top of page

Sejarah Indonesia

Melawan Belanda Dengan Renang Di Kolam Renang Manggarai

Melawan Belanda dengan Renang di Kolam Renang Manggarai

Belanda melarang pribumi dan anjing masuk kolam renang Manggarai. Tokoh olahraga Indonesia, M.F. Siregar melawan dengan mendobrak dan mengadakan lomba renang.

Oleh :
21 Oktober 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

MELAWAN Belanda bisa tanpa senjata. Itulah yang dilakukan Mangombar Ferdinand Siregar, tokoh olahraga Indonesia, yang sejak kecil suka olahraga renang. Sepulang sekolah, ia dan teman-temannya dari kawasan Menteng Pulo biasa “balap renang” di kali Banjir Kanal atau Kali Keroncong, Manggarai, Jakarta.


Kegemaran olahraga renang kemudian menjadi hobi yang ditekuni dengan serius. Pada 1948 ketika masih di SMA Siregar menjadi pengurus perkumpulan renang. Ia juga ikut mendirikan perkumpulan renang Tirta Kencana di kolam renang Manggarai.


Pada zaman Belanda, kolam renang Manggarai hanya khusus orang-orang Belanda dan Eropa, pribumi dan anjing dilarang masuk ke sana. “Saya didorong, dipanas-panasi oleh teman-teman untuk masuk, dan akhirnya saya berhasil dobrak,” kata M.F. Siregar dalam majalah Tempo, 12 Oktober 2008.


Persinggungan dengan warga Belanda yang tidak pernah keras di masa kecil mulai berubah ketika Siregar menginjak usia remaja. Tak hanya mendobrak, pada Desember 1948 Siregar juga dengan berani menyelenggarakan pertandingan renang di kolam renang Manggarai.



M.F. Siregar saat menjadi komandan CPM Pelajar. (Dok. M.F. Siregar).
M.F. Siregar saat menjadi komandan CPM Pelajar. (Dok. M.F. Siregar).


“Pada usia 20 tahun saya dan kawan-kawan melakukan pemberontakan tanpa senjata di kolam renang Manggarai di mana dipasang papan larangan yang berbunyi verboden voor inlanders/honden yang artinya terlarang bagi pribumi/anjing. Kami justru mengadakan lomba renang di sana. Itulah awal saya kemudian terlibat secara mendalam di bidang olahraga,” kata M.F. Siregar dalam Guru-guru Keluhuran.


Menurut Brigitta Isworo Laksmi dan Primastuti Handayani dalam biografi M.F. Siregar, Matahari Olahraga Indonesia, Siregar menjadi orang Indonesia pertama yang menyelenggarakan pertandingan di kolam renang Manggarai dan merangkap sebagai peserta pada nomor 50 meter gaya punggung. Saat itu modalnya hanya nekat. Boleh dibilang Siregar ketika itu menantang penguasa Belanda. Maklum, meski Indonesia sudah merdeka namun Belanda masih berkuasa.


Di kolam renang Manggarai saat itu terpampang pengumuman yang melarang pribumi menggunakan kolam renang. “Namun, Siregar malah menyelenggarakan kegiatan bagi pribumi di tempat itu,” tulis Brigitta dan Primastuti.


“Saya juga ikut bertanding di nomor gaya punggung, tapi tidak menang,” kata Siregar dalam Tempo.



M.F. Siregar dengan piagam dan medali penggargaan dari International Olympic Committee. (Dok. M.F. Siregar).
M.F. Siregar dengan piagam dan medali penggargaan dari International Olympic Committee. (Dok. M.F. Siregar).


Siregar tak hanya melawan Belanda dengan renang, ia juga berurusan dengan senjata. Di Jakarta, ia sering menginap di Markas Palang Merah Indonesia (PMI) di Jalan Cokroaminoto, Jakarta Pusat (dulu Jalan Jawa Nomor 28).


“Markas PMI ini sebetulnya cuma kamuflase. Kami gunakan tak hanya untuk menyelundupkan obat, tapi juga senjata, ke pedalaman. Senjata-senjata itu saya peroleh dari teman di Pejambon, Batalion 10, Jakarta Pusat. Saya ikut menyelundupkan senjata ke Yogyakarta menggunakan kereta. Kalau ada razia tentara Belanda, saya tunjukkan kartu pelajar, dan mengatakan saya bersekolah di Yogyakarta,” kata Siregar dalam Tempo.


Siregar kemudian pergi ke Bandung. Ketika ia melanjutkan sekolah di SMA, ia bergabung dengan tentara yang terdiri atas anak-anak SMP dan SMA. Karena mampu berbahasa Belanda, ia dimasukkan ke CPM (Corps Polisi Militer), yang tugasnya banyak berkaitan dengan Belanda.


Siregar menjadi komandan CPM Pelajar dan anak buahnya para pelajar SMP. “Sebagai komandan, saya memegang pistol dan bren,” kata Siregar.


Pasukan Siregar masuk dalam CPM Batalion III Divisi Siliwangi di bawah komando Mayor Rusli. Ia pernah bertugas di Bandung, Subang, Tasikmalaya, Garut, Cibadak, Serang, dan Pandeglang. Setelah tahun 1950, para pelajar disuruh memilih: sekolah atau bekerja. “Saya pilih sekolah,” kata Siregar.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page