Village Unit Cooperatives (KUD) were established to support the rural economy. However, many KUDs collapsed after the Reformation due to their inability to be self-sufficient.

The low quality and lack of competence of cadres and administrators are some of the problems that make it difficult for cooperatives to develop. Can the Merah Putih Village Cooperative overcome this?

Koperasi Unit Desa (KUD) hadir dengan niat mengampu perekonomian masyarakat pedesaan. Banyak yang berguguran setelah Reformasi gegara tak mampu mandiri.

Rendahnya kualitas dan kompetensi kader dan pengurus menjadi salah satu problem yang membuat koperasi sulit berkembang. Bisakah Koperasi Desa Merah Putih mengatasinya?

Dinamika koperasi periode 1960-an sarat intervensi pemerintah. Semarak namun mentok di tengah jalan gara-gara prahara politik.

Gabungan Koperasi Batik Indonesia berkembang pesat karena mendapatkan monopoli impor dan dukungan dari pemerintah. Ketika kemudahan-kemudahan itu dicabut, ia nyaris bangkrut.

Mohammad Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Berkat pemikiran maupun tindakan nyatanya dalam menumbuhkan dan membina koperasi. Namun, apakah pemikiran-pemikirannya sejalan dengan kehendak penguasa?

Gerakan koperasi sudah digiatkan sejak dua abad lalu. Bahkan mendapat perhatian serius dari pemerintah setelah Indonesia merdeka. Namun, alih-alih turun tangan, pemerintah campur tangan yang menghambat kemandirian dan pertumbuhan koperasi.

Ketimbang Hatta, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut Margono Djojohadikusumo lebih tepat sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Sementara Hatta disebutnya sebagai Bapak Ekonomi Kerakyatan.

Dari guru, "Digulis" Niti Soemantri beralih perhatian pada masalah ekonomi. Koperasi jadi "jalan" pengabdiannya pada ekonomi kerakyatan.

Pemikiran Margono Djojohadikoesoemo tentang koperasi. Dia disebut sebagai pelopor koperasi.

Tanggal 12 Juli dijadikan Hari Koperasi Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, koperasi menjadi andalan bagi ekonomi Indonesia.

Radius Prawiro menggalakkan swasembada beras, menata koperasi, dan menyediakan kredit bagi pertani dan masyarakat desa.

Koperasi warisan Bung Hatta dipahami salah kaprah. Kapitalisme pun merajalela.