top of page

Sejarah Indonesia

Senjata Rahasia Yang Dikembangkan Amerika Serikat Dalam Perang Dunia

Senjata Rahasia yang Dikembangkan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II

Seorang dokter gigi dan ahli bedah memiliki gagasan tidak biasa untuk membalas serangan Jepang atas Pearl Harbor. Menggunakan kelelawar yang membawa bom untuk membakar Jepang.

11 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Tabung proyek bom kelelawar yang digunakan untuk menampung kelelawar yang hibernasi sebelum dijatuhkan ke kota industri Jepang dan mengaktifkan bom yang dikaitkan di tubuh kelelawar sehingga menyebabkan kebakaran. (United States Army Air Forces/Wikimedia Commons).

SERANGAN Jepang terhadap Pearl Harbor, pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pulau Oahu, Hawaii, pada 7 Desember 1941, mengejutkan penduduk Negeri Paman Sam. Gempuran pada Minggu pagi itu tak hanya menenggelamkan dan merusak sejumlah kapal, tetapi juga menewaskan ratusan pelaut dan warga sipil Amerika.


Serangan terhadap Pearl Harbor berdampak besar bagi moral masyarakat Amerika. Selain membuat mereka mendaftarkan diri menjadi prajurit, ada pula yang mengembangkan senjata untuk membalas serangan Jepang. Pada Januari 1942, Lytle S. Adams, seorang dokter gigi dan ahli bedah, mengirimkan proposal ke Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt. Dalam suratnya, Adams menyampaikan gagasan mengembangkan bom kelelawar untuk membakar wilayah Jepang.


“Akankah matahari terbenam dengan cepat di atas ‘negeri matahari terbit’? Saya akan membalas panggilan Jepang di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, dengan kedatangan fajar pada waktu yang tepat dan cara yang tepat... Dalam sejarah, kelelawar kerap diasosiasikan dengan dunia bawah dan kegelapan serta kejahatan. Kehadirannya kerap memancing pertanyaan tentang maksud dari penciptaan hewan ini... Seperti yang saya bayangkan, jutaan kelelawar yang telah berabad-abad mendiami menara-menara, terowongan, dan gua-gua kita, ditempatkan di sana oleh Tuhan untuk menunggu saat ini. Untuk memainkan peran mereka dalam rancangan kehidupan manusia yang bebas, dan untuk menggagalkan setiap usaha dari mereka yang berani menodai cara hidup kita... Makhluk yang kerap dipandang rendah ini, kelelawar, mampu membawa bahan pembakar dalam jumlah yang cukup untuk menyulut api,” tulis Adams dikutip Jack Couffer dalam Bat Bomb: World War II’s Other Secret Weapon.


Menurut Couffer, yang ambil bagian dalam pengembangan proyek rahasia yang digagas Adams, surat yang dikirimkan Adams ke Presiden Roosevelt menjelaskan, jika jutaan kelelawar yang membawa bom kecil dilepaskan satu jam sebelum fajar menyingsing di atas kota industri Jepang, mereka akan terbang dan hinggap di pabrik-pabrik, loteng, tempat penyimpanan amunisi, tumpukan kayu, pembangkit tenaga listrik –semua bangunan yang ada di suatu kawasan– yang apabila meledak secara serentak dapat menyebabkan kebakaran di berbagai titik, termasuk tempat-tempat yang sulit dijangkau, sehingga tidak akan bisa dikontrol.


Adams memandang efek kehancuran dari sumber misterius seperti itu akan mengejutkan moral rakyat Jepang yang tidak dapat dicapai oleh pengeboman biasa. Serangan ini tidak hanya menyebabkan rakyat Jepang kehilangan tempat tinggal, tetapi juga mengganggu laju produksi industri mereka. Meski begitu, serangan bom kecil yang dibawa kawanan kelelawar memberi kesempatan bagi warga sipil yang tidak bersalah untuk melarikan diri dan menyelamatkan nyawanya.


Surat Adams juga memuat penjelasan tentang kondisi kelelawar yang melakukan hibernasi selama musim dingin, dan pada keadaan ini kelelawar dapat dengan mudah dikumpulkan, dipasangi alat pembakar kecil, dan diangkut tanpa diberi makan atau perawatan selain untuk mempertahankan kondisi yang diperlukan untuk hibernasi. Sesaat sebelum dilepaskan, kelelawar dibuat aktif kembali dengan perubahan suhu yang lebih hangat.

Bobby Herold, Adams, dan Ray Williams memasukkan kelelawar ke dalam wadah untuk proyek bom kelelawar. (U.S. Air Force/Jack Couffer, Bat Bomb World War II’s Other Secret Weapon).
Bobby Herold, Adams, dan Ray Williams memasukkan kelelawar ke dalam wadah untuk proyek bom kelelawar. (U.S. Air Force/Jack Couffer, Bat Bomb World War II’s Other Secret Weapon).

Pertimbangan lain berkaitan dengan bobot mamalia ini. Kelelawar memiliki berat kurang dari setengah ons, yang berarti sekitar 200 ribu kelelawar dapat diangkut dengan satu pesawat jenis stratoliner bermesin empat. Melihat ukuran pesawat, masih tersedia ruang yang cukup besar untuk sirkulasi udara bebas dan peningkatan muatan bensin. Mengerahkan sepuluh pesawat jenis ini berarti membawa 2 juta pemantik api dalam bentuk bom kelelawar.


