top of page

Sejarah Indonesia

Mengapa Baret Marinir Berwarna

Mengapa Baret Marinir Berwarna Ungu?

Bagi Korps Marinir TNI AL, ungu adalah warna yang sarat makna dan keramat.

Oleh :
13 Oktober 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Korps Marinir TNI AL. (imgrum.org).

STEVEN masih ingat kejadian pagi itu. Kala rusuh melanda Jakarta pada 14 Mei 1998, ia terjebak di tengah massa yang sedang beringas di kawasan Jalan Hayam Wuruk. Saat lelaki Tionghoa itu dilanda kebingungan, tetiba sekelompok orang mengepungnya lalu melontarinya dengan berbagai pukulan.


“Untunglah dalam kondisi kritis itu, dua tentara berbaret ungu menembakan senjatanya ke udara hingga membuat massa kabur. Mereka lalu mengamankan saya,” kenang pedagang berusia 45 tahun tersebut.


Dua tentara berbaret ungu itu tak lain adalah anggota Korps Marinir, salah satu kesatuan elite TNI AL. Lahir dari rahim revolusi Indonesia pada 15 November 1945, Korps Marinir dalam perkembangannya selalu terlibat dalam berbagai operasi tempur dan operasi kemanusiaan yang diadakan oleh TNI AL.


“Seperti kesatuan elite lain, sejarah kami adalah suatu sejarah tentang pengabdian tanpa batas untuk negara ini…” ujar Krisna Rubowo, pensiunan marinir berpangkat kolonel.


Namun tahukah anda, mengapa salah satu kesatuan elite tertua di Indonesia itu memilih ungu sebagai warna baretnya?


Menurut buku Korps Komando AL dari Tahun ke Tahun, dipilihnya warna ungu karena dua hal. Pertama, ungu adalah salah satu warna selendang Nyai Roro Kidul, yang dalam mitologi Jawa merupakan penguasa samudera Indonesia. Selendang ungu milik Sang Ratu Pantai Selatan itu dipercaya sangat ampuh dalam memberikan perlindungan dan pengamanan.


Kedua, ungu baret Korps Marinir juga diilhami dari warna bunga Bougenville yang telah gugur sebelum layu. “Ini juga melambangkan pengabdian seorang prajurit Korps Marinir dalam mempertahankan dan memelihara keutuhan negara,” tulis karya yang dibuat oleh Bagian Sejarah KKO-AL (nama lama Korps Marinir) itu.


Sejarah juga mencatat, warna ungu dipakai kali pertama oleh Korps Marinir (saat masih bernama KKO AL) berupa pita sebagai kode pengaman pada 1958. Ketika itu pasukan Korps Marinir terlibat dalam Operasi 17 Agustus, suatu aksi militer menumpas pembangkangan PRRI (Pemerintah Revolusiener Republik Indonesia) di Sumatera Barat. Baru pada 1961, Korps Marinir mengabadikan warna ungu bagi baretnya, tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam Operasi Alugoro di Aceh.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page