top of page

Sejarah Indonesia

Otak Brass The Rollies

Otak Brass The Rollies

Berkat Benny Likumahua, The Rollies menjadi brass band. Benny sendiri terkenal sebagai pemain jazz.

9 Oktober 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Benny Likumahuwa yang tenar sebagai pemain alat musik tiup, sohor sebagai musisi jazz. Otak brass dalam The Rollies (Denny Sakrie)

Sedari zaman masih membawakan lagu orang, The Rollies sudah menampilkan diri sebagai band yang punya barisan punggawa alat tiup logam (brass section) di dalam band mereka. Terompet, trombone, dan saksofon semua ada. Ketika membawakan “Gone Are the Songs of Yesterday” milik band asal London, Love Affair, lagu itu menjadi kuat karena suara-suara alat tiup logam tadi. Begitu pun dalam lagu “The Love of a Woman” ciptaan Bee Gees yang dinyanyikan Samantha Sang.


Dua lagu tersebut dimainkan The Rollies sekitar 1969. Pada era tersebut versi The Rollies tentu lebih dikenal di Indonesia lantaran Samantha Sang dan Love Affair kurang dikenal di Indonesia. Kedua lagu itu direkam di Singapura, zaman The Rollies masih “mengamen” di beberapa klub di Singapura. Setelah era 1970-an, The Rollies mengeluarkan album-album dengan lagu-lagu buatan sendiri. Lagu-lagunya seperti “Cinta Yang Tulus”, “Dansa Yuk Dansa”, “Kerinduan”, dan “Salam Terakhir” amat populer. Nuansa alat tiupnya masih berasa pada album-album itu.


The Rollies sebetulnya bukan hanya kelompok musik kebanggaan kota Bandung. Melainkan kebanggaan negeri ini. Apa yang menarik dari The Rollies? Bisa jadi karena The Rollies senantiasa mengedepankan sesuatu yang baru dalam kurun waktu perjalanan musiknya. Pergeseran demi pergeseran warna musik memang acapkali ditapaki The Rollies,” tulis buku Musisiku.


Adalah Benny Likumahua (1946-2020) yang membuat The Rollies menjadi brass band sohor di Indonesia. Sebagai orang Ambon, Benny punya bakat musik dan tertarik dengan musik sejak kecil. Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage - Volume 1, menyebut ketika bocah, Benny belajar main bongo sebelum akhirnya belajar bas. Suatu kali, dia menonton film The Benny Goodman Story, setelahnya dia belajar memainkan klarinet, saksofon, dan trombon.


Sebelum bergabung dengan The Rollies pada 1968, Benny sudah biasa memainkan alat tiup logam. Alat tiup logam biasanya hadir dalam musik-musik militer dan sebelum era 1960-an alat musik ini banyak mengiringi musik-musik pop. Antara 1966 hingga 1968, Benny bermain untuk Cressendo sebelum dia diajak masuk The Rollies. Seperti disebut Kompas tanggal 14 Juni 2020, Benny mengajari kawan-kawan band itu bermain terompet, trombone, dan saksofon.


Berkat laki-laki Ambon kelahiran Kediri, 18 Juni 1946 ini, Bangun Sugito Tukiman alias Gito Rollies bisa tampil memainkan terompet. Sebelumnya, dia hanya bernyanyi. Begitu juga para personel lain di band The Rollies.  Jadi mereka tidak hanya bermain gitar, bass, dan drum saja. The Rollies tak sekadar jadi band pop ala Inggris. Warna soul dan jazz ada dalam lagu-lagu mereka. Benny yang menguasai alat musik bas, drum, flute (seruling), trombone, dan saksofon itu, kata  buku Musisiku, telah mempengaruhi wawasan musik The Rollies.


Ketika anak-anak The Rollies —yang sudah terkenal dan dapat banyak panggung itu— kena narkoba, Benny –kemudian dikenal sebagai Benny Rollies– bukan hanya tidak teler tapi juga tetap berdisiplin dalam bermusik. Setelah berkontribusi besar untuk The Rollies, Benny angkat kaki dari band yang didirikan Deddy Sutansyah dkk itu. Dia lalu lebih banyak bermain musik jazz dengan para musisi jazz sohor Indonesia macam Jack Lesmana atau Bill Saragih.


Bersama Bill Saragih, Benny pernah freelance bermain di klub-klub malam di Bangkok. Pernah pula Benny bermain dalam sebuah trio bernama The Ausigerindo. Nama itu kependekan dari Australia, German (Jerman) dan Indonesia. Band tersebut pernah tampil di Laos, menghibur tentara Amerika Serikat yang bertugas di Vietnam. Bersama Didi Chia, Oelle Pattiselanno, Jack Pattiselanno, dan Perry Pattiselanno, Benny memperkuat Jazz Raiders. Belakangan, Benny diajak anaknya, Barry Likumahuwa, membantunya dalam album religi Barry LikumahuwaAn Urban Christmas.


“Berkolaborasi dengan Benny Likumhuwa, salah satu musisi senior Indonesia yang juga ayahnya, Barry mengusung Genre Jazz dalam album Christmas perdananya ini. Kepiawaian Benny dalam memainkan alat tiup, ditambah kehandalan Barry dalam membetot Bass berpadu menjadi sajian harmonis yang lincah dan ‘nakal’. Sajian keluarga Likumahuwa ini adalah kado Natal yang sungguh indah, karya yang dicitakan sejak lama,” tulis Majalah Reformata edisi 159, 31 Januari 2013.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page