top of page

Sejarah Indonesia

Lupa Tidur Jadi Salah Tanggal Menyerang

Lupa Tidur Jadi Salah Tanggal Menyerang

Letnan Komarudin diingat atas insiden salah tanggal dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

28 Februari 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Letnan Komarudin. (arsipindonesia.com).

Diperbarui: 10 Apr

Awal 1949, di daerah Plered, Bantul, selatan kota Yogyakarta yang belum diduduki tentara Belanda, terdapat dua pasukan bersenjata lengkap. Pertama, pasukan Polisi Peladjar Pertempuran (P3) yang dipimpin Inspektur Djohan Soeparno dan sebuah peleton dari Batalyon Sardjono yang dipimpin Letnan Komarudin.


“Kami memilih bergabung dengan Komarudin yang sudah kami kenal sejak di Mangkang dan Srondol, Semarang,” kata Soedjono Hadiatmodjo dalam Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan IV. Bersama Komarudin, Soedjono dkk. pernah adu tembakan dengan tentara Belanda di desa Kanoman.


Di akhir Februari 1949, Komarudin dan pasukannya berada di Desa Jejeran. Sepanjang malam, Komarudin membahas peta untuk bersiap menyerang kota Yogyakarta pada siang bolong, yang sudah direncanakan atasan mereka. Mereka memutuskan langsung bergerak menyerang dan tidak menginap terlebih dahulu di kota. Mereka pun lupa jika mereka harus tidur.


“Pagi hari itu, satu hari penuh kami beristirahat dan malamnya sekitar 23.00 kami berangkat dari Jejeran menuju Mangkulayan-Ngasem, Patehan, Nagan, Purbayan. Anak buah sudah mendapat petunjuk masing-masing apa yang harus dilakukan,” kata Soedjono.



Pasukan Komarudin jelas menguasai medan. Raden Irawan Stiadji Pramoedibyo dalam Pelajar Pejoang: Keterlibatanku di dalam Perang Kemerdekaan menyebut banyak di antara anggota laskar Komarudin adalah warga atau kerabat penduduk Jeron Beteng dan para pemuda dari daerah selatan Yogyakarta.


Begitu sirine pagi berbunyi, pasukan Komarudin bergerak menyerang kota. Suara tembakan tidak hanya mengagetkan tentara Belanda, tapi juga pasukan TNI.


“Kami dikejutkan oleh bunyi ledakan dan tembakan yang cukup gencar. Mana pula tidak terkejut sebab telah saya tetapkan serangan itu akan kita lakukan pada tanggal 1 Maret, pagi, pada waktu sirene akhir jam malam,” kata Soeharto dalam Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.



Buku Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta: Latar Belakang dan Pengaruhnya menyebut Letnan Soegijono yang berkedudukan di dekat posisi peleton Komarudin segera mengetahui dan menyelidiki insiden yang terjadi. Letnan Gideon dan Sersan Soegeng berhasil menemui Letnan Komarudin untuk memberi tahu bahwa hari itu bukan tanggal 1 Maret 1949 yang menjadi hari penyerangan, tapi masih 28 Februari 1949.


Komarudin dan pasukannya kaget. Mereka sudah bertempur sekitar dua jam. Setelah sadar mereka menyerang di hari yang salah, mereka kemudian mundur. Soedjono dan Komarudin lalu berpisah jalur mundur ke selatan kota. Sebelum akhirnya mereka bertemu lagi di Pandes pada sore hari. Esoknya, pada hari yang sebenarnya, Komarudin dan pasukannya bergerak lagi.



Serangan di tanggal yang salah dari pasukan Komarudin itu tidak membuat pihak Belanda meningkatan kekuatannya di Yogyakarta dengan lebih besar lagi. Setidaknya sehari setelah Komarudin menyerang, pada 1 Maret 1949, kota Yogyakarta bisa dikuasai. Meski hanya enam jam, perebutan itu menjadi bukti bahwa TNI masih mampu melawan dan Republik Indonesia masih ada.


Kisah lupa tanggal itu kemudian terus diingat dalam sejarah Indonesia. Namun, petinggi tentara pada masa itu tidak menyalahkan Komarudin. Jenderal Soedirman dan Letnan Kolonel Soeharto, komandan brigade tempatnya bergabung, mendatanginya dalam sebuah apel setelah masuknya kembali TNI ke Yogyakarta.


“Engkau harimau Yogya,” kata Soedirman kepada Komarudin.


Setelah tahun 1950, Komarudin sempat meneruskan karier di TNI. Moehkardi dalam Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Fisik 1945 sampai dengan 1949 menyebut sebelum ikut brigade yang dipimpin Soeharto, Komarudin adalah anggota laskar Hizbullah. Komarudin pernah dianggap bagian dari kelompok pemberontak, namun nama baiknya direhabilitasi sehingga bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page