- Laila Amalia Khaerani
- 22 Des 2024
- 8 menit membaca
Diperbarui: 21 Nov
KETIKA bertugas sebagai dokter di Kediri, R. Kodijat merasa prihatin menyaksikan keadaan masyarakat sekitar. Banyak orang terjangkit penyakit frambusia atau patek. Penyakit ini memang tak menyebabkan kematian tapi sangat berbahaya. Menimbulkan luka-luka atau koreng yang berbentuk seperti buah frambos. Luka dapat membesar dan menyebar yang menyebabkan cacat pada anggota tubuh. Agar sembuh, penderita dikumpulkan di satu tempat untuk mendapatkan suntikan neosalvarsan. Tak cukup sekali tapi beberapa kali. Masalahnya, tak banyak orang punya cukup uang untuk berobat. Melihat keadaan itu, Kodijat tak bisa tinggal diam. Dia tak mau menunggu pasien datang untuk berobat tapi mendatangi mereka untuk melakukan penyuntikan secara cuma-cuma.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











