Acub kemudian berpindah tangan ke tukang loak.


Hasil dari penjualan itu lantas dipakai untuk pesta makan-makan oleh beberapa kadet dan instruktur termasuk Aswawarmo. Di akhir pesta, Aswawarno menanyakan kok tumben mereka bisa makan enak, duitnya dari mana? Tak ada jawaban, kecuali suara tawa dan rasa riang gembira dari semua kadet, termasuk sang pemilik celana.


Salah seorang mantan instruktur Akademi Militer Yogyakarta kemudian menjadi perwira staf di MBAD (Markas Besar Angkatan Darat) dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Hubungan dengan para perwira, bekas anak didiknya di Yogyakarta tetap berlangsung akrab. Itu dibuktikan dengan kerapnya mereka bertegur sapa secara informal tanpa peduli soal kepangkatan.


Salah seorang eks kadet Yogyakarta bernama Sabrawi Istanto kemudian dinaikan pangkatnya menjadi kolonel. Namun eks instruktur itu pun seperti tak peduli. Suatu hari, dia bertemu dengan Sabrawi di gedung MBAD dan langsung menyapa akrab: "Wi!”


Sabrawi yang tengah bangga-bangganya menyandang pangkat kolonel itu lantas meresponsnya dengan jawaban: "Wa, Wi, Wa, Wi …Kolonel kek, Bapak kek,” ujarnya. Memang sedikit bergurau.


Eh, kala Acub Zainal diangkat menjadi Brigadir Jenderal, situasi itu kembali terulang. Namun kali ini, Sabrawi yang begitu berpapasan dengan Brigjen Acub, dia berseru, "Hei, Kub!" Acub langsung menjawabnya: “Kab, Kub, Kab, Kub…Jenderal kek, hormat kek…”

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Lima Generasi Mengabdi di Istana

Lima Generasi Mengabdi di Istana

Dari generasi ke generasi, keluarga Endang Sumitra merawat dan melayani di Istana Bogor.
Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Ayah Zohran Mamdani pernah diusir Diktator Idi Amin. Karya-karyanya menyinggung Afrika pasca-kolonial hingga hukum adat di Indonesia.
Setelah Lama Berpuasa

Setelah Lama Berpuasa

Setelah Orde Baru tumbang, partai-partai berbasis NU didirikan dan berebut suara warga nahdliyin. Tak semuanya bertahan.
Warisan Jaringan Gas Kolonial

Warisan Jaringan Gas Kolonial

Sempat mandeg karena perang, perusahaan gas Belanda beroperasi kembali tapi kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bagaimana nasib warisan kolonial ini?
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
bottom of page