top of page

Sejarah Indonesia

Sepakbola Gajah Demi Bumi

Sepakbola Gajah demi Bumi Cendrawasih

Aib dengan tujuan mulia. Dilakoni Persebaya demi Tanah Papua.

5 Oktober 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

SEBAGAI klub yang ikut mendirikan PSSI, Persebaya Surabaya merupakan klub yang kaya sejarah. Prestasinya pun fenomenal dalam persepakbolaan tanah air. Sayang, tim berjuluk “Bajul ijo” (buaya hijau) itu acapkali tersangkut skandal.


Dari sejumlah kasus yang pernah mencoreng kebesaran namanya, paling bikin geger adalah skandal “Sepakbola gajah” di kompetisi Perserikatan 1988. Aib yang berkalang dendam di satu sisi dan tujuan mulia di sisi lain itu menjadi skandal kecurangan pertama, jauh sebelum timnas Indonesia mengalah di Piala Tiger (kini AFF Cup) 1998 atau kasus PSIS Semarang di Liga Indonesia 2014.


Dalam buku Sepak Bola Gajah Paling Spektakuler, Slamet Oerip Prihadi dan Abdul Muis mengungkapkan, kisahnya bermula dari laga Divisi Utama Wilayah Timur di mana Persebaya menjamu Persipura Jayapura di Stadion Gelora 10 November, 21 Februari 1988. Persebaya yang sangat berpotensi menang. Terlebih mereka tampil di hadapan dukungan penuh arek-arek Suroboyo.


Namun tak dinyana, hasil akhirnya mencengangkan. Skor akhir 12-0 untuk tim Mutiara Hitam (julukan Persipura). Gol demi gol Persipura tercipta dari pembiaran oleh para pemain Persebaya yang mayoritas berisi pemain lapis dua.


Dendam atau Demi Papua?


Banyak versi mengatakan bahwa Persebaya sengaja mengalah untuk menyingkirkan rival bebuyutan, PSIS Semarang. Di musim sebelumnya, PSIS menjadi juara setelah di final mengalahkan Persebaya.


Namun, di balik alasan teknis ternyata ada alasan politis dari sikap mengalahnya Persebaya, yakni menjaga persaudaraan demi keutuhan NKRI. “Alasan utamanya sebenarnya bukan karena PSIS. Tapi kasihan Persipura kalau sampai mereka gagal lolos (babak) 6 Besar, apalagi degradasi seperti Perseman Manokwari. Apa hiburan di Indonesia timur saat itu? Sederhana motifnya. Tapi kalau orang mencernanya pakai emosi, bisa beda,” ujar peneliti sejarah Persebaya Dhion Prasetya kepada Historia.


Persebaya akhirnya tetap menjuarai klasemen Wilayah Timur dan bersama Persipura pula lolos ke Babak 6 Besar. Sementara, juara bertahan PSIS gigit jari lantaran gagal lolos.


Peristiwa yang lantas dikenal sebagai “sepakbola gajah” itu tak membuat Persebaya dihukum PSSI. Kala itu belum ada regulasi yang mengatur skandal semacam itu. Malahan, di akhir musim Persebaya keluar sebagai juara Perserikatan. Satu-satunya hukuman yang diterima Persebaya hanya kebencian dari publik sepakbola Semarang dan Jawa Tengah.


“Pada peristiwa itu, manajer Persebaya Agil H. Ali yang mengajak semua elemen di dalam tim untuk mengalah. Pendapat Pak Agil disetujui para pemain. Maka jadilah sepakbola gajah. Gara-gara itu tim Persebaya dikenal sebagi Bledug Ijo (Anak Gajah Hijau). Itu sebutan olok-olok untuk Persebaya,” lanjut penulis buku Persebaya and Them itu.



Seruan untuk mengalah dari manajemen juga diperkuat pengakuan Ketua Harian Persebaya Brigjen Evert Ernest Mangindaan, yang juga Danrem 084/Baskara Jaya Kodam V Brawijaya. “Pertama, kita melihat bahwa di daerah Indonesia Timur akan tanpa wakil kalau Persipura tak diloloskan. Kedua, PSIS adalah tim tangguh yang tentunya akan lebih merepotkan (di Babak 6 Besar),” ujarnya berdalih, dikutip Merdeka, 29 Maret 1988.


Akibatnya, pertandingan itu dijuluki sebagai “sepakbola gajah”. Olok-olok itu berangkat dari wasit yang memimpin laga berasal dari Lampung. Provinsi paling selatan Pulau Sumatra itu sohor dengan sekolah gajahnya, sampai-sampai MTQ tahun yang sama menggunakan pertandingan sepakbola gajah sebagai atraksi pembukaan.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page