Proposal Adams mendapat respons positif. Dalam pesan yang dikirimkan kepada William Joseph Donovan, pemimpin Office of Strategic Services –pendahulu Central Intelligence Agency (CIA)– di masa Perang Dunia II, Roosevelt menilai gagasan Adams dapat dikembangkan lebih lanjut.


“Orang ini bukan orang gila. Idenya terdengar sangat liar, tetapi layak untuk diteliti. Anda mungkin dapat membalas surat Dr. Adams atas nama saya,” tulis Roosevelt.


Couffer menyebut Eleanor Roosevelt berperan dalam penilaian suaminya terhadap Adams. Sebab, ia yang menyerahkan surat Adams kepada Roosevelt. Adams sendiri mengenal Eleanor melalui senator Jennings Randolph.


“Adams tidak hanya dikenal sebagai dokter gigi dan ahli bedah, ia juga aktif dalam mengembangkan penemuan... Ibu Negara tertarik pada penemuan Adams... Dia memfasilitasi agar Adams dapat bertemu dengan presiden dan mengajukan ide untuk membantu memenangkan perang,” tulis Couffer.


Sementara itu, David Quammen menulis dalam Natural Acts: A Sidelong View of Science & Nature, Adams tak hanya berhasil meyakinkan Roosevelt bahwa gagasannya layak dikembangkan lebih jauh, tetapi juga menarik minat ahli kriptologi Harvard, Donald R. Griffin, dan tak lama kemudian Komite Riset Pertahanan Nasional (National Defense Research Committee) bergabung sebagai sponsor.


“Pada saat itu, rencana tersebut dikenal sebagai Adams Plan. Akhirnya, Chemical Warfare Service (cabang dari Angkatan Darat Amerika Serikat yang bertugas mengembangkan dan memproduksi senjata kimia, red.), NDRC, dan Angkatan Laut turut terlibat dalam proyek ini,” tulis Quammen.


Tahap awal pengembangan senjata ini adalah memastikan kelelawar dapat membawa beban tambahan saat beraktivitas. Jika melihat kebiasaan kelelawar betina membawa anak-anaknya, hal ini mungkin dapat dilakukan. Namun, dibutuhkan penelitian lebih dalam untuk mengetahui besaran beban tambahan yang dapat dibawa kelelawar dalam penerbangan yang berkelanjutan.


Sedangkan divisi lain merancang bom berukuran kecil yang dilengkapi pengatur waktu dan didesain sedemikian rupa dan dikaitkan pada kelelawar dengan kawat.

Kelelawar yang tidak terkendali dari proyek bom kelelawar yang tengah diuji coba menyebabkan kebakaran di Pangkalan Udara Militer di Carlsbad, New Mexico, Amerika Serikat pada tahun 1943. (United States Army Air Forces/Wikimedia Commons).
Kelelawar yang tidak terkendali dari proyek bom kelelawar yang tengah diuji coba menyebabkan kebakaran di Pangkalan Udara Militer di Carlsbad, New Mexico, Amerika Serikat pada tahun 1943. (United States Army Air Forces/Wikimedia Commons).

Michael J. Harvey, J. Scott Altenbach, dan Troy L. Best mencatat dalam Bats of the United States and Canada, setiap kelelawar akan membawa bom berukuran kecil yang telah diatur secara kimiawi. Kelelawar pembawa bom akan dijatuhkan dengan parasut dalam wadah yang dapat menampung 1.040 kelelawar di atas kota-kota di Jepang. Perangkat otomatis akan melepaskan tabung berisi kelelawar pembawa bom dan melepaskan kelelawar tersebut sebelum mencapai tanah. Bom yang dikaitkan dengan kawat ke tubuh mamalia tersebut akan menjuntai, dan beratnya akan mengaktifkan sekering yang telah diatur waktunya, yang nantinya akan memicu ledakan bom kecil tersebut. Hewan nokturnal itu kemudian menyebar ke dalam gedung-gedung dan alat pembakar akan menyala, memicu banyak kebakaran dan mengakibatkan kehancuran yang meluas.


Menurut Tessa Laird dalam Bat, proyek yang lebih dikenal dengan Proyek X-Ray itu sempat melakukan uji coba. Namun, dalam salah satu uji coba yang krusial, percobaan yang dilakukan menjadi bumerang, kelelawar membakar seluruh landasan pacu, menara pengawas, barak, dan ladang di Lapangan Udara Bantu Carlsbad.


Ketika tim Proyek X-Ray membakar landasan udara dengan bom kelelawar, desas-desus tentang senjata rahasia lainnya mulai beredar, tentang sekelompok ilmuwan yang mencoba membuat bom atom.


“Adams mulanya menganggap informasi itu sebagai ‘omong kosong yang konyol’... Namun, begitu bom atom menjadi kenyataan, Proyek X-Ray dibatalkan, dan yang lainnya menjadi sejarah,” tulis Laird.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page