top of page

Sejarah Indonesia

Perkawanan Kwik Kian Gie Dan Bram

Perkawanan Kwik Kian Gie dan Bram Tambunan

Sewaktu di negeri Belanda, Kwik Kian Gie bekerja untuk Bram Tambunan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Sukarno. Kwik kemudian lebih dikenal sebagai ekonom terkemuka di Indonesia sedangkan Bram tak banyak diketahui rekam jejaknya.

30 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kwik Kian Gie. Di masa mudanya, Kwik bersahabat dengan pengusaha berjuluk "Raja Ban", Bram Tambunan. (kwikkiangie.ac.id)

KWIK Kian Gie pulang ke Indonesia setelah bertugas sebagai asisten atase budaya dan pers di KBRI Belanda. Di Jakarta, Kwik mendapat tawaran pekerjaan untuk menjalankan maskapai dagang di negeri Belanda. Kwik tertarik. Meski banting setir dari pekerjaan lama, pekerjaan baru itu bukan soal baginya. Kwik punya modal ijazah lulusan dari Nederlandse Economische Hogeschool (NEH) Rotterdam –sekarang Erasmus University Rotterdam– yang punya reputasi mentereng sebagai sekolah tinggi ekonomi kelas dunia. Tapi, ajakan Bram Tambunan, sang pemilik perusaahan, membuat Kwik tak bisa menolak tawaran tersebut.

 

“Saya tahu bahwa Bram itu salah satu sahabat Sukarno yang setiap pagi minum kopi bersama di belakang Istana. Setelah itu komunikasi menjadi intensif karena dia sering ke Belanda kan,” tutur Kwik Kian Gie dalam wawancara dengan Historia.id tiga tahun silam.

 

Menurut Kwik, Indonesia saat itu diboikot mengekspor hasil buminya ke Eropa melalui Belanda. Pasalnya, banyak eksportir nakal yang berbuat curang. Setelah mereka terima uang pembayaran, barang tak kunjung dikirim, malah ada yang mengirim sampah. Perdagangan Indonesia pun terpuruk karena tak dipercaya. Maka solusinya adalah mendirikan kantor dagang di Belanda yang berbadan hukum sesuai peraturan negara itu.

 

“Saya bilang kepada Bram, saya bersedia. Pertimbangannya oleh karena saya menganggap itu sebagai perintah supaya Indonesia bisa ekspor lagi,” terang Kwik.

 

Hanya perlu waktu sebentar bagi Kwik untuk meyakinkan Bram. Setelah berbincang selama setengah jam, Bram membekali Kwik 30.000 gulden sebagai modal awal. Pada 1964, Kwik resmi menjabat direktur NV Handelsonderneming Ipilo. Perusahaan dagang milik Bram itu berbagi saham dengan rekan bisnisnya pengusaha asal Manado Rubianto. Nama Ipilo sendiri diambil dari nama sebuah pulau kecil di Sulawesi Utara.

 

Dalam waktu singkat, Ipilo di bawah kemudi Kwik telah mengimpor hasil bumi dari Indonesia seperti teh, kopi, karet, gaplek, kumis kucing, dan temulawak. Bahkan, kulit kina yang saat itu dilarang diekspor, menjadi salah satu komoditi dagang unggulan Ipilo. Moncernya bisnis perdagangan Ipilo, seperti diakui Kwik, tak lepas dari peran Presiden Sukarno yang memberi izin khusus kepada Bram untuk mendirikan maskapai dagang di Belanda.

 

Menurut Kwik, kopi, teh, dan karet merupakan komoditi paling menguntungkan. Impor gaplek dari Indonesia juga laku keras di Belanda untuk kebutuhan pakan ternak. Untuk menguasai pasaran kopi, Ipilo bermitra dengan perusahaan dagang Belanda NV Lindeteves. Kedua perusahaan ini bahkan menjadi duopoli yang berhasil menguasai suplai kopi Indonesia di Belanda.

 

Namun, untuk impor kayu jati dan kina, NV Ipilo mengalami rugi besar. Jebloknya harga jati, kata Kwik, disebabkan ulah kartel pedagang kayu Belanda yang melakukan monopoli. Kartel menekan harga sejak jati dikapalkan, diperburuk oleh musim dingin yang merusak kualitas kayu. Setiba di Belanda, tiada pembeli yang mau menawar apalagi membeli. Di sisi lain, biaya yang sangat besar telah dikeluarkan untuk sewa tempat penyimpanan di Pelabuhan Amsterdam. Alhasil, kemudian jati itu terpaksa dijual dengan harga kelewat murah.

