top of page

Sejarah Indonesia

Malaka Imperium Negeri Jiran

Malaka: Imperium Negeri Jiran

Malaka pernah menjadi kerajaan paling berpengaruh di Selat Malaka. Punya banyak sekutu di seberangnya,

2 Juli 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Replika kapal Portugis "Flor de la Mar" di Malaka. (Petrik Matanasi/Historia)

KRI Dewaruci mampu memacu lajunya hingga 9-10 knot sehingga berhasil tiba di perairan Malaka sehari lebih awal dari jadwal. Namun meski tiba pada 29 Juni 2024 dinihari, Dewaruci tak bisa langsung merapat. Baru pada 30 Juni 2024 pagi kapal antik di bawah komando Angkatan Laut Indonesia itu merapat di Fort Tanjung Bruas dengan sambutan hangat. Setelahnya, para peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) yang dibawa Dewaruci bergerak menuju bekas pusat dari Melaka atau Malaka.


Kerajaan Malaka cukup penting di jalur rempah. Wilayah Malaka kini menjadi bagian dari Kerajaan Federasi Malaysia. Letak daratannya berada di Semenanjung Malaya, tepat berada sisi timur di Selat Malaka. Kapal-kapal dagang dari berbagai negeri melewati wilayahnya.


Malaka menarik banyak pedagang. Tome Pires dalam Suma Oriental mencatat, komoditas dagang utama yang diangkut dari Malaka antara lain: cengkeh, bunga pala, biji pala, kayu cendana, mutiara, kemenyan, dan tanaman obat lignaloes. Selain rempah-rempah dari timur, barang yang masuk ke Malaka juga terdapat timah, emas, kain sutra dan lain-lain. Perdagangan membuat Malaka ramai oleh pedagang.


“Malaka sebenarnya adalah sebuah kampung nelayan yang kecil. Tetapi karena kedudukannya yang strategis, ia merupakan tempat persinggahan yang baik bagi kapal-kapal yang berulang-alik dari benua India ke Tiongkok —lama-lama ia menjadi sebuah kota perdagangan yang ramai sekali,” catat Liaw Yock Fang dalam Sejarah Sesusastraan Melayu Klasik.


Cara barter memang berlaku di dalam perdagangan itu. Tapi, penguasa Malaka menetapkan pajak perdagangan di pelabuhannya.


Tentang nama Malaka, Tome Pires dan William Marsden punya pendapat berbeda. Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyebut Parameswara memberi nama tempat itu Malaka dan kata ini berasal dari “Malaqa” yang berarti buron tersembunyi. Sementara, Willem Marsden dalam History of Sumatra menyebut nama Malaka diambil dari nama buah lokal yang tumbuh di sebuah bukit di daerah yang dibuka Parameswara. Buah itu punya nama latin  Phyllanthus emblica atau myrabolanum.


Sejarah Malaka kerap dikaitkan dengan Parameswara alias Paramicura. Dia dianggap sebagai pendirinya.


“Melaka diperkirakan didirikan pada awal tahun 1400-an, namun pemukiman mungkin sudah ada di sana sebelum kota tersebut didirikan (kembali) oleh Parameswara. Berapa umur atau besar pemukiman ini tidak dapat disimpulkan,” catat Peter Borschberg dalam The Melaka Empire, c.1400–1528.


Ketika menjadi raja Islam, Parameswara bergelar Sri Iskander Shah. Setelah era Parameswara, daerah ini berkembang. Itu karena Malaka, menurut Marsden, “di bawah pemerintahannya yang bijaksana.”


Kerajaan Malaka berhasil mempengaruhi tetangga-tetangganya baik yang satu daratan dengannya maupun negeri-negeri yang berada di seberangnya. Tome Pires mencatat bahwa daerah Rokan, Rupat, dan Kampar adalah kerajaan di Riau yang punya hubungan baik dengan Malaka. Jika Malaka terlibat perang, maka daerah-daerah tadi harus menyediakan pasukan untuk berperang di bawah Malaka.


“Pada puncak kekuasaannya, Kerajaan Melaka dikatakan telah menguasai penduduk yang tinggal di sebagian besar Semenanjung Malaya, sebagian Sumatra tengah dan timur, Kepulauan Riau, dan bahkan sebagian barat daya Kalimantan,” catat Peter Borschberg.


Daerah-daerah itu hingga kini punya kebudayaan yang mirip Malaka sebagai Melayu. Kerajaan Malaka di bawah Sultan Mansyur Syah pula, menurut Anwar Syair dkk. dalam Sejarah Daerah Riau, yang mengirim utusan yang menyuruh raja Ganjut dan raja Harimau untuk menyebarkan Islam di daerah Rokan.


“Meniru Sriwijaya, lingkup pengaruh Melaka menyatukan seluruh wilayah Selat di bawah naungannya. Melaka, bagaimanapun, melampaui pendahulunya, tidak hanya dalam hal mengikat banyak wilayah di kawasan ini secara ekonomi melalui perdagangan, tetapi juga secara agama dan sosial budaya yang menjadi ciri khas Dunia Melayu,” tulis Ooi Keat Gin dalam artikel “‘Bridge’ to ‘Fence’: A Maritime History of the Straits of Malacca” di Journal of Maritime Studies and National Integration No. 6, 2022.


Kemajuan Malaka kemudian menjadi masalah bagi Siam (Thailand). Sehingga sekitar abad ke-14, Malaka pernah dapat serangan dari Siam yang berada di utara. Sedangkan dari selatan, dewasa itu ancaman Malaka adalah Majapahit. Sementara, Sriwijaya di barat-daya Malaka yang jaraknya lebih dekat daripada Majapahit sedang mengalami kemunduran.


Meski menguat, Malaka punya musuh di Sumatra. Salah satunya, menurut Tome Pires, adalah Kerajaan Aru yang berada di pedalaman Sumatra Utara. Aru adalah sebutan lain untuk Karo.


Ramainya Malaka sebagai daerah perdagangan memancing kedatangan bangsa-bangsa Barat yang ingin menguasainya. Portugis di bawah Alfonso d'Alboquerque berhasil mengalahkan Malaka dan berkuasa di sana sejak 1511 hingga 1641 saat Portugis dikalahkan Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda VOC.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page