- Petrik Matanasi
- 4 Feb
- 2 menit membaca
Film Korea Obsessed mengisahkan perselingkuhan seorang kolonel dengan istri bawahannya. Kisah serupa banyak terjadi dalam militer, termasuk di Indonesia. (kknews.cc).
SEBUAH kasus perselingkuhan menghebohkan Makassar pada akhir 2024 lalu. Sebab, pelakunya bukan semarang orang. Yang lelaki adalah Komandan Kodim 1408/Makassar Letnan Kolonel (Letkol) Lizardo Gumay, sedangkan yang perempuan drg. Irma Awalia binti Amin Syam.
Dr. Jainal Abidin (yang orang Bugis Bone), suami si perempuan, pun melaporkan perbuatan keduanya ke pihak yang berwenang meskipun pihak berwenang sangat lambat dalam menegakkan keadilan. Bahkan, dr. Jainal dikabarkan sempat menantang Letkol Lizardo untuk menyelesaikan kasus tersebut secara adat.
Di Sulawesi Selatan, hukum adat Bugis memasukkan perselingkuhan ke dalam perzinahan. Hukuman bagi pelakunya sangat keras. Perzinahan/perselingkuhan dianggap melanggar siri’ (harga diri) seseorang, maka kematian adalah hukuman terberat bagi pelakunya.
Kasus perselingkuhan itu tentu bukan yang pertama di tubuh militer Indonesia. Dulu pernah ada seorang perwira menengah yang mendekati istri bawahannya. Begitu mengetahuinya, si bawahan yang berpangkat kapten langsung marah dan menindak atasannya sendiri. Si letkol itu pun mendapatkan hukuman di luar hukum militer yang berlaku.
“Satu daun telinganya dipotong oleh seorang kapten anak buahnya karena ia selingkuh dengan istri kapten itu,” kata Soehario Padmodiwirio alias Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 3 Sepanjang Masa Bangsa Indonesia. Perwira menengah yang dimaksud Hario Kecik adalah Suprapto Sokowati, bekas komandan resimen di Kediri. Daun telinganya yang tinggal satu itu membuat Sokowati dipanggil oleh Hario dan kawan -kawan sebagai Pingji, singkatan dari Kuping Siji yang berarti Kuping Satu.
Kasus perselingkuhan namun tak membuat karier Sokowati rusak. Dalam Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Harsya Bachtiar menyebut Sokowati pernah menjadi Inspektur Jenderal Teritorial dan Pertahanan (1960-1965), lalu ketua umum Golongan Karya (Golkar) sejak 1968. Dia mencapai pangkat letnan jenderal di zaman Orde Baru.
Kisah overste asal Jawa itu mirip kisah dalam film Korea Selatan Obsessed (2014). Dalam film dikisahkan, Kolonel Kim Jin-pyong berselingkuh dengan Ga-heun, istri dari Kapten Kyung Woo-jin. Sang kapten adalah bawahan sang kolonel di kesatuan yang dipimpin si kolonel. Bedanya, Kolonel Kim tak dipotong kupingnya oleh Kapten Kyung.
Sokowati jelas bukan satu-satunya perwira menengah yang pernah bersenang-senang dengan perempuan yang bukan istrinya. Yang tercatat banyak, apalagi yang tidak tercatat. Salah satunya, kisah seorang kolonel yang meninggal mendadak di sebuah hotel bersama seorang perempuan yang bukan istri resminya. Setelah meninggal, kolonel itu tak bisa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata karena ditolak tegas oleh seorang jenderal.
Tedjabayu, putra pelukis Soedjojono, juga punya kisah serupa yang diceritakan dalam memoarnya, Mutiara di Padang Ilalang. Tersebutlah Komandan Proyek Tempat Pemanfaatan (Tefaat) Tahanan Politik Pulau Buru, Letnan Kolonel Agus Salim Rangkuti. Pada suatu hari di tahun 1971, ada perintah kepada tahanan politik (tapol) untuk menjemput ibu-ibu perwira.
“Kami diperintahkan untuk menjemput istri Letnan Kolonel Rangkuti ke Pantai Sanleko,” aku Tedjabayu.
Para tapol lalu mengerahkan gerobak agar ibu-ibu tidak basah. Terlihat oleh mereka seorang perempuan yang memakai celana panjang cutbray model terbaru, berkaus cerah, juga kacamata Rayban abu-abu. Perempuan yang kabarnya Ibu Rangkuti itu tampak glamor. Maka untuk sementara waktu, perempuan yang katanya bernama Ratna dan berparas tercantik di Pulau Buru itu menjadi buah bibir.
Bertahun-tahun setelah Tedjabayu dan tapol-tapol yang lain bebas dari Pulau Buru, dia mendapat info dari Leo Mulyono bahwa Ratna yang cantik dan pandai menyanyi serta juara kontes putri ayu di Pulau Buru itu bukanlah istri Letkol Rangkuti. Ratnya hanyalah simpanan Letkol Rangkuti.*
Comentarios