 

Cerita yang sama terjadi pada kina. Bram tidak mau menjual kina apa adanya. Dia ingin memproses kulit kina sampai menjadi bubuk kina agar keuntungan yang diraup lebih besar. Bram bersama Kwik coba menggandeng pabrik kina di Amsterdam, namun ditolak tanpa alasan. Begitu pula dengan pabrik obat di Braunsweigh, Jerman Barat, dan Paris. Dari informasi broker di Amsterdam diketahui bahwa hanya ada lima pabrik di dunia yang bisa memproses kulit kina menjadi bubuk kemudian mengolahnya jadi tablet dan cairan. Kelima pabrik itu berada di Indonesia (Bandung), India, Belanda (Amsterdam), Jerman, dan Prancis.

 

Kecuali Bandung, semuanya membentuk jaringan kartel. Mereka menaikkan harga tablet kina karena Amerika Serikat membutuhkan buat para serdadunya yang berperang di Vietnam. Banyak dari serdadu Amerika yang terserang penyakit malaria yang penawarnya tidak lain obat kina. Kulit kina yang diimpor Ipilo akhirnya dijual dengan harga yang sangat rendah sebagaimana yang ditetapkan kartel.

 

Begitulah dinamika yang dialami Kwik selama menjalankan roda bisnis Ipilo. Seperti lazimnya perusahaan dagang, ada kalanya untung, ada kalanya rugi. Namun, hubungannya dengan Bram tetap terjalin baik. Selain di Belanda, menurut Kwik, Bram memiliki kantor perdagangan di Hongkong dan Tokyo.

 

“Kalau dia lagi kebetulan di Belanda, maka kita membicarakan masalah perdagangan yang ada di Belanda saja,” kata Kwik.

 

Meski demikian, ada kalanya relasi atasan-bawahan Kwik dan Bram berlanjut di luar urusan pekerjaan. Bram disebut-sebut punya kutak-katik benda elektronik dan menggandrungi alat-alat intelijen. Untuk memanjakan hobinya itu, Bram sesekali minta bantuan Kwik untuk membelikan alat penyadap di Eropa. Peralatan canggih itu kemudian dipamerkan Bram kepada sahabatnya yang saat itu menjabat menteri perdagangan, Adam Malik. Yang tak banyak diketahui orang, kata Kwik, Bram turut berjuang dalam mengirimkan berita proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dengan alfabet morse kepada PBB yang masih berkantor di Lake Success.

 

Memasuki pergantian warsa, citra Indonesia dalam dunia dagang internasional mulai pulih kembali. Di Belanda, sudah banyak perusahaan dagang Indonesia yang beraktivitas seperti Ipilo. Kwik pun merasa panggilan tugasnya telah tunai menyusul kemudian Ipilo ditutup. Setelah itu Kwik pulang ke Indonesia dan memasuki babak kehidupan yang baru.

 

“Tahun 1970 NV Ipilo ditutup oleh karena sudah tertib. Jadi perdagangan Indonesia sudah dipercaya kembali. Saya kembali ke Indonesia untuk menetap sampai hari ini,” kenang Kwik.

 

Bagi Kwik, pengalaman membidani Ipilo di Belanda cukup berkesan karena menandai debutnya sebagai pengusaha. Di Indonesia, Kwik melanjutkan kiprahnya dengan mendirikan berbagai perusahaan di berbagai lini bisnis, mulai dari perbankan, elektronik, hingga perkebunan.

 

Selain sebagai pengusaha, Kwik juga dikenal sebagai tokoh pendidikan di bidang ekonomi. Ia mendirikan sekolah bisnis Prasetya Mulya dan kemudian Kwik Gian Gie School.

 

Sementara itu, Bram Tambunan tak lagi kedengaran namanya setelah terjadi peralihan rezim dari Sukarno ke Soeharto. Bram menghilangkan jejak di Indonesia dengan menetap di luar negeri. Seperti kebanyakan pengusaha yang dekat dengan Sukarno, Bram dikenai sejumlah tudingan atas manfaat dan fasilitas khusus yang didapatnya selama rezim Orde Lama. Bram wafat pada 25 Desember 1996 mendahului koleganya Kwik.

 

Pada 1980-an, Kwik terjun ke politik sebagai politisi Partai Demokrasi Indonesian (PDI) yang kemudian menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di bawah Megawati Sukarnoputri. Puncaknya, Kwik menjabat sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, Industri, dan Keuangan pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999—2000). Lanjut lagi sebagai Kepala Bappenas pada masa pemerintahan Megawati (2001—2004).

 

Setelah tak lagi menjadi menteri, Kwik lebih kondang sebagai pemikir ekonomi. Dalam berbagai forum maupun tulisan, dia kerap menyampaikan analisis soal praktik ekonomi di Indonesia. Kwik dikenal sangat kritis menentang praktik ekonomi kapitalis dan neo liberalisme di Indonesia. Kemarin (29/7), sang begawan ekonomi itu tutup usia dalam usia sepuh 90 tahun.





   

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page