- Petrik Matanasi
- 4 Agu
- 3 menit membaca
HUKUMAN pembuangan ke Boven Digul di pedalaman Papua tak membuat Niti Soemantri jera. Hingga dipulangkan kembali ke daerah asalnya di Jawa Barat, Soemantri tak berhenti bergerak.
Soemantri, yang seorang guru di Hollandsch Inlandsch School (HIS) Pasoendan, aktif di Pegoejoeban Pasoendan. Dia rajin menghadiri rapat-rapat ataupun rapat umum organisasi tersebut di berbagai tempat. Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch Indie tanggal 2 September 1939 memberitakan, Soemantri hadir dan memberi pidato dalam rapat propaganda paguyuban tersebut di Ujungberung.
Aspek ekonomi merupakan hal yang amat penting bagi perorangan maupun organisasi. Oleh karenanya, Soemantri kemudian meluaskan sayap perjuangannya ke bidang ekonomi. Lebih tepatnya ekonomi kerakyatan, dengan perhatian pada koperasi. Menurut buku Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa, Soemantri mendirikan Koperasi Oesaha Desa di Sukabumi pada 1932. Ia menjadi ketua dari koperasi yang didirikannya itu, yang agak mirip dengan Koperasi Unit Desa (KUD) yang berkembang pada era Orde Baru.
Dari Sukabumi, Soemantri kian dikenal di wilayah yang lebih luas. Maka pada 1938 hingga 1943, dia dipercaya menjadi ketua Poesat Koperasi di Bandung, yang di zaman pendudukan Jepang bernama Bandoeng Shomin Kumiai Rengokai. Di era tersebut, Soemantri juga menjadi anggota pengurus umum dari Gaboengan Poesat Koperasi Indonesia (GAPKI).
Ketika Perang Pasifik merembet ke Nusantara, seperti diberitakan Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 5 Januari 1942, Soemantri ikut serta dalam panitia di Badan Kasalametan Ra’jat (baca: Badan Keselamatan Rakyat). Badan ini dibentuk di Bandung pada 30 Desember 1941 dengan tujuan memberi penerangan kepada warga desa dalam menghadapi bahaya perang. Panitia ini berisi Iskandar di Nata sebagai ketua dan Atma di Nata, Sastraatmadja, dan K. Natawidjaja sebagai anggotanya. Soemantri menjadi sekretarisnya.
Namun, Perang Pasifik yang diikuti masa pendudukan Jepang hampir tak memberi kesempatan rakyat memainkan peran dalam bidang ekonomi, termasuk koperasi sekalipun. Kendati awalnya Jepang mendirikan Koperasi Kumiyai dan berjalan baik, kondisinya berubah seiring perkembangan perang yang membawa Jepang ke dalam kondisi terus memburuk. Gerakan koperasi pun “pingsan”.
“(Koperasi, red.) fungsinya berubah drastis dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia,” tulis R. Toto Sugiarto dkk. dalam Ensiklopedi Koperasi.
Setelah Indonesia merdeka, koperasi barulah “siuman”. Soemantri tetap aktif di koperasi. Dia dan beberapa tokoh koperasi di Jawa Barat menggagas Kongres Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebelum kongres diadakan, Soemantri dan beberapa pimpinan gerakan koperasi di Jawa Barat seperti Kastura dan M. Muchtar menemui Wapres Moh. Hatta di ibukota Yogyakarta. Dari Jogja, mereka ke Magelang menemui Kepala Jawatan Koperasi Pusat RS Soeria Atmadja dan Presdir Bank Negara Indonesia Margono Djojohadikusumo.
Dukungan tokoh-tokoh itu membuat semangat para insan koperasi di Jawa Barat kian meningkat. Maka pada 11-14 Juli 1947, Kongres Koperasi I dihelat di Tasikmalaya. Kendati dalam suasana Perang Kemerdekaan, kongres berjalan lancar dihadiri 500-an orang yang merupakan utusan koperasi-koperasi se-Jawa-Madura hingga Sulawesi.
Suasana perang yang tak memungkinkan para peserta kongres melaksanakan keputusan-keputusan yang dihasilkan Kongres Koperasi I membuat para insan koperasi menghelat Kongres Koperasi II di Bandung pada 15-17 Juli 1953. Selain dihadiri lebih dari 200 utusan yang mewakili 83 pusat-pusat koperasi di berbagai daerah, Kongres Koperasi II dihadiri pula oleh Wapres Bung Hatta dan beberapa pejabat terkait. Bersama Bung Hatta, mereka juga menyumbangkan gagasan dalam kongres tersebut.
“Di antara para tokoh dan pejabat yang memberikan ide-idenya dalam Kongres Koperasi di Bandung tersebut adlaah Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo (Menteri Perekonomian) yang memberikan pemaparan tentang ‘Fungsi Koperasi dalam Proses Pengembangan Ekonomi’,” tulis Muhammad Muhibbuddin dalam Bung Hatta: Kisah Hidup dan Pemikiran Sang Arstiek Kemerdekaan.
Kongres Koperasi II sukses. Beberapa keputusan dihasilkan dalam kongres tersebut. De Preanger Bode tanggal 18 Juli 1953 memberitakan, Soemantri selaku presiden Kongres Koperasi Indonesia II menyematkan medali emas kepada Wakil Presiden Mohamad Hatta. Medali itu berukir tulisan: Bung Hatta Bapak Koperasi Indonesia.













Komentar